Claim Missing Document
Check
Articles

RE-IMAJINASI KE-INDONESIA-AN DALAM KONTEKS ‘NETWORK SOCIETY’ Pujiriyani, Dwi Wulan
Jurnal Komunitas: Research and Learning in Sociology and Anthropology Vol 5, No 2 (2013): Tema Edisi: Model-Model Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Karakter Bangsa
Publisher : Jurnal Komunitas: Research and Learning in Sociology and Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakTulisan ini berusaha untuk mengungkap pengalaman keindonesiaan yang dihadapkan pada realitas kehidupan yang mengglobal. Dalam rangka memperoleh pemahaman yang lebih jauh tentang pemaknaan identitas keindonesiaan, tulisan ini akan mengacu pada pemaknaan identitas secara individual yaitu bagaimana individu merumuskan identitas keindonesiaannya, bagaimana identitas tersebut dibangun serta representasi identitas keindonesiaan yang kemudian muncul. Untuk mengaitkan dengan pemaknaan identitas secara global, konteks identitas yang dimunculkan dalam tulisan ini adalah identitas yang dirumuskan oleh subjek penelitian yang memiliki pengalaman tinggal di luar negeri. Hal ini terkait dengan konteks network society yang menandai semakin cairnya batas-batas teritorial. Dalam konteks mobilitas inilah identitas keindonesiaan atau seringkali dilekatkan dengan ‘nasionalisme’ seseorang, seringkali dipertanyakan. Pengalaman tinggal di luar negeri ini dijadikan frame untuk melihat bagaimana identitas keindonesiaan itu menemukan makna yang sebenarnya ketika dihadapkan pada identitas-identitas dalam jaringan masyarakat yang meluas.
Kemandegan CSR dan Kontribusinya terhadap Perluasan Konflik Agraria di Kawasan Hutan Register 45 Mesuji Pujiriyani, Dwi Wulan; Wahab, Oki Hajiansyah
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol 17, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1.795 KB)

Abstract

This paper seeks to examine Corporate Social Responsibility (CSR) in its relations to agrarian conflict that occurred in the Register 45, Mesuji, Lampung. The Joint Fact Finding Team (TGPF) revealed that in 2012, one of the causes for conflict that occurred between PT Silva Inhutani and the community was because the company did not carry out CSR program. This research was conducted through field research with interview and observation as its two main techniques. The result of this research shows that CSR was not implemented seriously. CSR tends to be only a dream instead of an ideal fact. In its relations to agrarian conflict in Mesuji, it was proven that CSR program that executed by the company was unable to contribute to the process of conflict resolution between the company and the society. Although the company has started to carry out CSR program, it did not have much meaning because it was a short term program with a characteristic of charity.
RE-IMAJINASI KE-INDONESIA-AN DALAM KONTEKS ‘NETWORK SOCIETY’ Pujiriyani, Dwi Wulan
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 5, No 2 (2013): Tema Edisi: Model-Model Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Karakter Bangsa
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v5i2.2734

Abstract

AbstrakTulisan ini berusaha untuk mengungkap pengalaman keindonesiaan yang dihadapkan pada realitas kehidupan yang mengglobal. Dalam rangka memperoleh pemahaman yang lebih jauh tentang pemaknaan identitas keindonesiaan, tulisan ini akan mengacu pada pemaknaan identitas secara individual yaitu bagaimana individu merumuskan identitas keindonesiaannya, bagaimana identitas tersebut dibangun serta representasi identitas keindonesiaan yang kemudian muncul. Untuk mengaitkan dengan pemaknaan identitas secara global, konteks identitas yang dimunculkan dalam tulisan ini adalah identitas yang dirumuskan oleh subjek penelitian yang memiliki pengalaman tinggal di luar negeri. Hal ini terkait dengan konteks network society yang menandai semakin cairnya batas-batas teritorial. Dalam konteks mobilitas inilah identitas keindonesiaan atau seringkali dilekatkan dengan ‘nasionalisme’ seseorang, seringkali dipertanyakan. Pengalaman tinggal di luar negeri ini dijadikan frame untuk melihat bagaimana identitas keindonesiaan itu menemukan makna yang sebenarnya ketika dihadapkan pada identitas-identitas dalam jaringan masyarakat yang meluas.
Deagrarianization and Local Food Security Strategy for Peasant Communities in Rural Central Java Pujiriyani, Dwi Wulan; Soetarto, Endriatmo; Santosa, Dwi Andreas; Agusta, Ivanovich
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 11, No 2 (2019): September
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v11i2.20209

Abstract

Food security is one of the important issues in the study of deagrarianization. In macro level, deagrarianization can weaken food security which is indicated by the ability of food production which continues to decline due to the structural transformation of the economy from agriculture to non-agriculture. The purpose of this study is to determine food security at the community level when the symptoms of macro deagrarianization have occurred. This research is conducted by qualitative methods. An ethnosociological approach is used by combining community case study methods and ethnographic methods. The results show that food security at the community level is still well-maintained. Deagrarianization has not diminished the ability of the community to meet their food needs. Communities have internal mechanisms that secure their food sufficiency through food strategies and non-food strategies. The food strategy is carried out through saving yields for grain stores (family food barns) and reduce the amount of consumption. Meanwhile the non-food strategy is carried out through diversification of livelihoods by relying on available extractive landscapes. Swamps (balongan) are used as a food source that provides various types of local fish, crabs and snails as a source of protein for family consumption and also for sale to local collectors.
ETNISITAS, BUDAYA POLITIK DAN REALITAS ‘ULUN LAMPUNG’: DOMINASI DIASPORA JAWA DAN POTENSI DEMOKRASI KOSMOPOLITANISME DI LAMPUNG Dwi Wulan Pujiriyani
Jurnal Sosiologi Nusantara Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP UNIB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jsn.7.2.239-252

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk membahas demokrasi yang berkembang dalam masyarakat multietnik. Kasus Provinsi Lampung akan menjadi contoh untuk melihat proses-proses akomodatif yang dilakukan bagi kelompok etnik yang tidak dominan. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode studi pustaka dengan pendekatan tematik. Hasil penelitian menunjukan bahwa konteks Lampung belum menunjukkan sebuah praktik demokrasi kosmopolitanisme. Konfigurasi etnis yang ada memang menunjukan sebuah proses akomodatif menuju ke demokrasi kosmopolit. Meskipun demikian, batas-batas yang menjadi wacana di sini masih sangat terbatas antara dua kelompok etnik dominan yaitu etnik Jawa dan etnik Lampung. Pimpinan dari kombinasi etnis yang ada belum menunjukan distribusi kesempatan yang sama bagi kelompok etnik lain yang ada di Lampung. Sebagai dua etnis dominan yang terdikotomi dalam kategori lokal (asli) dan pendatang, emansipasi belum ditunjukan secara eksplisit dimana keberadaan kelompok etnik lain yang ada di Lampung. Variasi kelompok etnik yang ada baru menunjukan bahwa potensi menuju ke demokrasi kosmopolit itu sedang dibangun dengan mengubah persepsi umum bahwa yang dominan akan memenangkan arena kekuasaan. Kata Kunci : Lampung, etnik dominan, pemilihan kepala daerah, demokrasi kosmopolitan
Kemandegan CSR dan Kontribusinya terhadap Perluasan Konflik Agraria di Kawasan Hutan Register 45 Mesuji Dwi Wulan Pujiriyani; Oki Hajiansyah Wahab
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol 17, No 2 (2013): NOVEMBER (Korporasi dan Tanggung Jawab Sosial)
Publisher : Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.954 KB) | DOI: 10.22146/jsp.10877

Abstract

This paper seeks to examine Corporate Social Responsibility (CSR) in its relations to agrarian conflict that occurred in the Register 45, Mesuji, Lampung. The Joint Fact Finding Team (TGPF) revealed that in 2012, one of the causes for conflict that occurred between PT Silva Inhutani and the community was because the company did not carry out CSR program. This research was conducted through field research with interview and observation as its two main techniques. The result of this research shows that CSR was not implemented seriously. CSR tends to be only a dream instead of an ideal fact. In its relations to agrarian conflict in Mesuji, it was proven that CSR program that executed by the company was unable to contribute to the process of conflict resolution between the company and the society. Although the company has started to carry out CSR program, it did not have much meaning because it was a short term program with a characteristic of charity.
Agrarian Culture and Javanese Attachment to Their Land: A Study of Local Wisdom Values in Javanese Proverbs Dwi Wulan Pujiriyani
MOZAIK HUMANIORA Vol. 20 No. 2 (2020): MOZAIK HUMANIORA VOL. 20 NO. 2
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mozaik.v20i2.21448

Abstract

Agrarian culture is closely related to the scope of the relationship between humans and their agricultural land. This study aims to analyze the values of Javanese attachment to their land. This research was conducted using qualitative methods through proverbial analysis. Proverb analysis was done through the method of classifying or grouping keywords from 134 proverbs. The results show that Javanese attachment to their land can be found in two main dimensions, namely land as a source of income or land economy and landrootedness. In Javanese culture, it turns out that proverbs which contain the obligation to protect the land are stronger than proverbs that contain the right to make decisions on land. This indicates that culturally, the value of protecting the land is very important for Javanese people. Sanctions from the universe and the creator are strongly implied for them who negligent to maintain their land properly.
Sampai Kapan Pemuda Bertahan di Pedesaan? Kepemilikan Lahan dan Pilihan Pemuda Untuk Menjadi Petani Dwi Wulan Pujiriyani; Sri Suharyono; Ibnul Hayat; Fatimah Azzahra
BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 2 No. 2 (2016): Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1053.522 KB) | DOI: 10.31292/jb.v2i2.72

Abstract

Abstract : Nowadays, regeneration crisis of manpower for farming has become an alert for many countries, both poor and developing countries. In Indonesia, this crisis is seen in the decreasing number of agriculture labour, especially for the youth age. Cikarawang is one of many villages which experienced crises of youth employments in farming sector. This research was aimed to explore possible aspects for the youth to allow them remain working in farming sector. Bonding and pushing factors for the youth to remain working in farming sector are the main aspects that were focused in this research. This research used the concept of “gerontocracy and land access for the youth” by Ben White. This research was conducted using mixed method, by integrating quantitative and qualitative approaches. Qualitative approach was performed by observation and an in-depth interview. Quantitative approach was conducted by implementing survey of 40 youths in Cikarawang Village as respondents, with the age of 16 – 35 as the samples. Qualitative data were analysed using Nvivo, while quantitative data were analysed using cross tabulation technique. The results show that land possession, farming skill and marital status were the main factors for the youth to remain working in farming sector. Whilst, factors that eliminates the youth to leave agricultural sector were education and the capabilities of non-farming skills. Keywords : Youth, Farming, Land Possession, Gerontocracy, Regeneration, laborIntisari : Krisis regenerasi tenaga pertanian menjadi persoalan di banyak negara saat ini, baik negara-negara miskin maupun negara berkembang. Dalam konteks Indonesia, krisis regenerasi tenaga pertanian di desa secara nyata terlihat dari penurunan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang terjadi pada kelompok umur pemuda. Cikarawang merupakan salah satu desa yang mengalami krisis tenaga muda di sektor pertanian. Penelitian ini diarahkan untuk menggali aspek yang memungkinkan pemuda untuk tetap tinggal dan terjun di sektor pertanian. Aspek-aspek ini secara khusus difokuskan pada faktor pengikat dan pendorong bagi pemuda untuk bertahan di sektor pertanian. Perspektif teori yang digunakan dalam tulisan ini adalah konsep gerontokrasi dan akses lahan untuk pemuda dari Ben White. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode campuran yaitu dengan mengintegrasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan observasi dan metode wawancara mendalam terhadap informan. Sementara itu, pendekatan kuantitatif dilakukan melalui survei dengan mengambil 40 responden berusia 16-35 tahun sebagai sampel dari seluruh pemuda di Desa Cikarawang. Teknik analisa data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan Nvivo dan kuantitatif dengan menggunakan tabulasi silang. Hasil Penelitian menunjukan bahwa kepemilikan lahan, keahlian bertani, dan status perkawinan adalah faktor yang mengikat pemuda untuk bertahan di sektor pertanian. Sementara itu faktor yang mendorong pemuda untuk keluar dari sektor pertanian adalah pendidikan dan keahlian non pertanian. Kata Kunci: pemuda, pertanian, kepemilikan lahan, gerontokrasi, regenerasi, tenaga kerja
SUKU ANAK DALAM BATIN 9 DAN KONFLIK SERIBU HEKTAR LAHAN SAWIT ASIATIC PERSADA Dwi Wulan Pujiriyani; Widhiana Hestining Puri
BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan No. 37 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (790.214 KB) | DOI: 10.31292/jb.v0i37.154

Abstract

This paper seeks to explore the case of conflict within palm oil plantation-local people partnership involving SADBatin 9 group with palm oil company. Bungku village was the site chosen to take this issue comprehensively.The expansionofpalm oil plantationshave led totheloss ofliving territoryto developtheir social system. Conflictsarisenot onlyverticalbutalsohorizontal. Amongst the Inner SAD 9 itself, each fighting for its sovereignty emerged. SAD groups which were impoverishedby imbalanced control structure eventually have to deal with a part of their own group which slowly became part of the newruling capital group. The palm oil skipper that came from a group of local residents as well as newcomers were the form of theemerging plantation power. In the context of adverse incorporation, they were part of the group that get benefit from thepresence of palm oil plantation. Involvement or integration of this group in the oil business scheme has allowed them toaccumulate new capital sources. This group could accumulate greater profits from palm-oil they collect from small farmers.Key words: Suku Anak Dalam, palm oil, conflict, partnership
DARI COMMUNITY PARTICIPATION KE STAKEHOLDERS PARTICIPATION: MENEMUKAN PERSPEKTIF BARU DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Dwi Wulan Pujiriyani
BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan No. 39 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.959 KB) | DOI: 10.31292/jb.v1i39.186

Abstract

Pengembangan masyarakat’ merupakan temayang disoroti oleh penulis buku ini yang secaratidak langsung menegaskan kembali bahwaupaya pengintegrasian masyarakat sebagaikomponen yang utuh dalam sebuah sistempembangunan bukanlah sebuah proses yang bisasekali jadi. Proses pengembangan masyarakatadalah proses yang panjang dan terus menerusdiperbarui baik dalam tataran konseptualmaupun praksisnya. Tidak ada atau belum adaformat baku yang bisa dikatakan benar-benarideal untuk bisa menjawab persoalan pengintegrasianmasyarakat yang menjadi bagian darimereka yang seringkali dimarjinalkan oleh sebuahdesain atau sistem yang disebut dengan ‘pembangunan’.Ife (2008:xiii) mengingatkan kembalibahwa pengembangan masyarakat adalah bagiandari upaya pemenuhan prasyarat mendasar dalamperadaban manusia yaitu kebutuhan manusiauntuk dapat hidup secara harmonis denganlingkungannya serta kebutuhan manusia untukdapat hidup harmonis dengan sesama manusia.1Kedua hal ini merupakan esensi dari capaian danmanfaat masyarakat modern. Namun tidak bisadipungkiri bahwa kondisi yang nyata terjadi adalahketidaksanggupan orde dominan untukmemenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Padaakhirnya yang terlihat adalah ketidakstabilanyang meningkat secara ekologis, ekonomis,politik, sosial dan kultural. Dalam konteks inilah,kebutuhan akan cara-cara alternatif untukmelakukan berbagai hal menjadi semakinpenting. Telah terdapat peningkatan minat dalampembangunan pada tingkat komunitas karenaberpotensi memberikan suatu basiss yang lebihdapat hidup dan berkelanjutan untuk memenuhikebutuhan manusia dan untuk berinteraksidengan lingkungan. ‘Pengembangan masyarakat’mewakili suatu visis dari bagaimana berbagaihal dapat diorganisasi secara lain, sehinggakeberlanjutan ekologis dan keadilan sosial yangsejati yang tampaknya tidak dapat tercapai padatingkat-tingkat global atau nasional, dapat diwujudkandalam pengalaman komunitas manusia.Fredian, penulis buku ini adalah seorangsosiolog yang jika ditelusuri latarbelakangpendidikan akademisnya memiliki ketertarikanpada bidang sosiologi pedesaan dan studi-studipembangunan sosial. ‘Pengembangan masyarakat’adalah tema yang diangkat dalam buku iniuntuk menghadirkan proses-proses pengembanganmasyarakat yang diharapkan dari sisiakademis dapat memberikan pemahaman untukbisa membangun, mengembangkan dan mengkritisikonsep-konsep dan kerangka teoritispengembangan masyarakat.