Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Analisis Hujan Es di Kabupaten Ngawi Berdasarkan Citra Satelit Himawari-8 dan Data Reanalisis Copernicus ECMWF Diniyati, Estri; Syofyan, Dhiyaul Qalbi; Mulya, Aditya
Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian Vol 18, No 2 (2021): In progress [July 2021]
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jg.v18i2.28010

Abstract

Fenomena hujan es merupakan fenomena cuaca ekstrem yang merugikan manusia. Pada tanggal 11 November 2019 lalu, terjadi hujan es di Kabupaten Ngawi  dimana hujan es mengguyur hingga Kabupaten Blora dan Kabupaten Bojonegoro, sehingga kerugian yang ditafsir lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi atmosfer dan lautan sebelum hingga saat kejadian hujan es sehingga kedepannya dapat digunakan dalam menganalisis dan memberikan peringatan kepada masyarakat agar dapat mengantisipasi terjadinya kerugian yang lebih besar. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis dengan data citra satelit Himawari-8 yang diolah dengan aplikasi SATAID serta analisis data reanalisis Copernicus ECMWF yang diolah dengan aplikasi GrADS. Hasil penelitian menunjukkan pada saat hujan es terdapat belokan angin disekitar wilayah Ngawi serta suhu muka air laut yang hangat di sebelah Utara Perairan Pulau Jawa. Hal ini mendukung adanya pertumbuhan awan konvektif yang dibuktikan dengan adanya kelembapan udara yang tinggi, kondisi atmosfer yang tidak stabil dan terbentuknya awan jenis cumulonimbus.
HAIL IDENTIFICATION BASED ON WEATHER FACTOR ANALYSIS AND HIMAWARI 8 SATELLITE IMAGERY (CASE STUDY OF HAIL ON 2ND MARCH 2021 IN MALANG INDONESIA) Auliya, Marinda Nur; Mulya, Aditya
International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences (IJReSES) Vol 18, No 2 (2021)
Publisher : National Institute of Aeronautics and Space of Indonesia (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30536/j.ijreses.2021.v18.a3712

Abstract

A hail phenomenon occurred in Malang, Sumbermanjing Wetan District (8°6’S and 112°24’E) on March 2, 2021. According to the Regional National Disaster Management Agency, it was accompanied by heavy rain and strong winds, which caused several trees to fall, resulting in damage to people's houses (BNPBD, 2021). Hail is precipitation in the form of ice, usually an irregular round shape produced by cumulonimbus convective clouds (AMS, 2019). The research was conducted by examining global, regional, and local weather factors and analysing the cloud characteristics from satellite image data during hail events. Based on the analysis, it was found that ENSO, sea surface temperature anomalies, and MJO had no effect on the incidence of the hail. The streamline map showed the presence of shearlines and tropical cyclones around the Malang area, and the temperature significantly decrease from 07.00 UTC to 08.00 UTC of 4.4°C and from 08.00 UTC to 09.00 UTC of 3.6°C with significant increase in humidity from 07.00 UTC to 08.00 UTC of 10%. The cloud top temperature was analysed to be at the ripe stage at 07.40 UTC and 8.40 UTC, at -68.2°C.
ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT HIMAWARI-8 (Studi Kasus Kota Manado, 16 Januari 2021) Hutagalung, Maria Octavia Rosnauli; Gusranda, Iqbal; Adhitiansyah, Daffa; Mulya, Aditya
FISITEK: Jurnal Ilmu Fisika dan Teknologi Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/fisitekfisitek.v6i2.14445

Abstract

Pada tanggal 16 Januari 2021 sebagian besar wilayah di Kota Manado tergenang banjir dikarenakan hujan dengan intensitas yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab banjir di Kota Manado dengan melakukan analisis peta streamline dari Berau of Meteorology (BoM), data Satelit Himawari-8 dengan metode Cloud Convective Overlays (CCO) dan teknik Red-Green-Blue (RGB), data kelembaban dan vertical velocity dari ECMWF. Hasil analisis menunjukkan adanya sirkulasi monsun Asia dan pusat tekanan rendah di perairan laut Arafura dan Samudera Hindia sebelah barat daya pulau Sumatera yang menyebabkan konvergensi dan shearline di Kota Manado. Analisis citra satelit menunjukkan suhu inti awan yang mencapai -77.5°C dan sebaran awan konvektif yang terdeteksi dengan baik melalui metode CCO. Teknik RGB airmass menunjukkan adanya massa udara hangat dan awan tinggi yang tebal yang diketahui merupakan awan konvektif  yang mengandung partikel es kecil melalui analisis RGB day convective storm. Analisis kelembaban udara menunjukkan kondisi atmosfer yang jenuh dari sebelum hingga saat kejadian hujan lebat dengan adanya gerakan vertikal ke atas yang mendorong pembentukan awan konvektif yang menjulang tinggi.
Interpretasi Fase Awan dengan Metode CCO Dan RGB pada Data Satelit Himawari-9 di DKI Jakarta (Studi Kasus: 1 Januari 2023) Giananti, Attiya Shakila; Darmawan, Yahya; Mulya, Aditya
GEOGRAPHIA : Jurnal Pendidikan dan Penelitian Geografi Vol. 5 No. 1 (2024): Juni
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53682/gjppg.v5i1.8022

Abstract

Indonesia is the largest archipelagic country in the world so it receives large amounts of energy from solar radiation which makes it the most active convective region in the world. In December and January, DKI Jakarta tends to experience the rainy season. On January 1 2023, BMKG gave an early warning that it would rain in Jakarta. Reporting from several news reports, in the new year 2023, Jakarta was hit by heavy rain. Cloud phase analysis is needed to determine the potential for rain. This research identifies cloud phases using Himawari-9 satellite image data which is then processed using the Cloud Convective Overlays (CCO) method and the Red Green Blue (RGB) method. The CCO method can identify the distribution of cumulonimbus clouds and the RGB method can determine the flow of air masses, the type of air mass (Airmass), identify cloud phase, and the presence of high clouds containing ice (Day Convective Storm, Day Natural Color, and Cloud Phase Distinction ). The data used are bands 3 (0.6 µm), 5 (1.6 µm), 7 (3.7 µm), 8 (6.2 µm), 10 (7.3 µm), 12 (9.6 µm), 13 (10 .4 µm), and 15 (12.4 µm) at 7.00, 8.00, 9.00, 10.00, 11.00, 12.00, 13.00, and 14.00 WIB (GMT+7). The data was processed and visualized using Grid Analysis and Display System (GrADS) and GMSLPD SATAID software.
Penentuan Jadwal Tanam Padi Berdasarkan Skenario Representative Concentration Pathways (RCP) 4.5 periode 2021-2040 Mulya, Aditya; Ismawardani, Novia Dewi; Prabowo, Mulyono Rahadi; Nuryadi, Nuryadi; Munawar, Munawar
Jurnal Ilmiah Matematika Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26555/konvergensi.v0i0.22160

Abstract

Bali merupakan daerah beriklim tropis yang juga rentan terhadap dampak perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan kemarau panjang sehingga banyak sawah di Provinsi Bali mengalami kekurangan air dan gagal panen. Upaya adaptasi dan mitigasi jangka panjang terhadap perubahan iklim diperlukan untuk mencegah dampak negatif tersebut. Salah satu upaya pencegahan dengan membuat informasi mengenai ketersediaan air tanah bagi tanaman serta memberikan gambaran jadwal tanam yang sesuai dengan kondisi iklim di masa yang akan datang. Representative Concentration Pathways (RCP) 4.5 merupakan skenario yang menggambarkan perubahan iklim di masa mendatang. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui perubahan jadwal tanam padi Provinsi Bali berdasarkan skenario RCP 4.5 dengan model MIROC 5. Data model yang digunakan berisi data parameter suhu udara dan curah hujan periode 2006-2040. Data observasi yang digunakan adalah data curah hujan dan suhu udara periode 1991-2010 serta data ketinggian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di wilayah Bali bagian tengah, pada periode proyeksi 2021-2030 terjadi peningkatan ketersediaan air tanah sehingga jadwal tanam dimulai lebih awal dari periode 1991-2010 yaitu dari Oktober menjadi September. Sedangkan pada periode proyeksi 2031-2040, tingkat ketersediaan air tanah hampir sama dengan periode 1991-2010, sehingga jadwal tanam pertama kembali dimulai pada bulan Oktober
Karakteristik Quasi-Linear Convective System Menggunakan Radar Cuaca di Pontianak Tahun 2019 Mulya, Aditya; Maulana, Rezky Fajar
Jurnal Fisika Unand Vol 11 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jfu.11.1.104-112.2022

Abstract

Quasi-Linear Convective System (QLCS) merupakan salah satu sistem konvektif bertipe linear yang dapat menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik QLCS di wilayah Pontianak. Penelitian ini mengambil kasus QLCS yang terjadi selama tahun 2019 di Pontianak dengan memanfaatkan pengamatan berbasis radar cuaca C-Band dalam radius 150 km untuk menganalisis karakteristik QLCS. Karakteristik QLCS yang dianalisis berupa sebaran temporal dan spasial, tipe pembentukan, profil propagasi sistem, serta vertical wind shear lapisan bawah dengan menggunakan produk CMAX, CTR, dan VSHEAR. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kejadian sebanyak 16 kasus QLCS yang terjadi di wilayah cakupan radar cuaca Pontianak selama tahun 2019. Dari fase inisiasi, matang, hingga disipasi, sebagian besar QLCS mampu bertahan hingga 30–60 menit dan 60–90 menit dan lebih banyak terjadi pada siang hari di wilayah coastal plain dikarenakan sifat daratan yang lebih cepat menyerap panas dibandingkan lautan. Pada fase inisiasi, proses pembentukan QLCS lebih sering terjadi dengan tipe broken line dan broken areal. Arah propagasi QLCS cenderung ke arah barat dengan kecepatan yang dominan pada kategori fast moving (> 7 m/s) serta nilai vertical wind shear pada lapisan bawah lebih dari 5 m/s/km (strong) dari fase inisiasi, matang, hingga disipasi karena pengaruh angin darat dan angin laut serta pemanasan matahari yang kuat di wilayah ekuator.