Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Optimalisasi Pemanfaatan Kuresif 2.0: Barcode pada Ibu Baduta Mengenai MP-ASI Kaya Protein Hewani di Wilayah Kerja Posyandu Desa Saguling Suminar, Ratna; Purnamasari, Kurniati Devi; Hindiarti, Yudita Ingga; Heryani, Sri
Abdimas Galuh Vol 6, No 2 (2024): September 2024
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v6i2.15752

Abstract

Indonesia masih menghadapi permasalahan kekurangan gizi pada anak. Terdapat 3 kelompok masalah gizi,  masalah yang telah dapat dikendalikan (finished agenda), masalah gizi yang belum selesai (un-finished agenda) dan yang masalah baru yang mengancam kesehatan masyarakat (emerging problem). Stunting termasuk pada masalah gizi yang belum selesai (un finished agenda). Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6%. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24,4%. Walaupun menurun, angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14% dan standar WHO di bawah 20%. Pada tahun 2021 terjadi sebanyak 24,5% stunting di Jawa Barat.Terjadi penurunan pada tahun 2022 menjadi 20,2%. Di Kabupaten Ciamis terdapat 3,4% angka kejadian stunting di tahun 2022, sebelumya prevalensi stunting tahun 2021 sebanyak 4,9%, tahun 2020 sebanyak 6,4%.Kekurangan protein hewani selama fase MP-ASI merupakan penyebab utama awal terjadi stunting pada bayi dibawah dua tahun (baduta). Kurang asupan zat gizi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan perilaku terhadap pemberian jenis MP-ASI yang diberikan. Inovasi media penyuluhan diperlukan agar terjadi peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap ibu. Kuresif 2.0: Barcode adalah media audiovisual dalam bentuk saluran barcode yang dapat di scan melalui smartphone berisi pesan kesehatan mengenai aturan dasar pemberian makan pada anak, syarat pemberian MP-ASI menurut WHO, dan modifikasi resep MP-ASI kaya protein hewani bagi bayi 0−23 bulan. 
Pelatihan Pijat Oksitosin Pada Bidan Untuk Meningkatkan Produksi ASI Purnamasari, Kurniati Devi; Hindiarti, Yudita Ingga; Ningrum, Widya Maya
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Kesehatan Galuh Vol 1, No 2 (2024): Agustus
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/jpkmu.v1i2.16072

Abstract

Menyusui merupakan metode terbaik untuk meningkatkan angka harapan hidup bagi seorang bayi. Namun, cakupan pemberian ASI ekslusif pada enam pertama kehidupan bayi masih cukup rendah, yaitu hanya sebesar 52%. Presentasi ini saat ini masih berada jauh di bawah angka yang ditargetkan oleh Pemerintah. Maka, kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) dilakukan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan serta keterampilan bidan mengenai teknik pijat oksitosin sebagai upaya untuk meningkatkan produksi ASI. Kegiatan PkM ini dilaksanakan untuk bidan di Puskesmas Baregbeg. Metode yang digunakan meliputi pelatihan dan penerapan teknik pijat oksitosin, termasuk penyegaran keterampilan bidan dalam melakukan pijat oksitosin. Hasil dari kegiatan PkM ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan secara bertahap dan keterampilan pada sasaran dalam melakukan pijat oksitosin, dengan peningkatan pengetahuan sebesar 40%. Disarankan agar bidan mengajarkan teknik pijat oksitosin kepada setiap ibu nifas dan menjadikannya sebagai bagian rutin dari perawatan ibu nifas untuk membantu meningkatkan produksi ASI.
Optimalisasi Tumbuh Kembang Balita Melalui Peningkatan Pengetahuan Tentang Kecukupan Gizi Hindiarti, Yudita Ingga; Mukti, Arifah Septiane; Fatimah, Siti
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Kesehatan Galuh Vol 1, No 2 (2024): Agustus
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/jpkmu.v1i2.16081

Abstract

Pada tahun 2019, Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan prevalensi stunting pada anak di bawah lima tahun sebesar 21,3% (World Health Organization, 2020). Di Indonesia, survei status gizi balita tahun 2019 menunjukkan prevalensi stunting mencapai 27,67%, melebihi toleransi maksimal yang ditetapkan WHO. Angka stunting di Provinsi Jawa Barat lebih tinggi dari rata-rata nasional, termasuk di Kabupaten Ciamis, khususnya Kecamatan Sindangkasih. Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong pola konsumsi pangan balita yang kreatif, bergizi, dan seimbang, dengan sasaran kader dan ibu balita. Metode yang digunakan meliputi edukasi gizi dan demonstrasi memasak dengan media leaflet. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan perilaku ibu balita dalam penganekaragaman pangan yang bergizi, berimbang, dan aman. Kegiatan dimulai dengan pretest, dilanjutkan dengan penyampaian materi tentang kecukupan gizi, demonstrasi memasak kudapan sehat, dan post test untuk mengukur pengetahuan ibu balita. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan dalam pengetahuan ibu balita dan kader mengenai pentingnya kecukupan gizi bagi balita.
Peningkatan Pengetahuan Ibu Nifas Melalui Pelatihan Pijat Oketani dalam Upaya Pencegahan Bendungan Air Susu Ibu (ASI) Heryani, Sri; Hindiarti, Yudita Ingga; Suminar, Ratna
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Kesehatan Galuh Vol 1, No 2 (2024): Agustus
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/jpkmu.v1i2.16222

Abstract

Masalah umum yang terjadi setelah melahirkan adalah pembengkakan payudara (breast engorgement). Hal ini disebabkan karena ASI tidak keluar dengan cepat serta tersumbatnya aliran vena dan limfatik sehingga menghambat dan menekan aliran ASI sehingga dapat mengakibatkan pembengkakan payudara (pembengkakan payudara). Pijatan ini merangsang kekuatan otot dada, melembutkan payudara, meningkatkan elastisitas dan meningkatkan produksi ASI. Menurut WHO, sekitar 40% ibu di Amerika Serikat tidak mau menyusui setelah melahirkan karena payudaranya nyeri atau bengkak. Di Indonesia, sekitar 10-20% ibu mengalami retensi ASI setelah melahirkan. Berdasarkan hasil penelitian (Maryati & Sari, 2018), dari 74 responden, 50 (67,6%) ibu mengalami pembengkakan ASI setelah melahirkan, dan tidak terdapat hubungan antara frekuensi ASI membesar dengan perilaku pembatasan menyusui. 84,6%), 33 (58,9%) memberikan ASI dan 31 (41,9%) memberikan evakuasi payudara tidak lengkap. Tujuan dari layanan ini adalah untuk memberikan Anda materi penelitian terkini tentang bagaimana meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif dan mencegah pembengkakan payudara.
Pengaruh Kemampuan Bahasa Melalui Stimulasi Buku Cerita Bergambar Hindiarti, Yudita Ingga; Suminar, Ratna; Silvia Widyani Heriyanti
Bunda Edu-Midwifery Journal (BEMJ) Vol. 7 No. 2 (2024): September 2024
Publisher : Akademi Kebidanan Bunga Husada Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54100/bemj.v7i2.243

Abstract

Keterlambatan berbicara (speech delay) merupakan salah satu gangguan perkembangan pada anak. Speech delay merupakan terjadinya keterlambatan balita dari segi berbicara dan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya. Permasalahan speech delay seringkali mempengaruhi anak khususnya dalam bidang akademik karena masalah perkembangan bicara secara tidak langsung akan menyulitkan anak khususnya dalam bidang akademik. Selain itu, anak yang memiliki kesulitan bicara juga biasanya memiliki masalah dalam aspek sosial. Hal tersebut akan mempengaruhi interaksi sosial anak dengan lingkungan sosial yang akan sangat mempengaruhi perkembangannya. Metode bercerita melalui cerita bergambar merupakan intervensi dini yang banyak dipilih untuk menstimulasi kemampuan bicara pada anak dengan speech delay. Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat seberapa efektif intervensi cerita bergambar dalam stimulasi biacara pada anak, penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan teknik pengambilan sampel accidental sample. Penelitian dilakukan dengan melakukan intervensi cerita bergambar sebagai stimulasi bicara pada anak dengan speech delay. Hasil analisis  peningkatan jumlah kosakata dan kelancaran berbicara dievaluasi pada saat sebelum dan sesudah intervensi. Penelitian ini dilakukan pada 15 responden kelompok intervensi cerita bergambar Hasil analisis membandingkan seberapa efektif cerita bergambar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional sebagai upaya stimulasi bicara pada anak dengan gangguan perkembangan speech delay. Hasil penelitian didapatkan  bahwa analisis perkembangan bahasa mengalami pengaruh yang signifikan, dimana peningkatan setelah stimulasi buku cerita bergambar sebesar 20%.
Tingkat Nyeri Desminore pada Remaja dengan Massage Efflurage di SMAN 1 Cihaurbeuti Mukti, Arifah Septiane; Hindiarti, Yudita Ingga; Heryani, Sri
Journal of Midwifery and Public Health Vol 6, No 2 (2024): November
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/jmph.v6i2.16694

Abstract

Efflurage massage is a method of massaging using the palms of the hands to apply gentle pressure to the surface of the body in a repeated direction of circulation. This technique aims to increase blood circulation, apply pressure and warm the abdominal muscles and increase physical and mental relaxation. Dysmenorrhea is pain or cramps that women feel in the lower abdomen area which occurs before or after experiencing the first day of menstruation (menarche) until the second day. The aim of this study was to determine the effect of massage efflurage on reducing desminorrhea pain. The method in this research is Quasi-Experimental research using the One Group Pretest-Posttest Design research method. The results of this study were that those who experienced desminore pain levels before efflurage massage were 14 respondents (47%) with severe desminore pain levels, 9 people (30%) with moderate pain levels and 18 (60%) respondents after efflurage massage. mild pain level. The conclusion from this study is that there is an effect of efflurage massage on reducing the level of desminore pain. Advice for teenagers is that when experiencing desminorrhea, they should try not to consume drugs and herbal medicines, and should do efflurage massage.
Gambaran Penatalaksanaan Endorphin Masage Untuk Penurunan Skala Nyeri Punggung Bawah Ibu Hamil Trimester III di TPMB Bd. E Kecamatan Baregbeg Pauziah, Widiya Sa’diyatil; Hindiarti, Yudita Ingga; Mukti, Arifah Septiane
Journal of Midwifery and Public Health Vol 6, No 2 (2024): November
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/jmph.v6i2.16690

Abstract

Back pain during pregnancy typically occurs in the third Trimestr. This discomfort is especially common in the later stages of pregnancy, during the third trimester, when the body undergoes significant changes to accommodate the growing baby.in Indonesia reaches 60% -80%. Efforts to reduce pain can use Endorphin Massage to release endorphin compounds, which act as natural pain relievers. The aim of thist research is to determin the description of the management of endorpin masage to reduce the the scale of lowers bak pain in third trimestr pregnan women at TPMB Bd. E Baregbeg District. The method in this research uses descriptive. Sample wer taken fom a population that me the inclusin criteria, a sample of 13 people using an accidental sampling techniqu. The research instrumen used the Numeric Rating Scal (NRS) sheet and SOP. The results obtained before the Endorphin massage were carried out, most of the respondents experienced moderate pain, 7 respondents (53.8%) and after the Endorphin masage, almost all respondents experienced mild pain, with 10 respondents (76.9%). Base on the research results, it is evident that ther is a decreas in the scal of lower back pain in thir trimestr pregnan women after receiving Endorphin massage. It is hoped that midwives will apply and integrate Endorphin massage techniques to help reduce symptoms of back paint in thir trimestr pregnan women.
The Effect of Oxytocin Massage on Weight among Infant in Sub-Urban and Rural Areas Purnamasari, Kurniati Devi; Hindiarti, Yudita Ingga
International Journal of Nursing and Health Services (IJNHS) Vol. 6 No. 5 (2023): International Journal of Nursing and Health Services (IJHNS)
Publisher : Alta Dharma Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35654/ijnhs.v6i5.747

Abstract

Background: The World Health Organization (WHO) recommends exclusively breastfeeding for six months. In addition to the advantages of breastfeeding, one of the critical challenges is the issue of exclusive breastfeeding, namely the uneven milk production. In the medical setting, pharmacological therapy is used post-partum to encourage breastfeeding. Unfortunately, this approach makes the mother dependent on the child. A non-invasive method of increasing milk supply, oxytocin massage is safe for mothers. Objective: This study aims to ascertain how oxytocin massage affects infant weight gain. Method: This study has a quasi-experimental design and is an experiment. There were 46 participants in this study. Purposive sampling was used to collect samples from 30 post-partum women randomly split into two groups, 15 of whom received oxytocin massages and 15 of whom received breast care. Result: According to the statistical test results, the intervention group's oxytocin massage had a substantial impact on the infants' weight being reached. The findings of this study will raise the standard of care provided by healthcare professionals, particularly midwives acting in the capacity of executors, who will be better able to inform mothers about the advantages of oxytocin massage and inspire families to engage in it. Conclusion: Due to the study's findings, providing the intervention group with an oxytocin massage significantly increased milk production as measured by the quantity of milk produced, the baby's weight, the frequency of feedings, and the frequency of urine. During the post-partum phase, the mother receives an oxytocin massage. Recommendation: The findings of this study would enhance the standard of care provided by healthcare professionals, particularly midwives who serve as executors. It may inform mothers about the advantages of oxytocin massage and inspire families to undertake it.
Effectiveness of the Kalkulating Platform (Stunting Detection Calculator) for Increasing Hemoglobin Levels in Adolescents Suminar, Ratna; Perdana, Isma Madya; Mulayana, Ridwan; Heriyanti, Silvia Widyani; Hindiarti, Yudita Ingga
Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing Journal) Vol. 11 No. 3 (2025): JURNAL KEPERAWATAN KOMPREHENSIF (COMPREHENSIVE NURSING JOURNAL)
Publisher : STIKep PPNI Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33755/jkk.v11i3.899

Abstract

Background: Anemia in adolescents is one of the contributing risk factors to stunting in early adulthood. Early detection and community-based interventions are essential for promotive and preventive efforts, particularly within school settings. One strategy implemented is the use of the adolescent stunting risk detection feature in the Kalkulating platform, applied by the Youth Information and Counseling Center (PIK R) at SMAN 1 Baregbeg. Objective: This study aimed to determine the effectiveness of the adolescent stunting risk detection feature in reducing anemia cases among adolescents. Methods: This study employed a quantitative descriptive design with a pre-post intervention approach. The subjects were students from SMAN 1 Baregbeg actively engaged in PIK R activities. Hemoglobin (Hb) levels were measured twice by the Baregbeg Public Health Center (Puskesmas Baregbeg), in October 2024 and May 2025. Initially, 44 adolescents were identified with anemia. After interventions including education and routine monitoring using the Kalkulating feature, a follow-up test showed only 10 cases of anemia. Results: There was a reduction of 34 anemia cases from a total of 44, indicating an effectiveness rate of 77.27% and Cohen’s 3,34. According to the effectiveness classification based on percentage change, this intervention falls under the effective category. Conclusion: The implementation of the adolescent stunting risk detection feature in the Kalkulating platform was effective in reducing anemia rates among adolescents. This model can be replicated in school-based health programs with multisectoral support, including primary healthcare providers such as community health centers.
The use of curesive audiovisual media as the right complementary feeding counseling media Suminar, Ratna; Karim, Fatmawati; Purnamasari, Kurniati Devi; Hindiarti, Yudita Ingga; Ningrum, Widya Maya
Galuh International Journal of Community Service and Development Vol 2 No 1 (2024): September 2024
Publisher : Badan Kemitraan Inovasi dan Kewirausahaan Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/gijcsd.v2i1.4169

Abstract

Nutritional problems having a serious impact on the quality of human resource is still faced by Indonesian people. Malnutrition is caused by various factors both inside and outside of health problems. According to the World Health Organization (WHO), malnutrition has a role of 54% in infant and toddler mortality. Lack of nutritional intake during growth has consequences ranging from stunted growth, and impaired brain growth, to death. Nutrition has a big role in reducing the rate of illness and death, especially in infants and toddlers. Improper nutritional intake is still the cause of the high malnutrition and malnutrition in Ciamis Regency. Improper complementary feeding is the main cause of early malnutrition in infants under two years old. Lack of nutrient intake is greatly influenced by knowledge and behavior on the type of complementary feeding given. Curesive Audiovisual Media is an audiovisual health counseling media in the form of motion audiovisual with MP4 format inserted into a flash drive and an authentic cover named containing health messages regarding infant nutrition 0−24 months during the MP-ASI phase starting from the basic rules of feeding children, the requirements for MP-ASI according to WHO, and modification of complementary feeding formula for infants aged 6−24 months according to the age of the child.