Singkong memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi komoditas industri pangan berbasiskarbohidrat. Panen singkong yang cukup banyak di daerah mitra memerlukan pemanfaatan menjadi produk yang lebih tahan lama dengan nilai jual yang lebih tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pembuatantepung mocaf (modified cassava flour). Tujuan kegiatan pengabdian adalah pelatihan pembuatan danpengemasan tepung mocaf pada kelompok tani Subur III Desa Pegalangan Kidul Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo. Kegiatan didahului dengan diawali dengan persiapan, yang meliputi penyamaan presepsi dan pemahaman, pembagian tugas dan tanggungjawab anggota tim dan mahasiswa MBKM yang terlibat serta untuk menggali tentang potensi pemanfaatan singkong dan masalahnya. Selanjutnya dilakukanpelatihan dan pendampingan untuk mengenal tepung mocaf, pembuatan, dan pemanfaatannya diikuti dengan praktik pembuatan menggunakan Teknologi Tepat Guna (TTG) serta pengemasan tepung mocaf. Hasil kegiatan berupa adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan 80% anggota Kelompok tani Subur III Desa Pegalangan Kidul Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo terampil dalam diversifikasi olahan berbasis Singkong menjadi Tepung Mocaf (modified cassava flour), serta adanya peningkatan pendapatan anggota kelompok tani pada saat terjualnya tepung mocaf dengan harga Rp.25.000. Optimizing Cassava as Raw Material for Mocav Flour to Increase Added Value and Welfare Through Kelompok Tani Subur III Abstract Cassava has great potential to be developed into a food-based industrial commodity carbohydrate. The large cassava harvest in partner areas requires utilization into a more durable product with a higher selling value. One effort that can be done is manufacturing mocaf flour (modified cassava flour). The purpose of service activities is training in making and packaging of mocaf flour in the Subur III farmer group, Pegalangan Kidul Village, Maron District, Probolinggo Regency. The activity was preceded by preparation, which included equalizing perceptions and understanding, dividing tasks and responsibilities of the team members and MBKM students involved as well as exploring the potential use of cassava and its problems. Next is done training and mentoring to get to know mocaf flour, its manufacture and use, followed by manufacturing practices using Appropriate Technology (TTG) and packaging of mocaf flour. The results of the activity include an increase in the knowledge and skills of 80% of the members of the Subur III farmer group, Pegalangan Kidul Village, Maron District, Probolinggo Regency, skilled in diversifying cassava-based processed products into modified cassava flour, as well as an increase in the income of farmer group members when selling mocaf flour with price Rp. 25,000.