Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

The Routledge Handbook of Language Revitalization NFN Nazarudin
Linguistik Indonesia Vol 39, No 1 (2021): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Title         : The Routledge Handbook of Language RevitalizationEditor       : Leanne Hinton, Leena Huss, Gerald RocheISBN        : 978-1-315-56127-1 (e-book)Publisher  : Routledge, 2018, pp. 552 
REPRESENTASI SULTAN DAN KEPEMIMPINAN DALAM MEDIA MASSA LOKAL DI MALUKU UTARA Tommy Christommy; NFN Nazarudin
Linguistik Indonesia Vol 39, No 2 (2021): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/li.v39i2.249

Abstract

Van Klinken (2007) argued that in Indonesia’s autonomy era, sultanship has become perhaps the symbol par excellence of local identity. It is part of the communitarian turn in Indonesian politics after the end of the New Order. This becomes one of the factors that revived identities or invented it at a great rate, especially at the district level. Within those backgrounds, this research aims to investigate how the sultan and sultanship in Ternate represented by the local media. We used qualitative approach to capture the representation of sultan by analyzing the newspaper published in Malut Post, the biggest local newspaper in North Maluku. By utilizing a qualitatively processed key analysis with the NVIVO software, we analyze Saturday’s newspaper published in 2012—2017 using some keywords semantically related to sultan and kesultanan. Moreover, we also analyzed the semantics relations of the related keywords such as kolano and jou to figure out its collocation in the corpus data. Based on our findings, we figure out that sultan is represented more dominan in the media compare to kesultanan. On the one side, the local media captured the role of sultan as a figure, and also a father. However, on the other side, the media also capture the conflict that has happened inside the kesultanan, especially related with the new Sultan election process.
KEARIFAN KOTA DEPOK DALAM MEDIA MASSA LOKAL RADAR DEPOK: ANALISIS WACANA BERANCANGAN KORPUS Untung Yuwono; Nazarudin Nazarudin
Linguistik Indonesia Vol 37, No 1 (2019): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.821 KB) | DOI: 10.26499/li.v37i1.64

Abstract

Salah satu model jurnalisme yang hidup dalam masyarakat adalah jurnalisme lokal. Jurnalisme lokal dicirikan oleh wilayah pemberitaan yang terbatas, sekaligus distribusi media massa cetak yang juga terbatas pada wilayah itu, dan pada umumnya kesederhanaan dalam usaha, seperti sarana kerja yang sederhana. Meskipun demikian, jurnalisme lokal berkembang mengikuti kemajuan zaman, seperti sarana penyampaian informasi yang saat ini tidak terbatas pada cetakan, tetapi juga dengan sarana teknologi informasi (media daring). Jurnalisme lokal berupaya bertahan hidup pada utamanya dengan memuat informasi yang unik tentang wilayah yang diinformasikan. Indonesia, yang kaya akan etnik, budaya, dan berbagai latar belakang masyarakat, menjadi tempat yang potensial bagi perkembangan jurnalisme lokal. Salah satu jurnalisme lokal yang beroperasi di Depok, Jawa Barat, adalah Radar Depok. Bagaimana kearifan kota Depok direpresentasikan secara positif oleh Radar Depokmenjadi pertanyaan penelitian ini. Dengan memanfaatkan analisis kunci yang diolah secara kuantitatif dengan peranti lunak TshwaneDJe: tlCorpus Concordance Software (Corpus Query Software), hal-hal apa saja yang merupakan bagian dari kearifan Kota Depok yang ditonjolkan oleh Radar Depokdaring (radardepok.com) ditemukan dalam penelitian. Sejumlah 88 teks berita dan karangan khas (feature)sepanjang tahun 2017 yang menginformasikan pengalaman positif masyarakat Kota Depok ditelaah melalui korpus. Hasilnya adalah Radar Depokmemprioritaskan geografi Depok sebagai wilayah hunian masyarakat yang majemuk dengan seni budaya asli Betawi yang hidup di dalamnya; kebersihan; kesehatan; keimanan; kenyamanan hidup bagi anak; kekayaan kuliner; pariwisata; dan tempat yang bernilai pengembangan investasi. Prioritas itu selaras dengan brandingDepok sebagai kota pendidikan; zero waste city; kota layak anak; dan kota investasi. 
BAHASA OIRATA, PULAU KISAR Nazarudin Nazarudin
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 2, No 1 (2013): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9362.533 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v2i1.51

Abstract

Bahasa Oirata adalah sebuah bahasa yang terancam punah yang dituturkan oleh suku Oirata di wilayah Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya. Sebagai sebuah bahasa dengan penutur sekitar 1500 orang, bahasa ini dianggap sebagai bahasa minoritas yang masuk dalam kategori terancam punah yang hidup berdampingan dengan bahasa Meher dengan penutur lebih dari 10.000 orang. Dengan demikian, cukup menarik untuk melihat bagaimana kedua bahasa tersebut saling berinteraksi. Berdasarkan temuan di lapangan, dapat diketahui bahwa kedua penutur bahasa ini berinteraksi dengan menggunakan bahasa Melayu Ambon. Selain itu, penelitian ini juga berfokus pada vitalitas bahasa Oirata dan deskripsi kebahasaan yang terdiri dari sistem fonologi dan proses morfologis yang terdapat dalam bahasa itu.
European Paper and Watermarks in the Qur'an Copies of Tubagus Mustofa Bakri Ratna Safitri; Priscila Fitriasih Limbong; Nazarudin
Jurnal Lektur Keagamaan Vol 20 No 1 (2022): Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 20 No. 1 Tahun 2022
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training, Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (902.186 KB) | DOI: 10.31291/jlka.v20i1.1016

Abstract

ABSTRACT A Quran copy written by Tubagus Mustofa Bakri (TMB) stored in the oldest mosque in Bogor, West Java, was claimed to have been existed since the 14th century and became a wide public attention. However, the use of European paper and the watermarks in this Quran copy could indicate the otherwise.  This study examines the use of European paper and watermarks in the Quran copy by TMB to confirm whether the reported time of publication (by the descendants of TMB) confirms with philological identifiers in the manuscript. This study employs a qualitative research design with descriptive analysis methods. Data were collected from direct observations in the field and interviews with key informants. The data were then analyzed using descriptive analysis method. Research finding indicates that there is information discrepancy regarding the time of Quran rewriting. Based on the analysis of the paper used, European paper only began to circulate in Nusantara around the 17th –18th century AD. The watermark in the Quran was also unique to the emblem produced between the 17th–18th centuries AD. The present study concludes that Quran copy made by Tubagus Mustofa Bakri was more likely copied between the 17–18th centuries, hence the claimed date of publication in the 14th century might not be accurate. With this finding, this study contributes in providing more accurate historical fact about Quran copy written by a prominent Islam preacher in West Java, Tubagus Mustofa Bakri.   Keyword: Quran, watermark, paper, European paper     ABSTRAK Salinan Al-Qur’an yang ditulis tangan oleh Tubagus Mustofa Bakri diketahui sebagai Al-Qur’an yang ada sejak abad ke-14. Namun, peng­gunaan kertas Eropa dan tanda air (watermark) dalam manuskrip tersebut mengindikasikan perbedaan waktu. Penelitian ini mengkaji penggunaan kertas Eropa dan cap kertas yang terdapat dalam Al-Qur’an salinan Tubagus Mustofa Bakri (disingkat TMB), untuk menjawab pertanyaan: Apa­­kah terdapat kesesuaian antara waktu pembuatan Al-Qur’an sebagai­ma­na disampaikan oleh keturunan TMB dengan informasi filologisnya (jenis kertas dan watermark)? Penelitian ini menggunakan desain pene­litian kuali­tatif dengan model analisis deskriptif. Data penelitian dikum­pulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara terha­dap narasumber. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Data analisis menunjukkan adanya ketidak­sesuaian data terkait waktu penyalinan Al-Quran. Data filologis menunjukkab bahwa kertas yang digunakan Al-Qur’an ini adalah kertas Eropa yang mulai ber­edar di Nusantara sekitar abad ke 17–18 Masehi. Selain itu, konversi cap kertas yang terdapat pada kertas Al-Qur’an juga memperli­hatkan bahwa cap kertas tersebut merupakan ciri khas di abad ke 17–18 Masehi. Pene­litian menyimpulkan bahwa Al-Qur’an salinan Tubagus Mustofa Bakri diperkirakan ditulis pada sekitar abad ke-17–18 Masehi, bukan pada abad ke-14 Masehi sebagaimana informasi anak keturunan TMB. Dengan demi­kian, penelitian ini meluruskan informasi yang berkembang di masyarakat terkait fakta sejarah al-Qur’an yang disalin oleh penyebar Islam di Jawa Barat ini.  Kata kunci: Al-Quran, Cap Kertas, Kertas, Kertas Eropa
Stefan Danerek, <i>Kamus bahasa Palu’e</i> – Indonesia Nazarudin, Nazarudin
Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia Vol. 21, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Vitalitas Bahasa Wabo di Kampung Wabo Tamrin; Satwiko Budiono; Nazarudin
Linguistik Indonesia Vol. 42 No. 1 (2024): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/li.v42i1.558

Abstract

Upaya pelindungan bahasa minoritas di Provinsi Papua perlu mendapat perhatian mendalam karena jumlah bahasa di Provinsi Papua terbilang banyak dengan jumlah penutur yang sedikit sehingga ancaman kepunahan menjadi tinggi. Salah satu bahasa minoritas di Provinsi Papua yang belum mendapat upaya pelindungan adalah bahasa Wabo di Kabupaten Kepulauan Yapen. Penelitian ini berusaha mengkaji vitalitas dari bahasa Wabo di Kampung Wabo. Tujuan penelitian ini adalah (1) menjelaskan situasi dan kondisi kebahasaan terkini, dan (2) mengidentifikasi indikator vitalitas bahasa mana yang perlu dikembangkan sebagai upaya pelindungan bahasa lanjutan ke depannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi partisipatoris. Analisis data menggunakan indikator vitalitas bahasa dari UNESCO. Hasilnya, vitalitas bahasa Wabo di Kampung Wabo dapat dikategorikan dengan status kritis secara keseluruhan. Hal ini karena bahasa Wabo memiliki kondisi yang lemah di semua indikator vitalitas bahasanya dan penyebab utamanya berasal dari absennya transmisi antargenerasi. Indikator yang paling rendah dan membutuhkan upaya pelindungan bahasa secepatnya adalah (1) ketersediaan bahan ajar dan literasi, (2) ranah dan media baru, serta (3) dokumentasi bahasa. Ketiga indikator tersebut dapat diupayakan oleh pihak eksternal penutur, sedangkan indikator transmisi antargenerasi hanya dapat diupayakan oleh pihak internal penutur bahasa Wabo.
Preserving Meher and Woirata Corpus Languages using Neural Machine Translation Prabowo, Yulius; Gabriel, Marthen; Nazarudin; Ratumanan, Tanwey; Maslim, Martinus
Indonesian Journal of Information Systems Vol. 6 No. 2 (2024): February 2024
Publisher : Program Studi Sistem Informasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/ijis.v6i2.8542

Abstract

Research on languages, particularly regional languages, is extremely challenging to conduct because there is very little or no language corpus available, particularly for Indonesia's regional languages. This project seeks to construct a translation machine for Indonesian in Meher and Woirata languages, and vice versa. However, to be able to achieve this, a corpus of Meher and Woirata languages must first be developed. The production of this corpus was carried out through field studies, the researcher requested various speakers of this language to translate manually and then compared the results from several translators through focus group talks to identify the appropriate use of words. The outcomes of this translation process are then written in the form of a database of Indonesian-Meher and Indonesian-Woirata language pairings which will subsequently be utilized as a learning database for the translation machine that will be created. This research succeeded in collecting 714.000 words in the Meher language and 805.000 words in the Woirata language. These results were then employed as a machine translation learning corpus, the output of the translation carried out by this machine was then validated through direct assessment by speakers of the two languages. The results of this testing indicated an accuracy above 80% for both translation into the Meher language and translation into the Woirata language. From the research carried out, it can be concluded that the construction of the Meher language corpus and the Woirata language corpus which was carried out through field research was successful in gathering and establishing a language corpus for these two languages. Apart from that, the experimental results suggest that the employment of translation algorithms to convert Indonesian into regional languages and vice versa may be carried out and provide translations with acceptable accuracy. The contribution of this research is in the establishment of the Meher and Woirata language corpus so that it can be generally accessed by anyone who requires it.