Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM NOVEL “HUJAN” KARYA TERE LIYE: MELALUI PENDEKATAN STRUKTURALISME Nurlelah, Siti
Linguistik : Jurnal Bahasa dan Sastra Vol 9, No 2 (2024): LINGUISTIK: Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/linguistik.v9i2.491-500

Abstract

Isu konstruksi gender yang sering diangkat di berbagai media adalah wacana maskulinitas. Media terus menghadirkan isu-isu sosial seperti ini agar para kapitalis memenuhi tuntutan pasar. Salah satu novel Tere Liye, hujan, menampilkan tokoh protagonis perempuan bernama Lail yang mewujudkan gagasan maskulinitas. Penulis berupaya mengembangkan gagasan baru tentang maskulinitas yang berbeda dari gagasan maskulinitas sebelumnya. Analisis mengungkapkan bahwa wanita yang digambarkan dalam konsep maskulinitas novel adalah tangguh, setia, bersyukur, dan percaya pada cinta. Dikisahkan bahwa Lail adalah seorang gadis yang berusia 13 tahun. Pada hari utama sekolah, Lail dihadapkan pada lontaran vulkanik dan getaran seismik yang mengejutkan. Dia tinggal di kota yang hancur akibat bencana. Selain itu, bencana besar tersebut mengakibatkan meninggalnya kedua orang tua Lail. Untungnya, Esok, bocah 15 tahun, menyelamatkan Lail. Pria ini memiliki seorang ibu yang selamat dari bencana juga. Sayangnya, ibunda Tomorrow harus mengamputasi kedua kakinya. Besok dan Lail menjadi lebih dekat. Mereka tinggal di tempat penampungan setelah bencana. Mereka seperti saudara yang tidak bisa dipisahkan.
Representasi Maskulinitas dalam Novel Hujan Karya Tere Liye Nurlelah, Siti; Senjaya, Arip; Hadiansyah, Firman
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran maskulinitas dalam novel Hujan karya Tere Liye, dengan fokus pada karakter Lail dan Esok. Menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini mengumpulkan data melalui pembacaan mendalam, pencatatan bagian relevan, dan identifikasi tema terkait maskulinitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi, dengan menggunakan koding untuk menandai dan mengelompokkan elemen-elemen dalam teks. Temuan menunjukkan bahwa aspek maskulin, seperti kemandirian, keberanian, dan kemampuan mengambil keputusan, diwakili dalam kedua tokoh utama. Meskipun Lail adalah seorang perempuan, ia menunjukkan sifat-sifat maskulin yang kuat, sementara Esok menunjukkan kepekaan emosional. Penelitian ini menunjukkan pemahaman tentang konstruksi sosial maskulinitas dalam sastra, bahwa sifat-sifat maskulin dapat dimiliki oleh individu dari kedua jenis kelamin.
REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM NOVEL “HUJAN” KARYA TERE LIYE: MELALUI PENDEKATAN STRUKTURALISME Nurlelah, Siti
Linguistik : Jurnal Bahasa dan Sastra Vol 9, No 2 (2024): LINGUISTIK: Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/linguistik.v9i2.491-500

Abstract

Isu konstruksi gender yang sering diangkat di berbagai media adalah wacana maskulinitas. Media terus menghadirkan isu-isu sosial seperti ini agar para kapitalis memenuhi tuntutan pasar. Salah satu novel Tere Liye, hujan, menampilkan tokoh protagonis perempuan bernama Lail yang mewujudkan gagasan maskulinitas. Penulis berupaya mengembangkan gagasan baru tentang maskulinitas yang berbeda dari gagasan maskulinitas sebelumnya. Analisis mengungkapkan bahwa wanita yang digambarkan dalam konsep maskulinitas novel adalah tangguh, setia, bersyukur, dan percaya pada cinta. Dikisahkan bahwa Lail adalah seorang gadis yang berusia 13 tahun. Pada hari utama sekolah, Lail dihadapkan pada lontaran vulkanik dan getaran seismik yang mengejutkan. Dia tinggal di kota yang hancur akibat bencana. Selain itu, bencana besar tersebut mengakibatkan meninggalnya kedua orang tua Lail. Untungnya, Esok, bocah 15 tahun, menyelamatkan Lail. Pria ini memiliki seorang ibu yang selamat dari bencana juga. Sayangnya, ibunda Tomorrow harus mengamputasi kedua kakinya. Besok dan Lail menjadi lebih dekat. Mereka tinggal di tempat penampungan setelah bencana. Mereka seperti saudara yang tidak bisa dipisahkan.