Teh merupakan komoditas strategis Indonesia yang menempati peringkat ketujuh produsen terbesar dunia, namun volume ekspornya mengalami penurunan signifikan dari 61.915 ton (2015) menjadi 42.811 ton (2019). Fenomena ini memerlukan analisis mendalam untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya, terutama peran produksi domestik dan nilai tukar yang hasil penelitian terdahulu masih kontradiktif. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh jumlah produksi teh dan nilai tukar Rupiah/USD terhadap volume ekspor teh Indonesia periode 2015–2019, serta memberikan rekomendasi kebijakan berbasis temuan empiris. Penelitian kuantitatif ini menggunakan data sekunder bulanan dari BPS, Bank Indonesia, dan Direktorat Jenderal Perkebunan (60 observasi). Analisis regresi linier berganda dengan IBM SPSS 25.0 diterapkan untuk menguji pengaruh variabel produksi (X₁) dan nilai tukar (X₂) terhadap volume ekspor (Y), dengan uji asumsi klasik dan hipotesis (uji t, uji F, dan R²). Produksi teh tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor (sig. 0,201 > 0,05; β₁ = -73,324), sedangkan nilai tukar berpengaruh negatif signifikan (sig. 0,006 < 0,05; β₂ = -674,370). Secara simultan, kedua variabel signifikan memengaruhi ekspor (uji-F sig. 0,008 < 0,05), dengan koefisien determinasi (R²) 15,7%, menunjukkan 84,3% variasi ekspor dipengaruhi faktor lain seperti kualitas dan kebijakan perdagangan. Temuan mengungkap bahwa nilai tukar lebih dominan daripada produksi dalam menentukan kinerja ekspor teh Indonesia. Implikasi kebijakannya meliputi: (1) Stabilisasi nilai tukar melalui instrumen lindung nilai, (2) Peningkatan kualitas produksi dengan modernisasi teknologi, dan (3) Diversifikasi pasar ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada fluktuasi kurs. Penelitian ini memperkaya literatur perdagangan internasional dengan menegaskan pentingnya faktor non-produksi dalam ekspor komoditas primer.