Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pemberdayaan pengasuh lansia dalam pemanfaatan pojok herbal sebagai upaya menigkatkan kesehatan lansia di LKS-LU Pangesti lawang Wibowo, Wibowo; Sawu, Sirilus Deodatus; Lahardo, Devanus
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 9, No 2 (2025): March
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v9i2.29411

Abstract

AbstrakPerkembangan jumlah lansia di Indonesia terjadi dalam jangka waktu kurang lebih 50 tahun. Dalam periode tersebut, persentase penduduk lansia Indonesia mengalami lonjakan dua kali lipat dibanding sebelumnya. Pada tahun 2020, persentase lansia mencapai 9,92 persen atau sekitar 26,82 juta orang. Penyakit ataupun masalah- masalah kesehatan lainnya yang sering dialami oleh lansia sangat berbeda dari orang dewasa, yaitu adanya masalah gangguan tidur, imobilisasi, inkontinensia, depresi, kekurangan nutrisi, menurunnya kekebalan tubuh. Potensi yang bisa dioptimalkan LKS-LU Pangesti Lawang adalah kebun yang luas yang ditanami berbagai tanaman seperti sayuran, buah buahan dan tanaman obat yang bisa memberikan manfaat untuk peningkatan kesehatan lansia penguni LKS- LU. Tahap kegiatan pengabdian kepada masyarakat dibagi menjadi 3 tahap yang  meliputi tahap persiapan administratip, pelaksanaan dan evaluasi. Waktun yang dibutuhkan untuk kegiatan ini adalah selama 3 hari yaitu pada tanggal Edukasi ini akan dilaksanakan selama 3x pertemuan pada tanggal 19 November, 2 dan 5 Desember 2024 dengan jumlah peserta 11 orang di aula LKS LU Pangesti Lawang. pukul 12.30-15.00. Pada pertemuan hari pertama  di diawali dengan kegiatan pre test, dan didapatkan nilai rata-rata 5,4. Setelah peserta diberi penjelasan tentang pojok herbal sebagai upaya meningkatkan kesehatan lansia dilanjutkan dengan post test untuk mengetahui materi yang telah diberikan didapatkan nilai post test sebesar 8,2 penanaman tanaman herbal dilakukan pada hari ke tiga pada tempat yang sesuai dengan karakteristik tanaman. Kata kunci: kesehatan lansia; pengasuh lansi; pojok herbal; tanaman obat. AbstractThe development of the number of elderly people in Indonesia has occurred over a period of approximately 50 years. In this period, the percentage of Indonesia's elderly population has doubled compared to before. In 2020, the percentage of elderly people reached 9.92 percent or around 26.82 million people. The illnesses or other health problems often experienced by the elderly are very different from those of adults, namely problems with sleep disorders, immobilization, incontinence, depression, nutritional deficiencies, decreased immunity. The potential that can be optimized by LKS-LU Pangesti Lawang is a large garden planted with various plants such as vegetables, fruit and medicinal plants which can provide benefits for improving the health of elderly residents of LKS-LU. The community service activity stage is divided into 3 stages which include the administrative preparation, implementation and evaluation stages. The time required for this activity is 3 days, namely on the date. This education will be held during 3 meetings on 19 November, 2 and 5 December 2024 with a total of 11 participants in the LKS LU Pangesti Lawang hall. 12.30-15.00. The first day of the meeting began with pre-test activities, and an average score of 5.4 was obtained. After the participants were given an explanation about the herbal corner as an effort to improve the health of the elderly, it was continued with a post test to find out the material that had been given. The post test score was 8.2. The planting of herbal plants was carried out on the third day in a place that suited the characteristics of the plants. Keywords: elderly caregivers; elderly health; herbal corne; medical plants
Edukasi tanaman pojok herbal serta pengembangan produk jahe dan sereh untuk peningkatan ekonomi Desa Pulungdowo Ekasari, Wiwied; Suciati, Suciati; Iswahjuni, Iswahjuni; lahardo, devanus; Ramadhani, Firmansyah Ardian; Fatmawati, Annisa; Hutami, Anisa Tri; Tjandra, Edbert Rafael; Yuliana, Khalifah; Purbiastuti, Putri Ayu; Nugroho, Novreza Avistha; Wijayanti, Galuh Candra; Gerriandi, Aqila Aqhnia; Rahmadani, Andini Putri; Akbar, Jasmine Aulia; Putri, Nindya Tresiana
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 8, No 4 (2024): December
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v8i4.28178

Abstract

AbstrakDesa Pulungdowo terletak di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur memiliki sumber daya alam melimpah yakni jahe dan sereh. Namun, pemanfaatan sumber daya alam ini belum maksimal, yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat, pengolahan, serta pemasaran produknya di pasaran. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan Indeks Ketahanan Ekonomi Desa menjadi desa mandiri atau maju dengan pemanfaatan produk jahe dan sereh, serta menjadi desa percontohan Pojok Herbal. Pada tahun ke-1, pengabdi telah memberikan pelatihan pembuatan stik daun kelor, sirup dan permen Jarecang (jahe, sereh dan secang). Untuk mengoptimalkan potensi Desa Pulungdowo, maka pada tahun ke-2 dilanjutkan dengan pembentukan Pojok Herbal yang ditanami berbagai jenis tanaman obat keluarga dilengkapi dengan display produk dan buku-buku terkait obat tradisional, serta diversifikasi produk berupa pelatihan pembuatan teh celup Jarecang dan pembuatan simplisia dengan pendampingan fasilitator. Untuk melengkapi keterampilan mitra dalam produksi produk-produk tersebut, mitra diajarkan mengenai cara perhitungan keuangan untuk produk yang dihasilkan. Kegiatan ini juga dilengkapi dengan pemberian materi mengenai pemanfaatan tanaman obat untuk kesehatan dan kemasan serta label produk yang baik. Adapun materi pelatihan diberikan dengan metode ceramah dan Experimental Learning (belajar langsung implementasi). Mitra sasaran yang hadir pada saat pelaksanaan kegiatan adalah Kelompok Pemuda, anggota PKK, pelaku usaha dan perangkat desa dimana pada minggu pertama hadir sebanyak 35 orang dan minggu kedua hadir sebanyak 43 orang.  Evaluasi dilakukan dengan cara pemberian pre-test dan post-test, kemudian dianalisis secara kuantitatif. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, diperoleh nilai rata-rata sebesar 52,86 dan 82.43, yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan mitra terhadap materi penyuluhan yang diberikan. Kata kunci: Desa Pulungdowo; pojok herbal; tanaman obat; jahe; sereh AbstractPulungdowo Village is located in Tumpang District, Malang Regency, East Java, has abundant natural resources, namely ginger and lemongrass. However, the utilization of these natural resources has not been maximized, which is caused by the lack of public knowledge about the benefits, processing, andmarketing of the products in the market. This activity aims to increase the Village Economic Resilience Index to become an independent or advanced village by utilizing ginger and lemongrass products, as well as becoming a model village for Herbal Corner. In the 1st year, the community service provided training in making moringa leaf sticks, syrup and JARECANG candy made from ginger, lemongrass and secang, and to optimize the potential of Pulungdowo Village, in the 2nd year it was continued with the establishment of a Herbal Corner planted with various types of medicinal plants equipped with product displays and books related to traditional medicine, as well as product diversification in the form of training in making JARECANG tea bags and making simplicia with facilitator assistance. To complement the skills of participants in the production of these products, participants are also taught how to calculate the selling price of the products produced. This activity is also equipped with the provision of material on the use of medicinal plants for health and good product packaging and labels. The training materials are provided using lecture and Experimental Learning methods. The target partners who attended the activity were Youth Association, PKK members, business owners and village officials, where in the first week 35 people attended and in the second week 43 people attended.The evaluation was conducted by giving pre-test and post-test, then analyzed quantitatively. Based on the results of the pre- test and post-test, the average value obtained was 52,86 and 82.43, which indicated an increase in participants knowledge of the extension materials provided. Keywords: Pulungdowo Village; herbal corner; medicinal plants; ginger; lemongrass
Pembentukan pojok herbal dan produk herbal (teh dan sirup) untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di Desa Bengkaung, Kecamatan Batulayar, NTB Widyawaruyanti, Aty; Suciati, Suciati; Widiandani, Tri; Hidayati, Agriana Rosmalina; Hafid, Achmad Fuad; Purwanto, Djoko Agus; Purwitasari, Neny; Primaharinastiti, Riesta; Sukardiman, Sukardiman; Widyowati, Retno; Lahardo, Devanus; Ilmi, Hilkatul; Corry, Maylisa Natalia; Wicaksana, Firman; Edhi, Narendrani Sasmitaning; Hasan, Muhammad Amir
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 9, No 3 (2025): May
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v9i3.30199

Abstract

Abstrak Desa Bengkaung adalah desa yang terletak di kecamatan Batu Layar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.  Banyak potensi pada desa Bengkaung yang masih bisa dikembangkan diantaranya adalah sumber daya alam yang berlimpah. Namun, pemanfaatan sumber daya alam ini belum maksimal, yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan  pengolahannya. Maka dilakukan pengabdian masyarakat yang berlangsung 2 tahap yaitu seminar terkait pojok herbal dan pelatihan pembuatan teh dan sirup dengan bahan kayu manis, kunyit, temu lawak, asam jawa, kapulaga untuk sediaan sirup serta bangle pada sediaan teh herbal yang berfungsi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Kegiatan tersebut dilaksanakan  pada 25 Oktober 2024 dengan mitra terdiri dari  anggota IAI  kota Mataram dan kader PKK desa Bengkaung. Adapun materi pelatihan diberikan dengan metode ceramah dan metode praktik. Evaluasi dilakukan dengan cara pemberian pre-test dan post-test, kemudian dianalisis secara kuantitatif. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, diperoleh nilai rata-rata sebesar 60,94 dan 79.37, yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan mitra terhadap materi penyuluhan yang diberikan. Teh daun salam dan JKP-Bangle dievaluasi dengan pengukuran kadar antioksidan dengan DPPH dan FRAP assay. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar antioksidan the daun salam dan JKP-Bangle dengan FRAP assay memperoleh kadar tertinggi tertinggi nilai masing-masing sebesar 1359.84±13.47 mg GAE/g berat kering dan 396.73±16.79 mg GAE/g berat kering. Aktivitas antioksidan yang tinggi ini mengindikasikan potensi manfaat kesehatan dalam menangkal stres oksidatif yang berhubungan dengan penyakit neurodegeneratif, kardiovaskular, dan diabetes. Kata kunci: Desa Bengkaung; pojok herbal; tanaman obat; antioksidan. Abstract Bengkaung Village is a village located in Batu Layar sub-district, West Lombok, West Nusa Tenggara.  There is a lot of potential in Bengkaung Village that can still be developed, including abundant natural resources. However, the utilization of these natural resources has not been maximized, this is caused by a lack of public knowledge regarding their benefits and processing. So community service was carried out which took place in 2 stages, namely seminars related to the herbal corner and training in making tea and syrup using cinnamon, turmeric, ginger, tamarind, cardamom for syrup and bangle preparations, as well as bangles for herbal tea preparations which function to improve health. public. This activity was carried out on 24-26 October 2024 with partners consisting of IAI members from Mataram city and PKK cadres from Bengkaung village. The training material is provided using the lecture method and the Experimental Learning method (direct implementation learning). Evaluation is carried out by giving a pre-test and post-test, then analyzed quantitatively. Based on the results of the pre-test and post-test, an average score of 60.94 and 79.37 was obtained, which indicates an increase in partners' knowledge of the extension material providedrn how to make innovative products from mangosteen fruit so that they can be produced commercially. Thus, in the long term it is expected to increase the income of the Songgon Village residents. Antioxidant levels of bay leaf tea and JKP-Bangle were evaluated using DPPH and FRAP assays. Analysis results showed that the highest antioxidant levels measured by the FRAP assay were 1359.84±13.47 mg GAE/g dry weight for bay leaf tea and 396.73±16.79 mg GAE/g dry weight for JKP-Bangle. This high antioxidant activity indicates potential health benefits in combating oxidative stress associated with neurodegenerative, cardiovascular, and diabetes-related diseases. Keywords: Songgon Village; herbal corner; medicinal plants; antioxidants.
Pemberdayaan caregiver lansia dalam pembuatan teh celup kelor-pegagan Lahardo, Devanus; Prihanto, Yafet Pradikatama; Laurentza, Nancy Ratu Jovancha
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 9, No 5 (2025): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v9i5.34169

Abstract

AbstrakKelurahan Kasin merupakan salah satu kelurahan yang ada di Tengah Kota Malang. Memiliki lahan terbuka yang sangat terbatas, namun beberapa warga tampak memiliki tanaman yang diletakkan dalam pot. Berbagai jenis tanaman yang ditanam oleh warga kelurahan Kasin hanya sebatas bunga atau tanaman obat yang sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal. Saat dilakukan studi pendahuluan pada Maret 2025 ditemukan data bahwa caregiver lansia belum pernah mendapatkan pelatihan pemanfaatan tanaman herbal daun kelor-pegagan serta ketrampilan dalam pengolahannya. Karena selama ini memang caregiver ini belum pernah mendapatkan penyuluhan mengenai pemanfaatan apotek hidup. Ketua kader kesehatan juga mengatakan bahwa warga perlu mengetahui cara untuk mengolah tanaman herbal/apotek hidup sehingga bermanfaat untuk kesehatan, terutama lansia. Berdasarkan fenomena ini pelaksana pengabdian kepada Masyarakat (PkM) bermaksud untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan caregiver lansia dalam pembuatan the celup berbahan dasar Kelor-Pegagan, dan saat ini telah memberikan edukasi dan pelatihan kepada caregiver lansia kelurahan Kasin mengenai pemanfaatan dan pembuatan simplisia pegagan dan daun kelor sebagai bahan baku teh celup sebagai salah satu upaya menjaga kesehatan lansia. Edukasi ini telah dilaksanakan sebanyak 3x pertemuan (23, 25 dan 30 Juni 2025). Sebelum dan sesudah kegiatan pelatihan, dilakukan pre test (pertemuan pertama) dan post test (pertemuan ketiga) untuk menilai kemampuan kognitif para caregiver lansia dalam pemanfaatan dan pengolahan tanaman herbal. Caregiver juga dinilai dalam melaksanakan praktik pembuatan simplisia pegagan dan daun kelor. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dinyatakan berhasil terlihat dari kenaikan nilai rata-rata pre-test (56) menjadi post-test (82,5) serta semua caregiver 100% mampu membuat teh celup berbahan dasar Kelor-Pegagan. Luaran dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, modul pembuatan teh celup pegagan-kelor dan publikasi artikel di jurnal Selaparang (Sinta 4). Kata Kunci : caregiver lansia; teh celup; daun pegagan; daun kelor. AbstractKasin Village is a village located in the center of Malang City. It has very limited open space, but some residents seem to have plants placed in pots. The various types of plants grown by Kasin residents are limited to flowers or medicinal plants that can actually be used as herbal medicine. During a preliminary study in March 2025, data was found that elderly caregivers had never received training in the use of the Moringa-Canadian herb or skills in processing it. This is because these caregivers have never received counseling on the use of living pharmacies. The head of the health cadre also stated that residents need to know how to process herbal plants/living pharmacies so that they are beneficial for health, especially for the elderly. Based on this phenomenon, the Community Service (PkM) implementers intend to increase the knowledge and skills of elderly caregivers in making tea bags from Moringa-Canadian, and currently have provided education and training to elderly caregivers in Kasin Village on the use and preparation of Pegagan and Moringa leaves as raw materials for tea bags as an effort to maintain the health of the elderly. This education has been carried out in 3 meetings (23, 25 and 30 June 2025). Before and after the training activity, a pre-test (first meeting) and post-test (third meeting) were conducted to assess the cognitive abilities of elderly caregivers in the utilization and processing of herbal plants. Caregivers were also assessed in carrying out the practice of making pegagan and moringa leaf simplicia. This community service activity was declared successful as seen from the increase in the average pre-test score (56) to post-test (82.5) and all caregivers were 100% able to make tea bags from Moringa-Pegagan. The outputs of this community service activity were a report on community service activities, a pegagan-moringa tea bag making module and the publication of an article in the Selaparang journal (Sinta 4). Keywords: elderly caregivers; tea bags; pegagan leaves; moringa leaves.
Ethnomedicine Study of Medicinal Plants for Therapy of Elderly Sleep Disorders in Tengger Tribe Lahardo, Devanus; Ekasari, Wiwied; Widyawaruyanti, Aty
Borneo Journal of Pharmacy Vol. 7 No. 3 (2024): Borneo Journal of Pharmacy
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjop.v7i3.7272

Abstract

Ethnomedicine offers valuable insights into plant-based therapies, potentially leading to the discovery of novel drugs. Sleep disturbances, including difficulty falling asleep, maintaining sleep, and early morning awakening, are prevalent among the elderly population and can significantly worsen Alzheimer's disease progression. This study explores the medicinal plants utilized by the Tengger tribe's elderly population for treating sleep disorders. Employing a mixed-methods approach, the study involved qualitative data collection through snowball sampling and in-depth interviews with 99 elderly participants and three traditional healers of the Tengger tribe. Quantitative data was obtained through questionnaires administered during field surveys. Participants were selected based on specific criteria: elderly individuals over 60 years of age, native Tengger tribe members with a history of using medicinal plants for sleep disorders; traditional healers were required to be native Tengger tribe members with knowledge passed down through generations. The study identified a total of 11 medicinal plants used for sleep disorders. Five plant species emerged as the most dominant based on the highest citation value (FC) analysis: kale (Ipomoea reptans), agarwood (Aquilaria malaccensis), sintok (Cinnamomum sintoc), Broadleaf plantain (Plantago major), and soursop (Annona muricata). The most commonly used plant parts were leaves, bark, and roots. Traditional preparation methods included boiling and burning the plant materials. Notably, knowledge of these medicinal plants is primarily transmitted orally within the community. Our findings highlight five medicinal plants employed by the Tengger elderly to manage sleep disorders, with limited documented evidence of their efficacy.
Sosialisasi dan pelatihan inovasi produk berbahan dasar jahe dan sereh sebagai aset ekonomi desa Pulungdowo Ekasari, Wiwied; Suciati, Suciati; Iswajuni, Iswajuni; Lahardo, Devanus; Prayogo, Ega Widya; Nirmala, Afrida Yunda; Minnah, Fakhrina Fauzul; Imelda, Viola Puspa; Idayati, Dihan Isro; Putri, Lailatul Pratama; Putri, Nindya Tresiana
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 8, No 1 (2024): March
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v8i1.22208

Abstract

AbstrakDesa Pulungdowo yang terletak di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur memiliki sumber daya alam melimpah yakni jahe dan sereh, yang berpotensi dijadikan produk olahan inovatif dan dapat menjadi komoditas unggulan di Desa Pulungdowo, namun sampai saat ini pemanfaatannya belum maksimal karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam pengolahan serta pemasaran produknya di pasaran. Fokus utama program pengabdian adalah memberikan penyuluhan serta pelatihan baik secara teori ataupun aplikasi dalam pengembangan produk olahan berbasis jahe dan sereh, serta pemanfaatan teknologi guna memasarkan produk secara luas serta bernilai jual. Tujuan khusus yang diharapkan tercapai lewat program pengabdian masyarakat ini adalah produk olahan berbasis jahe dan sereh sebagai industri kreatif yang dapat meningkatkan perekonomian Desa Pulungdowo. Adapun materi penyuluhan diberikan dengan metode ceramah mengenai pemanfaatan tanaman jahe, sereh, dan tanaman sekitar untuk kesehatan serta pembuatan produk olahannya; dan teknik pemasaran produk yang baik. Dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan produk yakni sirup JARECANG, permen agar JARECANG, dan stik daun kelor melalui pendampingan fasilitator. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test yang dianalisis secara kuantitatif diperoleh nilai rata-rata sebesar 57,67 dan 72,67; yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan mitra terhadap materi penyuluhan yang diberikan. Kata kunci: desa pulungdowo; jahe; sereh; kelor. AbstractPulungdowo Village, which is located in Tumpang District, Malang Regency, East Java, had abundant natural resources such as ginger and lemongrass, which had the potential to be developed into innovative processed products and become superior commodities in Pulungdowo Village. However, their utilization was not yet optimal due to the lack of knowledge among the community in processing and marketing of the products in the market. The main focus of the community service program was to provide education and training, both in theory and application, in the development of ginger and lemongrass-based processed products, as well as the use of technology to market the products widely and of high value. The specific goal that was expected to be achieved through this community service program was the development of ginger and lemongrass-based processed products as a creative industry that could improve the economy of Pulungdowo Village. The education materials were provided through lectures on the use of ginger, lemongrass, and other plants for health and the making of processed products, as well as techniques for marketing the products effectively. This was followed by training on the making of JARECANG syrup, JARECANG agar candy, and moringa leaf sticks through facilitator guidance. Based on the results of pre-tests and post-tests analyzed, an average score of 57.67 and 72.67 was obtained, respectively, indicating an increase in participants’ knowledge. Keywords: pulungdowo village; ginger; lemongrass; moringa.