Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisa Teoritis Berat Jenis dan Panas Spesifik Gas Pembakaran Pada Ketel Uap Mini Model Horizontal Di Tinjau Dari Susunan Pipa (Tubes) Legisnal Hakim
TURBO [Tulisan Riset Berbasis Online] Vol 5, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (729.316 KB) | DOI: 10.24127/trb.v5i2.243

Abstract

Pada rancangan ketel uap pipa api mini dari PDP 1 (2014) bahwa jumlah pipa api rencana adalah 7 buah dan belum dilakukan analisa teoritis, untuk itu perlu dilakukan analisa berat jenis dan panas spesifik gas pembakaran berdasarkan susunan dan jumlah pipa api. Dari PDP 1 sudah dihasilkan spesifikasi ketel dan modelnya, yaitu ketel uap pipa api dan berbentuk horizontal, yang memiliki spesifikasi diameter drum 1000 mm, panjang drum 1200 mm, tebal plat drum 5 mm, diameter pipa api 125 mm, tebal 2,5 mm, tebal tubesheet 5 mm, jarak antara pipa api 203,2 mm, jumlah tube 7 susunan sejajar parallel. untuk sumber kalor yang di gunakan adalah sumber kalor yang dihasilkan oleh dapur dari hasil rancangan PDP 2 ( 2016 dengan temperature dalam dapur diambil 980 0C, total laju perpindahaan panas untuk 7 buah tube 7,3 MW, kapasitas gas pembakaran 0,042 m3/s ( 42 kg/s), kecepatan gas dalam pipa api 3.415 m/s, berat jenis gas pembakaran 7,2 kg/m3, panas spesifik gas pembakaran untk 7 pipa api 0,23 kJ/kg.0C.Kata kunci : ketel uap,pipa api, berat jenis.
Perancangan Sudu Turbin Angin Sumbu Vertikal Tipe Heliks Untuk Meningkatkan Kinerja Pada Kecepatan Angin Rendah Yusril Mahendra; Legisnal Hakim; Sunaryo
ARMATUR : Artikel Teknik Mesin & Manufaktur Vol. 5 No. 2 (2024): ARMATUR: Artikel Teknik Mesin dan Manufaktur
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/armatur.v5i2.6497

Abstract

When constructing wind turbine blades, one of the challenges is deciding on the number of blades, which in turn requires determining their height and diameter. Wind turbine blades need to be structurally sound so that they can spin with minimal wind forces. The primary objectives of this study are to ascertain the wind turbine blade height, diameter, form (specifically, helical type), and number of blades. Literature review, shaft and blade design, analysis, and discussion are all components of the design technique that the research employs. The design findings showed a wind turbine with a 2,280 mm blade height, a 1,820 mm blade diameter, a 13 mm shaft diameter, and a 90° twist, all at a low wind speed of 4.3 m/s.
Proses Pembuatan Ekor Turbin Angin Tipe Horizontal Dengan Daya Output 1000 Watt: Process for Making a Horizontal Type Wind Turbine Tail with an Output Power of 1000 Watt R. Alamsyah Ramadhan; Sunaryo; Legisnal Hakim
Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Undiksha Vol. 12 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jptm.v12i2.83560

Abstract

Kelangkaan energi yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil telah mencapai puncaknya. Sangat penting untuk membangun pembangkit listrik tenaga terbarukan untuk mengatasi masalah ini. Studi ini melihat PT. Telenetina Sarana Teknik Utama di Bandung, Indonesia, untuk merancang dan membangun Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB), Dengan workshop di Babakan Garut, Kabupaten Bandung Barat, Indonesia. Indonesia, sebagai negara tropis, memiliki potensi angin yang melimpah, yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. Tujuan penelitian ini adalah pada turbin angin tipe horizontal, yang membutuhkan perancangan yang cermat terutama pada panjang batang dan lebar daun ekor. Hal ini penting untuk menghindari kejadian over speed yang dapat merusak komponen turbin. Dua jenis gerakan ekor turbin angin adalah gerakan horizontal (yaw oriented) dan gerakan kombinasi horizontal dan vertikal memastikan efisiensi maksimal, desain ekor turbin harus mempertimbangkan faktor aerodinamika dan stabilitas (pitch-yaw oriented). Penelitian ini berkonsentrasi pada proses pembuatan ekor turbin angin jenis horizontal dengan daya output 1000 watt. Pilihan bahan yang tepat, proses pembuatan yang hati-hati, dan pengujian kinerja yang menyeluruh Untuk. Selain itu, saat memilih material, harus mempertimbangkan kekuatan dan ketahanan korosi.
Pengaruh Variasi Interlayer Terhadap Hasil Sambungan Material Dissimilar Menggunakan Mesin Las Gesek Rotary Tegak Bar Plate Yohanes, Yohanes; Rafizan, Rafizan; Legisnal Hakim
JURNAL SURYA TEKNIKA Vol. 11 No. 1 (2024): JURNAL SURYA TEKNIKA
Publisher : Fakultas Teknik UMRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37859/jst.v11i1.6665

Abstract

The aim of this research is to determine the effect of variations in interlayer thickness on welding time, interface area and hardness values ​​in dissimilar material welded joints using a bar-plate upright rotary friction welding machine. The method used in this research: rotational speed 2,613 rpm, friction pressure 0.5 MPa, forging pressure 0.7 MPa, forging time 10 seconds and interlayer variations (without interlayer, 0.3 mm, 0.5 mm and 1 mm). Tests used in the research: liquid penetrant test, metallography, and Vickers. It can be analyzed that interlayer variations have an effect on welding time. The time results obtained from using an interlayer with a thickness of 0.3 mm resulted in a time of 142.1 seconds, a 0.5 mm interlayer of 168.7 seconds, and a 1 mm interlayer of 204.4 seconds. The results for specimens without using an interlayer obtained a time of 71.3 seconds. The thicker the interlayer used, the longer the welding time. In observing the interface area, giving interlayer variations of 0.3 mm, 0.5 mm and 1 mm had an effect on cracks and cavities where all specimens were not found to have cracks or cavities, but voids were found in welding without allowing interlayer variations. In testing the hardness of interlayer variations with a thickness of 1 mm, the highest hardness was found in the interface area with an average hardness value of 169.56 VHN. Meanwhile, the lowest hardness value in the interface area results from variations without an interlayer with an average hardness value of 149.07 VHN