Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SUMELEH, SEMELEH: SIGNIFIKANSI ESTETIKA KERONCONG GAYA SOLO Andini, Mustika; Sukmayadi, Yudi; Supiarza, Hery
SWARA - Jurnal Antologi Pendidikan Musik Vol 3, No 2 (2023): ANTOLOGI PENDIDIKAN MUSIK
Publisher : Program Studi Pendidikan Seni Musik UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/swara.v3i2.32991

Abstract

Surakarta (Solo), yang dilegitimasikan sebagai kota keroncong, memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan pelestarian musik keroncong di Indonesia. Dengan berbagai hegemoni yang dilakukan, di tengah maraknya kreasi dan inovasi di era serba modern, masyarakat keroncong Solo masih mempertahankan sajian musik keroncong yang menjunjung tinggi nilai estetika keroncong gaya Solo. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan signifikansi estetika keroncong gaya Solo bagi para pelaku maupun penikmat musik keroncong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan triangulasi untuk menguji keabsahan data. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu terkait puncak estetika keroncong gaya Solo dan signifikansinya. Untuk mencapai puncak estetika keroncong gaya Solo, terdapat berbagai unsur yang membangun dan aturan-aturan tertentu. Signifikansi utama dari sajian musik keroncong gaya Solo yang telah mencapai puncak estetikanya yakni disebut dengan istilah sumeleh/semeleh. Istilah ini diidentifikasi dalam beberapa sub-bahasan, di antaranya sumeleh dalam kebahasaan dan makna, sumeleh sebagai emosi yang mempengaruhi perilaku, serta sumeleh sebagai pengalaman estetis (estesis) yang berkaitan dengan subjek, objek, dan nilai estetis. Sumeleh digambarkan oleh masyarakat keroncong Solo sebagai suatu keadaan/suasana hati yang tenteram dan tenang. Manfaat penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi pelaku maupun penikmat musik keroncong. Kata kunci : Sumeleh, Signifikansi Estetika Keroncong, Keroncong Gaya Solo
Memahami Dunia yang Penuh Makna Melalui Cultural Studies: Sebuah Pengantar Andini, Mustika
IRAMA Vol 7, No 2 (2025): August
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/irama.v7i2.81663

Abstract

Dunia yang kita tinggali penuh dengan makna yang terbentuk melalui kesepakatan sosial dan budaya.  Cultural studies atau kajian budaya hadir sebagai pendekatan multidisipliner untuk memahami bagaimana makna dikonstruksi dalam masyarakat melalui simbol, bahasa, dan praktik sosial. Budaya dalam cultural studies bukan hanya mencakup seni dan literatur, tetapi juga mencakup praktik sehari-hari, nilai, dan keyakinan yang mempengaruhi perilaku masyarakat. Artikel ini membahas konsep dasar cultural studies, dengan menyoroti hubungan antara makna, kekuasaan, dan ideologi dalam budaya populer serta media massa melalui pemaparan status keilmuan, urgensi, konsep kebenaran, dan metodologi yang digunakan dalam cultural studies. Dengan menggunakan metode studi literatur, penelitian ini menganalisis berbagai perspektif teoritis dari pemikir seperti Stuart Hall, Michel Foucault, dan Pierre Bourdieu untuk memahami bagaimana budaya membentuk identitas dan struktur sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cultural studies tidak hanya berfungsi sebagai alat analisis kritis terhadap makna dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga sebagai sarana untuk mengungkap dinamika kekuasaan yang tersembunyi di balik wacana sosial dan politik. Dengan demikian, pemahaman yang lebih dalam terhadap cultural studies dapat membantu individu mengembangkan kesadaran kritis terhadap fenomena sosial yang terjadi di sekitar kehidupan bermasyarakat.
Sakit Rindu: Romanticization of Manthous's Songs in Commodification Practices by Dapur Musik Project Andini, Mustika; Dienaputra, Reiza D.; Nugrahanto, Widyo
Jurnal Seni Musik Vol 12 No 2 (2023): December 2023
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jsm.v12i2.74766

Abstract

The phenomenon of music cover in new media is now increasingly mushrooming, especially in Indonesia. Dapur Musik Project, as a keroncong music group consisting of young people, also works on cover versions of Manthous's songs, who is considered a predecessor to them. Sakit Rindu is one of Dapur Musik Project content that is most popular with the audience, as evidenced by the acquisition of million viewers. This research uses qualitative methods to analyze how Dapur Musik Project commodifies the songs composed by Manthous. In general, this research uses the framework of Adorno and Horkheimer (1944) which expresses the cultural industry theory, commodification theory put forward by Mosco (2009), and social practice theory or structural-constructive theory from Bourdieu's (1984) framework. The results of this research explain the commodification practices carried out by Dapur Musik Project in the realm of musicals and performances, as well as in the realm of packaging and marketing, with an attachment to industry and economic value. Dapur Musik Project also utilizes the symbolic power they have over relational relationships as the Manthous family in perpetuating commodification practices. The various changes in form, composition, packaging and strategy carried out by Dapur Musik Project are not considered renewal, but only a form of romanticization of Manthous's songs. Dapur Musik Project is an example of how youth people try to mediate the standardization polemic in keroncong music with their own roles and methods. This research annunciating the keroncong music community about the urgency of commodification practices in the discourse on the preservation and development of keroncong music in the Indonesian music scene.