Perkembangan teknologi digital telah membawa dampak signifikan terhadap kehidupan sosial dan psikologis remaja (Haddock et al., 2022). Salah satu perubahan paling mencolok adalah meningkatnya intensitas penggunaan media sosial sebagai sarana utama komunikasi, ekspresi diri, dan validasi sosial (Thang & Chan, 2021). Platform seperti Instagram, Facebook dan TikTok yang tidak hanya menjadi media hiburan, namun juga memainkan peran dalam pembentukan identitas diri remaja. Fenomena ini memunculkan konsekuensi psikososial yang kompleks, salah satunya adalah kecenderungan terhadap adiksi media sosial (social media addiction), yakni suatu kondisi ketika individu mengalami kesulitan untuk mengendalikan penggunaan media sosial meskipun telah menimbulkan dampak negatif (Arshad & Akhtar, 2024, (Brailovskaia & Margraf, 2024). Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan tinjauan literatur sistematis terhadap studi-studi empiris yang dipublikasikan antara tahun 2019 hingga 2024, yang membahas pengaruh adiksi media sosial terhadap kesejahteraan remaja. Dengan menggunakan pendekatan Systematic Literature Review (SLR), penelitian ini berusaha merangkum dan mengevaluasi temuan-temuan utama dalam literatur akademik, serta mengidentifikasi celah penelitian yang dapat menjadi peluang eksplorasi selanjutnya. Hasil Penelitian adanya hubungan negatif yang signifikan antara intensitas penggunaan media sosial dan tingkat kesejahteraan psikologis remaja. Sebanyak 80% responden pada salah satu studi yang dianalisis menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan mereka lebih rendah ketika terpapar penggunaan media sosial yang berlebihan. Indikator seperti self-esteem, kepuasan hidup, dan stabilitas emosi menjadi aspek yang paling terpengaruh (Keles et al., 2020). Adiksi media sosial secara umum berdampak negatif terhadap kesejahteraan psikologis remaja. Penggunaan media sosial secara berlebihan dapat menyebabkan penurunan harga diri, kepuasan hidup, dan keseimbangan emosi. Meskipun begitu, media sosial juga dapat berfungsi positif dalam membangun koneksi sosial apabila digunakan secara terarah dan sadar. Secara keseluruhan, hasil kajian ini memperkuat pemahaman bahwa adiksi media sosial berdampak negatif terhadap kesejahteraan psikologis remaja, terutama jika disertai dengan pola penggunaan pasif dan lingkungan daring yang toksik. Namun, dalam konteks yang positif, media sosial juga berpotensi menjadi medium ekspresi diri dan dukungan emosional. Variabel seperti jenis platform, intensitas penggunaan, dan tujuan interaksi menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan dalam intervensi dan kebijakan literasi digital.