Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Teknologi Budidaya Padi Sawah Tadah Hujan untuk Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Petani di Pesisir Pantai Sumatera Utara (Studi kasus Kec.Tanjung Beringin Kab.Serdang Bedagai) Parhusip, Dorkas; H, Lermansius; S, Perdinanta; Sari G, Setia; Girsang, MA; Nainggolan, P; Marpaung, Imelda S; Sri Ulina, Evawaty
Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2021: Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-9 “Sustainable Urban Farming Guna Meningkatka
Publisher : Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Parhusip D, H Lermansius, S Perdinanta, GS Setia, Girsang MA, Nainggolan P, Marpaung IS, Ulina ES. 2021. Rainfed rice cultivation technology to increase productivity and income of farmers in coastal North Sumatra (Study case Tanjung Beringin District Serdang Bedagai Regency). In: Herlinda S et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-9 Tahun 2021, Palembang 20 Oktober 2021. pp. 498-507.  Palembang: Penerbit & Percetakan Universitas Sriwijaya (UNSRI).Serdang Bedagai Regency is one of the food crop development areas in North Sumatra which has begun to optimize sub-optimal land use such as rainfed land. Rainfed lowland rice cultivation in this area faces problems with the availability of new superior varieties, quality seeds, unbalanced use of fertilizers, and high use of pesticides. The purpose of writing this paper is to provide information on the implementation of rice cultivation technology in rainfed rice fields and provide input for improving technology for rainfed rice cultivation on the coast for the community and policy makers. This paper is a scientific review of location-specific technological innovations for rice cultivation that can be applied to rainfed rice fields, including the use of new high-quality varieties, balanced fertilization, the use of organic materials with the use of rice consulting services (LKP). The implementation of site-specific technology in rainfed rice fields is absolutely necessary to increase rice productivity and farmers' income on the coast of Serdang Bedagai Regency, North Sumatra.
Evaluasi Status Hara Makro Nitrogen, Fosfor dan Kalium di Lahan Sawah Irigasi Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara Batubara, Siti Fatimah; Ulina, Evawaty Sri; Chairuman, Novia; Lumban Tobing, Jeannette Maryanty; Aryati, Vivi; Manurung, Erpina Delina; Purba, Hendri Ferianson; Parhusip, Dorkas
Agrikultura Vol 35, No 1 (2024): April, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i1.50844

Abstract

Evaluasi dan identifikasi unsur hara tanah sawah untuk mengetahui status hara baik secara kualitatif maupun kuantitatif penting untuk dilakukan. Proses identifikasi diharapkan mudah, murah, cepat dan aplikatif bagi petani. Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan suatu teknologi yang dirancang untuk mengidentifikasi status hara tanah dan juga memberikan rekomendasi pemupukan khususnya untuk padi sawah. Penelitian ini dilaksanakan pada dua wilayah lahan sawah irigasi di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Desa Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau dan Desa Kramat Gajah, Kecamatan Galang. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2023 ini bertujuan untuk mengidentifikasi status hara makro primer yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium di lahan sawah irigasi dengan beberapa pola tanam berbeda. Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan dan uji tanah langsung di lapangan dengan menggunakan PUTS. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesuburan tanah pada dua wilayah penelitian termasuk sedang. Secara umum, status hara nitrogen tergolong rendah sedangkan fosfor dan kalium tergolong tinggi. Merujuk pada perbandingan dosis pupuk antara rekomendasi PUTS dan aplikasi petani secara umum di lokasi penelitian diketahui bahwa dosis aplikasi pupuk oleh petani belum sesuai. Pada lahan berstatus N rendah dan sedang perlu penambahan pupuk urea sebanyak 4-27 kg/ha sedangkan untuk lahan berstatus N tinggi dan sangat tinggi perlu pengurangan 40-90 kg/ha. Pupuk SP-36 pada status P rendah, sedang, dan tinggi perlu penambahan 15-65 kg/ha sementara pupuk KCl dapat dikurangi atau ditambahkan 25 kg/ha tergantung perlakuan jerami dari musim tanam sebelumnya.
PEMBUATAN TEPUNG KOMPOSIT PISANG LOKAL SUMATERA UTARAJAGUNG DAN PRODUK OLAHANNYA UNTUK SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU Agriawati, Deliana P; Napitupulu, Besman; Parhusip, Dorkas
Agrin Vol 16, No 1 (2012): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2012.16.1.125

Abstract

Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu komoditi yang menjadi prioritas untuk dikembangkansesuai dengan Renstra Badan Litbang Pertanian 2010-2014. Banyak varietas atau jenis pisang yang terdapat dilahan petani, tetapi tidak semuanya pisang tersebut memberikan nilai tambah bila dijual dalam bentuk segar.Pisang layak digunakan sebagai bahan baku pembuatan tepung. Demikian pula jagung yang dalam bentuktepung memiliki serat yang tinggi. Kegiatan penelitian pembuatan tepung komposit untuk substitusi tepungterigu di Sumatera Utara dilaksanakan sejak bulan Mei hingga Desember 2009 di Kabupaten Karo dan Medan.Tujuan kegiatan ini adalah mendapatkan jenis pisang lokal khas yang dapat digunakan sebagai bahan bakutepung komposit berbasis pisang serta komposisi proksimatnya, dan untuk mendapatkan formulasi tepungkomposit berbasis pisang yang sesuai untuk pembuatan kue lidah kucing dan mie kering. Penelitian terdiri daridua tahap yaitu pembuatan tepung pisang, tepung jagung beserta analisis proksimatnya kemudian pembuatan kuelidah kucing dan mie kering menggunakan tepung komposit pisang jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwajenis pisang lokal khas yang dapat dijadikan tepung komposit dengan tepung jagung yaitu pisang johor, pisanglilin dan pisang siberas. Berdasarkan hasil uji organoleptik, tepung komposit (campuran tepung pisang dantepung jagung) sebanyak 25-50% dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kue lidah kucingsedangkan tepung komposit khususnya dari pisang siberas dan jagung dapat mensubstitusi tepung terigu dalampembuatan mie kering sebanyak 20%. Pisang lokal Sumatera Utara khususnya pisang siberas dan johor dalambentuk tepung memiliki peluang dikembangkan sebagai bahan baku kue kering seperti kue lidah kucing dan miekering.Kata kunci: pisang, tepung komposit, kue lidah kucing, mie keringABSTRACTBanana (Musa paradisiaca) was one of the commodity included as a priority to be developed proposed inthe Strategic Planning of Agency for Agricultural Research and Development year period of 2010 thru 2014.There were a lot of varieties found at the farmer field, but not all of that varietes resulted in profit if sold as afresh product. Some of the banana varieties would be acceptable to be processed as a flour product. Corn flourhas high dietary fiber. The research of Flour Composite Processing for wheat flour substitution in NorthSumatera carried out on Mei up to December 2009 at Karo district and Medan city. The objectives of thisassessment was to find out the existing of local specific of banana being acceptable as composite flour based onthe source from banana and the proximate composition, and also to find out the formulation of composite flourbased on banana for cookies and noodles processed. This assessment was done in two step. The first was toprocess banana and corn flour. The next step was to make cookies and noodles used composite flour as rawmaterial. The result of the assessment showed that the suitable source as the raw material for flour compositeobtained from the combination of johor banana flour, lilin banana flour and siberas banana flour with cornflour. Based on the organoleptic test that the composite flour (the mixture of banana with corn flour) was able tosubstitute wheat flour 25-50% in processing of cookies product (“lidah kucing” cookies) while in processing ofdried noodles, 20% composite flours was able to use as raw material especially siberas banana flour.Key words: banana, composite flour, cookies, dried noodle
Keanekaragaman dan aktivitas serangga pengunjung pada bunga wortel Tarigan, Rasiska; Barus, Susilawati; Hutabarat, Rina C.; Sembiring, Perdinanta; Parhusip, Dorkas; Udiarto, Bagus Kukuh; Aryani, Dewi Sartika
Jurnal Entomologi Indonesia Vol 19 No 3 (2022): November
Publisher : Perhimpunan Entomologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5994/jei.19.3.214

Abstract

Pollinating insects act as agents for transferring pollen to the pistil that leads to the increase of quality seed production. Since carrot is propagation through seed, insect pollination are important in the reproduction of the crop. The purpose of this study was to observe the diversity and activity of pollinating insects on carrot flowers in the Experimental Garden of the Agricultural Technology Research and Assessment Installation (IP2TP) Berastagi. Scan sampling method was applied to record the pollinator diversity, while the foraging behaviour of the insects was observed using focal sampling. The number of insects were recorded, collected and preserved in ethanol 70%. Insect identification guideline book was used to identify the insects by comparing their morphology and physiology.  The results showed that there were 8 insect species visiting the carrot flowers: Apis mellifera Linnaeus, Polyrachis sp., Coccinella sp., Rhagonycha sp., Muscidae sp., Chrysomya sp., Nephrotoma sp. and Tabanus sp. A. mellifera was found to have the highest intensity visiting the carrot flowers (21.6 ± 10.06)% while the lowest was demonstrated by Polyrachis sp. (12.6 ± 4.12)%. Also, A. mellifera was recorded to be the most active insect (11.84 ± 1.46 seconds/flower) with the number of flowers visited was 5,06 ± 1,46 flowers/minute. Polyrachis sp. has been revealed to have the longest stay on the flowers visited (49.24 ± 3.89 seconds/flower) with the number of flowers visited 1.21 ± 3.90 flowers/minute. The diversity of pollinating insect was found to be in intermediate level (H’ = 1.89).