Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

The Production of Gelatin from Snapper Scales (Lutjanus camphecanus Sp.) through Enzymatic Pretreatment Warlinda Eka Triastuti; Suprapto Suprapto; Elly Agustiani; Lailatul Qomariyah; Agung Subyakto; Treisnaning Widasgantri; Marchel Abednego Septa K
IPTEK The Journal of Engineering Vol 8, No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23378557.v8i1.a12860

Abstract

Fish wastes such as fish bones and scales have a potential to be used as a gelatin source. It can be used as an alternative material to replace pork or bovine which ordinarily conflicted with religion issue. Gelatin from fish has different characteristics compared with mammalian source. It has several advantageous properties such as high amount of hydrophobic amino acids, less proline and hydroxy proline, lower gelling ability, and melting point. In this study, gelatin was produced from fish waste especially snapper scales using the bromelain enzyme at the pre-treatment stage to improve its characteristic. The snapper scales soaking in hot water at 80⁰C for about 30 minutes to remove the fat which attached the scales. A pre-treatment has been conducted using bromelain enzyme solution at various concentrations of 1%, 2%, 3%, 4% and 5% for 6 hours to remove non-collagenous proteins and loosen the bonds of the fish scales. The next step is demineralization using a 15% concentration of citric acid solution for 3 days. The ossein formed in the demineralization stage was then hydrolyzed at 50⁰C and 70⁰C for 9 hours with stirring at 300 rpm. The best gelatin yield was obtained from the pretreatment of bromelain enzyme solution with a concentration of 3% at a hydrolysis temperature of 70⁰C with a yield of 9.13%, pH value of 3.86, water content of 8%, ash content of 0.80%. FTIR spectra shows the presence of functional groups correspond to gelatin formation, such as carbon, hydrogen, hydroxyl group (O-H), carbonyl group (C=O), amine group (N-H) and alkene group (C=C). The heavy metal content test showed that the gelatin contained no heavy metal content of lead (Pb), mercury (Hg), cadmium (Cd) and arsenic (As).
Pembuatan Biogas dari Kotoran Sapi Menggunakan Biodigester di Desa Jumput Kabupaten Bojonegoro Soeprijanto; Suprapto; Danawati Hari; Niniek Fajar Puspita; Lily Pudjiastuti; Budi Setiawan; Warlinda Eka Triastuti; Achmad Ferdiansyah; Nurlaili Humaidah; Arino Anzip
Sewagati Vol 1 No 1 (2017)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.926 KB) | DOI: 10.12962/j26139960.v1i1.294

Abstract

Di desa Jumput Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur, kebanyakan masyarakatnya hidup bertani dan berternak sapi. Terutama pada masyarakat yang berternak sapi, mereka mempunyai kendala dalam pembuangan limbah kotoran sapi, karena banyak limbah yang dihasilkan, sehingga kebanyakan mereka membuang limbah ke sembarang tempat dan belum dimanfaatkan secara optimal. Limbah banyak dibuang ke sungai, sehingga pada musim hujan akan menimbulkan banjir karena terjadi penumpukan padatan dan juga akan mencemari air sungai yang menjadi tidak baik pada kesehatan manusia dan hewan. Untuk mengatasi buangan limbah kotoran sapi tersebut, maka limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan, salah satunya adalah biogas. Biogas yang dihasilkan nanti akan dimanfaatkan oleh masyarakat di desa Jumput untuk keperluan masak di dapur dan untuk penerangan. Biogas adalah merupakan salah satu bioenergi yang dihasilkan melalui proses fermentasi biomassa dengan bantuan aktifitas mikroorganisme. Proses fermentasi dalam pembentukan biogas dilakukan dalam biodigester dengan mengumpankan limbah kotoran sapi dan dicampur dengan air dengan komposisi tertentu. Proses fermentasi umumnya memerlukan waktu cukup lama sekitar 14-21 hari untuk menghasilkan biogas. Sebelum di implementasikan ke lapangan, kegiatan pembuataan biogas sering dilakukan di laboratorium Pengolahan Limbah Industri, Program Studi DIII Teknik Kimia FTI-ITS menggunakan berbagai bahan baku. Hasil luaran yang dihasilkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah berupa alat biodigester bekerja secara semi kontinyu
Sosialisasi Pemanfaatan Desinfektan Sebagai Tindakan Preventif Infeksi Covid-19 di Lingkungan Tempat Tinggal Achmad Dwitama Karisma; Saidah Altway; Eva Oktavia Ningrum; Niniek Fajar Puspita; Daril Ridho Zuchrillah; Afan Hamzah; Lily Pudjiastuti; Warlinda Eka Triastuti
Sewagati Vol 5 No 2 (2021)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1560.684 KB)

Abstract

COVID-19 adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus-2), dimana COVID-19 ini merupakan virus corona jenis baru. Virus corona merupakan virus yang memiliki selubung atau sampul (enveloped virus) dengan pelindung lapisan lemak. Lapisan lemak tersebut dapat dirusak oleh desinfektan sehingga membuat virus corona cukup lemah, dibandingkan dengan norovirus yang merupakan virus tanpa selubung dan virus lainnya yang memiliki cangkang protein yang lebih kuat. Dengan tingginya kasus positif Covid-19 di Indonesia, pemerintah dan warga negara Indonesia telah berupaya untuk menurunkan penyebaran dari virus ini, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), bekerja dan bersekolah dari rumah masing-masing, serta membiasakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain itu, di tempat umum maupun di kawasan tempat tinggal warga banyak yang memanfaatkan desinfektan sebagai tindakan preventif penyebaran virus ini. Akan tetapi, masih banyak warga yang belum paham akan kegunaan dan standar keselamatan dan kesehatan dalam penggunaan desinfektan ini. Instansi pendidikan khususnya universitas/institut merupakan elemen yang tak terpisahkan dari masyarakat, sehingga wajib memberikan dampak yang baik terhadap masyarakat secara umum. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan sosialisasi dan edukasi terkait dengan pemanfaatan desinfektan sebagai tindakan preventif penyebaran Covid-19 di lingkungan tempat tinggal. Sosialisasi dilaksanakan di rumah masing-masing secara daring.
Effect of Steam Delignification and Bleaching Process on Pineapple Leaf Fiber as Textile Raw Material Warlinda Eka Triastuti; Suprapto Suprapto; Agus Surono; Mochammad Zayyan Difa Fadhillah; Regita Syahra Ramadhan; Sunia Rahma Cahyaning Tyas; Hanifah Fauziyah Zahrah
IPTEK The Journal of Engineering Vol 9, No 2 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23378557.v9i2.a17325

Abstract

Pineapple is a local commodity in Indonesia that is widely cultivated. The part of the pineapple plant that is mostly used is only the fruit part, while the other plant parts are discarded and become waste. Pineapple leaves contain high fiber content of cellulose, lignin, and hemicellulose, so it is very potential if used as an alternative textile raw material. The quality of pineapple leaf fiber can be improved by going through a delignification process using an alkaline solvent with the appropriate concentration and time. This research  determine the effect of delignification of pineapple leaf fiber with a solution of Sodium Hydroxide (NaOH), Hydrogen Peroxide (H2O2) and water (H2O) on tensile strength, lignin content and Scanning Electron Microscope (SEM). This research consist of six stages including delignification using 3% NaOH and 3% H2O2, washing, neutralization, preservation, and analysis of pineapple leaf fiber products. The results obtained are pineapple leaf fiber lignin test after delignification and bleaching, the best lignin results are steam delignification at 80°C with 3% NaOH solution and bleaching solution using NaOCl solution obtained 21% lignin content with a tensile strength test of  0.263 kgf/mm2. SEM analysis also showed that there was a loss of material from the fiber surface which indicated that there was degradation due to the addition of bleaching solution. This proves that alkaline treatment can also cause discoloration of natural fibers due to the removal of natural dyes in natural fibers.