Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KAROTENOID DARI LAUT SEBAGAI PEWARNA ALAMI MAKANAN: TELAAH PUSTAKA Paulus Damar Bayu Murti; Bambang Dwiloka; James Ngginak; Anggara Mahardika
Science Technology and Management Journal Vol. 1 No. 1 (2021): Januari 2021
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nasional Karangturi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53416/stmj.v1i1.8

Abstract

Pewarna makanan menjadi fakt or penting untuk menambah estetika dari suatu produk pangan. Sumber pewarna makanandapat diperoleh baik dari alam maupun sintetik. Namun, pewarna sintetik memiliki efek samping yang buruk bagikesehatan tubuh bila dikonsumsi dalam kurun waktu yang lama. Di sisi lain, pewarna alami dapat menjadi sumber alternatifyang menjanjikan untuk digunakan sebagai pewarna makanan karena mudah diperoleh dari berbagai sumberdaya baik didaratan maupun lautan. Karotenoid merupakan suatu senyawa yang disintesis oleh organisme yang mengekspresikan warnapigmen kuning, oranye, hingga merah muda. Warna alami dari karotenoid selain digunakan sebagai pewarna juga memilikiaktivitas biologi yang mampu menunjang kesehatan. Penelitian dalam mengeksplorasi sumberdaya kelautan kini semakindiminati oleh para peneliti guna mencari senyawa bioaktif, sumber bahan pangan fungsional maupun pewarna alami yangdapat disintesis oleh biota laut yang tidak dijumpai pada organisme di darat. Review ini akan membahas tentang bagaimanamendapatkan senyawa karotenoid dari laut yang ramah lingkungan dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan penelitidan potensi penggunaannya sebagai pewarna makanan alami di masa yang akan datang
POTENSI RUMPUT LAUT INDONESIA SEBAGAI SUMBER SERAT PANGAN ALAMI Arum W. Prita; R. S. Bayu Mangkurat; Anggara Mahardika
Science Technology and Management Journal Vol. 1 No. 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nasional Karangturi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53416/stmj.v1i2.17

Abstract

Serat pangan merupakan komponen penting yang dalam mencukupi kebutuhan gizi sehari - hari. Buah dan sayur merupakan sumber serat pada makanan. Perkemabangan jaman telah merubah tingat aktivitasmanusia yang menyebabkan perubahan pola dan jenis makanan. Saat ini makanan cepat saji dan prakts lebihbanyak dipili menjadi konsumsi makanan sehari – hari. Makanan cepat saji memiliki kandungan gizi yang tdakseimbang termasuk kandunganserat yang rendah. Rendahnya asupan serat pada makanan menyebabkan berbagaipermasalahan kesehatan seperti obesitas, penyakit jantung, diabetes, dan bahkan kanker. Pada revew ini, rumputlaut ditawarkan sebagai sumber serat pada pangan. Produk turunan rumput laut banyak diaplikasikan ke dalamberbagai produk pangan. Indonesia merupakan negara yang berkontribusi besar terhadap hasil rumput lautdunia. Sampai saat ini setidaknya sekitar seribu jenis rumput laut telah ditemukan di Indonesia. Namunpengelolan budidaya dan teknologi paska panen rumput laut masih sangat perlu ditingkatkan.
PEMANFAATAN TEPUNG AGAR SEBAGAI PEMBUNGKUS PROTEIN IKAN PADA TEMPE Anggara Mahardika; Lusiawati Dewi; Dhanang Puspita; Ferdy F Rondonuwu
Science Technology and Management Journal Vol. 1 No. 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nasional Karangturi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53416/stmj.v1i2.36

Abstract

Tempe merupakan makanan asli Indonesia yang menjadi salah sumber protein nabati. Tempe dibuat dari fermentasi kacang kedelai menggunakan khamir Rhizous sp. Proses fermentasi ini dapat membuat tempe menjadi pangan fungsional karena protein pada kacang kedelai dirubah menjadi protein terlarut yang lebih sederhana dan mudah dicerna. Tempe banyak dikonsumsi msyarakat Indonesia karena harganya yang sangat terjangkau. Sebagai sumber protein dengan harga terjangkau, tempe memiliki kandungan protein lebih rendah dari pada ikan dan daging. Penambahan protein pada tempe sudah banyak diteliti, salah satunya dengan menambahkan tepung ikan pada proses pembuatan tempe. Namun penambahan protein ini dapat menurunkan kualitas tempe. Penurunan kualitas ini disebabkan karena khamir dapat tumbuh dengan sangat cepat sehingga mempercepat tempe menjadi busuk. Pada penelitian ini, tepung agar dari alga merah akan diaplikasikan sebagai pembungkus tepung ikan untuk menambah protein pada tempe. Tepung ikan yang dibungkus dengan tepung agar dalam bentuk boba dapat menjaga proteinnya tidak terdegradasi oleh khamir tempe. Hal ini ditunjukan dari data uji protein antara tempe tanpa boba ikan dan tempe boba ikan. Data uji protein menunjukan tidak adanya peningkatan protein terlalut selama masa fermentasi kedelai antara tempe boba ikan dan kontrol. Di sisi lain, data spectra inframerah dekat menunjukan bahwa penambahan tepung agar sebagai pembungkus tepung ikan tidak merubah karakter kimia pada tepung ikan. Kemampuan tepung agar dalam menjaga protein ikan agar tidak terdegradasi ini disebabkan karena tidak adanya enzime agarose pada tempe.
Efforts to increase protein in Tempe can provide positive values for native Indonesian food. The amount of remaining egg white in the bread industry can be used in making soybean Tempe. Egg white which is rich in albumin has never been used in the manufac Novitasari Priskalia Puter; Lusiawati Dewi; Anggara Mahardika
Edubiotik : Jurnal Pendidikan, Biologi dan Terapan Vol. 5 No. 02 (2020): Edubiotik : Jurnal Pendidikan, Biologi dan Terapan
Publisher : Biology Education Department, Universitas Insan Budi Utomo, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33503/ebio.v5i02.2000

Abstract

Efforts to increase protein in Tempe can provide positive values for native Indonesian food. The amount of remaining egg white in the bread industry can be used in making soybean Tempe. Egg white which is rich in albumin has never been used in the manufacture of soybean tempeh by the producer. This research aims to determine the effect of adding raw and steamed egg whites on the protein content of soybean Tempe. This study used a Completely Randomized Design (CRD) with 3 replications. The concentrations of egg whites used in the research included 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, and 10%. The research instrument used was the observation sheet for protein content using the Lowry method. The research data were dissolved protein content. The data analysis technique used Two Way ANOVA. The results of the research showed that there was no effect of adding raw and steamed egg whites on soybean Tempe protein content (P >0.05). However, the addition of raw egg whites can increase the protein content of soybean Tempe, compared to steamed egg whites. The conclusion of this research is the addition of raw and steamed egg whites does not have a significant effect on the protein content of soybean Tempe. The right type of egg white flour to increase the protein content of soybean Tempe is raw egg white flour with a protein content of 15.0 per 100 grams