Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENTINGNYA PENGOLAHAN BASAH (WET PROCESSING) BUAH KOPI ROBUSTA (Coffea robusta Lindl.ex.de.Will) UNTUK MENURUNKAN RESIKO KECACATAN BIJI HIJAU SAAT COFFEE GRADING Ayu Rahmawati Sulistyaningtyas
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2017: Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.271 KB)

Abstract

Coffee plant (Coffea.sp) is one of the main commodities in Indonesia. The types of arabica coffee (Coffea arabica) androbusta coffee (Coffea robusta) are the most widely cultivated species. In Indonesia, coffee plantations began to grow rapidly so that potential for the development of domestic coffee. The development of the people's coffee plant required support of various factors such as availability of facilities, methods of processing and postharvest handling which suitable for the coffee plantations to produce quality coffee beans according to Indonesian National Standard (SNI).Coffee fruit should be handled quickly into a more stable form to be safe to store for a certain period of time. The seedquality criteria covering physical aspect, taste and hygiene and uniformity and consistency aspect is determined by thetreatment at each stage of production process. The result of overview study showed that  the handling of harvest, postharvest and coffee processing at farmers level should be done effectively and efficiently. During pulping process, coffee skin has exfoliated from their fruit. This process caused grean bean rubbing against pulper tools. So, wet processing may potentially reduced a risk of defect robusta green beans. In conclusion, wet processing robusta fruit (Coffea robusta Lindl.Ex.De.Will) is important to reduce the risk of green seed defects during coffee grading process.Keywords: Coffea, robusta, biji,pengolahan,basah, resiko, cacat
PHOTOCATALYTIC DEGRADATION Cr (VI) BY ZSM-5 IMPREGNATED TiO2 IN VARIOUS UV-IRRADIATION TIME Faridah Faridah; Ana Hidayati Mukaromah; Ayu Rahmawati Sulistyaningtyas
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2018: SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS DAN TEKNOLOGI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.425 KB)

Abstract

Chromium is considered as one of the most common ubiquitous pollutants in aquatic environment. There were qualities standard about Chromium content in drinking water and fresh water. Oxidation of Chromium were Cr (II), Cr (III) and Cr (VI).  Among these, Cr (VI) is considered as the most toxic form because it readily passes cellular membranes and then reduced to Cr (III). TiO2    as catalyst can activated and modified zeolites with active metal materials i.e ZSM-5 impregnated TiO2. Main objective of study was to determine decreased percentage of Cr (VI) in water by using ZSM-5 impregnated TiO2  based on UV irradiation time. This study was used Completely Randomized Design i.e length of UV irradiation. Result  showed Cr (VI) content was decreasing with various length  of  UV  irradiation  in  15;30;45;60;75  minutes,  respectively  is  17.01; 17.99; 18.99; 28,73; 36, 20%. The highest percentage decrease of Cr (VI) ion content during 75 minute UV irradiation is 39,42%. Chromium (VI) content could be solved with zeolite ZSM-5 impregnated TiO2  by using photocatalytic method. In conclusion, the longer UV   irradiation time caused higher of decreased percentage Cr (VI). Keywords: Chromium,  Photocatalytic, Zeolite, Impregnated
Streptolysin Encoding Genes sagC and sagD as Biomarkers of Fish Pathogen Streptococcus iniae: An In Silico Study Stalis Norma Ethica; Sri Darmawati; Sri Sinto Dewi; Nurrahman Nurrahman; Ayu Rahmawati Sulistyaningtyas
Squalen, Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 15, No 1 (2020): May 2020
Publisher : Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnol

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.394 KB) | DOI: 10.15578/squalen.v15i1.416

Abstract

Streptococcus iniae has been notorious as a serious tilapia fish pathogen leading to many disease outbreaks in warm water marine aquaculture. An in silico investigation about the potential of virulence genes of S. iniae, sagC and sagD, as biomarkers of the bacterial species, has been carried out. The aim was to determine bacterial biomarkers, which are important to facilitate early rapid diagnosis of S. iniae streptococcal infection in fish and also in humans. First, specific primers were designed from sagC and sagD genes of S. iniae SF1 genomic DNA using Primer3Plus. Next, in silico PCR (Polymerase Chain Reaction) analysis was carried out using the newly designed primers and 117 genomic DNA of streptococci (all species) retrieved from the database. Primers designed from sagC and sagD genes (SagCF: ‘5- TGCTGACCTCCTAAAAGGGC -3’ and SagCR: ‘5- CTATGCGGCGGGTTTAAGGT -3’ as well as SagDF: 5’- GCCAATCCAATCCTGTCATGC -3’ and SagDR: 5’- TGCAGCTTCCATAACCCCTC -3’) could result in a single band of each matching to 558-bp and 590-bp PCR products only from S. iniae. From 116 other streptococcal genomes studied using similar primers have resulted in no amplicon bands. A further check showed that the amplicons were truly part of sagC and sagD genes of S. iniae. These results showed that sagC and sagD genes appeared to be biomarkers of S. iniae, which are potential to be used to facilitate rapid diagnostic of the pathogenic bacterium.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Daging Buah Siwalan (Borassus flabellifer) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans Mella Aprilia; Ayu Rahmawati Sulistyaningtyas; Muhammad Evy Prastiyanto
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 4 (2021): Inovasi Riset dan Pengabdian Masyarakat Post Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Tangguh
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bakteri Streptococcus mutans adalah bakteri patogen penyebab karies gigi. Penggunaan antibiotik yangtidak tepat dalam pengobatan infeksi dapat meyebabkan resistensi, sehingga dibutuhkan antibiotikdari bahan alam yng mempunyai daya kerja optimal dan relatif aman. Kulit daging buah siwalanmengandung bahan aktif saponin, tanin, flavonoid dan terpenoid  yang berguna sebagai antibakteri.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol kulit daging buah siwalan .Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, penelitian ini menggunakankonsentrasi ekstrak kulit daging buah siwalan  200mg/ml, 400mg/ml, 600mg/ml, 800mg/ml, 1000mg/mlyang diuji dengan bakteri Streptococcus mutans. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitianini yaitu maserasi dengan pelarut etanol 96% dan diuji daya hambat menggunakan metode sumuran,uji Minimum Inhibition Concentration (MIC) serta Minimum Bacterial Concentration MBCmenggunakan media BAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit daging buah siwalandapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan rata-rata diameter zonahambat 16,86 mm, 17,72 mm, 18,56 mm, 19,4 mm, 20,16 mm, semakin tinggi konsentrasi ekstrak kulitdaging buah siwalan maka semakin tinggi daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcusmutans Kata Kunci : kulit daging buah,MBC,MIC, Siwalan,Streptococcus mutans, zona hambat
Pelatihan Pengemasan Yogurt dengan Mesin Cup Sealer bagi Kelompok Ibu Rumah Tangga di Desa Sruni, Musuk, Kabupaten Boyolali Sri Sinto Dewi; Stalis Norma Ethica; Ayu Rahmawati Sulistyaningtyas; Yuni Nurkuntari; Wikanastri Hersoelistyorini
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 2 (2019): Tantangan Implementasi Hasil Riset Perguruan Tinggi untuk Industrialisasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Desa Sruni yang berada di Kecamatan Musuk merupakan produsen utama susu sapi segar yang sangat potensial. Namun upaya mengolah susu segar menjadi yogurt untuk meningkatkan nilai tambah ekonominya dan dapat dijual belum dilakukan. Sebelumnya, penyuluhan tentang pentingnya pembuatan yogurt dari susu sapi segar telah dilaksanakan di Desa Sruni. Namun Masyarakat Desa Sruni belum mengetahui cara pengemasan yogurt yang layak jual. Oleh karena itu, melalui program pelatihan pengemasan yogurt, pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan. Pelatihan pengemasan yogurt dan pemberian bantuan berupa alat cup-sealer telah diberikan kepada kelompok ibu rumah tangga yang beranggotakan 12 orang di Desa Sruni pada bulan September 2019.Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan Program Kemitraan Masyarakat dengan dana hibah dari Kemenristek Dikti tahun 2019. Pelatihan diakhiri dengan penyerahan alat cup sealer telah dilakukan ketua salah satu Kelompok Dasa Wisma ibu-ibu rumah tangga yang ada di Desa Sruni, yaitu Ibu Sulasdi. Kegiatan acara serah terima alat ini disaksikan oleh seluruh peserta pelatihan pengemasan yogurt yang ada. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan menguji langsung kemampuan setiap peserta pada akhir sesi pelatihan dalam menggunakan mesin cup sealer. Dari kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan pengemasan yogurt yang dilakukan mampu meningkatkan ketrampilan kelompok ibu rumah tangga di Desa Sruni dalammenggunakan mesin cup sealer.Kata kunci: Pelatihan pengemasan, mesin cup sealer, yogurt, ibu rumah tangga, Desa Sruni
Efektivitas Larutan Asam Jawa (Tamarindus Indica) 5%b/v Dengan Variasi Waktu Perendaman Terhadap Penurunan Kadar Ion Pb(II) Pada Susu Kemasan Kaleng Adela Kartikasari; Ana Hidayati Mukaromah; Ayu Rahmawati Sulistyaningtyas
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 4 (2021): Inovasi Riset dan Pengabdian Masyarakat Post Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Tangguh
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Susu merupakan bahan makanan yang mengandung protein, lemak, karbohidrat. Susu kemasandengan wadah kaleng akan menyebabkan kontaminasi susu dengan logam Timbal (Pb) pada kaleng.Pb merupakan logam toksik terhadap tubuh manusia karena dapat menyebabkan mual, pusing,demam bahkan kematian. Kadar ion Pb(II) pada susu kemasan kaleng dapat diturunkan kadarnyamenggunakan bahan alami seperti asam jawa (Tamarindus indica) karena mengandung asam sitratdan tanin yang dapat merusak ikatan kompleks logam dengan protein. Tujuan penelitian ini untukmengetahui kadar ion Pb(II) sebelum dan setelah perlakuan serta persentase penurunan kadar ionPb(II) dengan penambahan larutan asam jawa 5%b/v berdasarkan variasi waktu perendaman. Metodepenelitian ini adalah eksperimen dengan sampel susu kemasan kaleng kadaluarsa 2 hari yang diujikadar ion Pb(II) menggunakan larutan asam jawa 5%b/v dengan variasi lama perendaman 0, 30, 40,50 dan 60 menit dan dilakukan pengulangan 3 kali. Hasil penelitian bahwa kadar awal ion Pb(II) padasusu kaleng adalah 25,44 mg/kg, dan setelah direndam menggunakan larutan asam jawa 5%b/v selamawaktu perendaman 30, 40, 50 dan 60 menit mengalami penurunan dari 25,44 ppm menjadi 3,66 ppm.Penurunan kadar ion Pb(II) tertinggi pada susu kemasan kaleng yaitu 86,85% menggunakan larutanasam jawa 5%b/v dengan waktu perendaman 60 menit. Kata Kunci : Ion Logam (Pb (II), Susu Kemasan Kaleng, Asam Jawa.
Isolasi Bakteri Proteolitik Hasil Fermentasi Inasua Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Insannul Kurniasari; Ayu Rahmawati Sulistyaningtyas; Sri Darmawati
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 5 (2022): Inovasi Riset dan Pengabdian Masyarakat Guna Menunjang Pencapaian Sustainable Developm
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Enzim protease berperan penting dalam bidang kesehatan, khususnya dalam proses fermentasi. Ikan bawal merupakan produk fermentasi inasua yang mengandung protein tinggi sehingga berpeluang sebagai sumber bakteri penghasil protease.Tujuan penelitian ini adalah mengisolasi bakteri proteolitik yang terdapat pada fermentasi ikan bawal dan tingkat patogenitasnya. Metode isolasi dan purifikasi koloni bakteri dilakukan menggunakan metode streak pada media Nutrient Agar. Uji penghasil enzim protease dilakukan pada media Skim milk agar. Uji Tingkat Patogenitas menggunakan Media Blood agar plate dan Uji Koagulase. Berdasarkan hasil uji penghasil enzim protease, diketahui bahwa isolat FB1, FB2, FB3 dan FB4 tidak menunjukkan adanya zona bening disekitar koloni. Berdasarkan hasil uji tingkat patogenitas tersebut menunjukkan bahwa isolat FB3 dan FB4 mampu menghemolisa sel darah merah yang ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar koloni. Kedua isolat bakteri bersifat patogenitas rendah yaitu FB1 dan FB2, dan 2 isolat bakteri bersifat patogenitas tinggi yaitu FB3 dan FB4.Kesimpulannya, semua isolat bakteri yang diisolasi dari fermentasi inasua tidak berpotensi sebagai sumber baru enzim protease  Kata Kunci : bakteri, bawal, inasua, patogenitas, proteolitik