Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Kajian budidaya tanaman anggrek Dendrobium sp. menggunakan teknik kultur meristem serta pengaruh penambahan berbagai ekstrak terhadap pertumbuhannya Syifara Chika; Feby Kurniawati; Tara Puri Ducha Rahmani
Prosiding Seminar Biologi Vol 7 No 1 (2021): PROSIDING BIOLOGI ACHIEVING THE SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS WITH BIODIVERSITY I
Publisher : Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/psb.v7i1.24915

Abstract

Produksi budidaya anggrek Dendrobium sp di Indonesia relatif lambat, sedangkan peminatnya selalu meningkat pada setiap tahunnya. Perbanyakan tanaman anggrek dengan cara konvensional memerlukan waktu yang cukup lama untuk memperoleh hasil anakan tanaman dalam jumlah yang banyak, oleh karena itu dibutuhkan alternatif budidaya menggunakan teknik kultur jaringan. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan sel, jaringan atau organ tanaman dengan ditumbuhkan pada medium buatan (in vitro) secara aseptik. Salah satu teknik dalam kultur jaringan tanaman adalah kultur meristem. Kultur meristem ini menggunakan eksplan yang terdapat pada jaringan meristem. Pada teknik kultur meristem dapat menggunakan meristem tunas aksilar atau meristem pada pucuk terminal. Pemilihan ekstrak suplemen pertumbuhan yang tepat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji mengenai pengaruh penambahan ekstrak ragi, ekstrak jagung (Zea mays L.), ekstrak air kelapa (Cocos nucifera L.), ekstrak tomat (Solanum lycopersicum L.) pada pertumbuhan kultur anggrek Dendrobium sp. Metode yang dilakukan yaitu studi literatur dan pengumpulan data dari berbagai sumber artikel terdahulu. Dari hasil studi literatur, didapatkan bahwa pemberian ekstrak ragi yang mengandung nutrisi dapat memberikan pengaruh pada jumlah daun dan tinggi planlet. Pada penambahan ekstrak jagung terdapat pengaruh pada jumlah daun, tinggi planlet dan jumlah tunas. Pemberian air kelapa memberi pengaruh yang efektif pada pertumbuhan jumlah tunas planlet, tetapi tidak mempengaruhi banyaknya jumlah daun dan tinggi planlet. Sedangkan pada penambahan ekstrak tomat memberikan hasil terbaik untuk meningkatkan tinggi planlet, jumlah daun, dan pertumbuhan tunas. Pemilihan bahan organik untuk regenerasi tanaman anggrek Dendrobium sp dipilih berdasarkan jenis tanaman anggrek Dendrobium sp yang akan ditanam dengan tujuan untuk mendapatkan jumlah tunas planlet yang diinginkan. Hal tersebut disebabkan karena penggunaan bahan organik tertentu memberikan hasil yang spesifik dan bisa berbeda hasilnya saat diaplikasikan pada jenis anggrek Dendrobium sp lainnya.
Kualitas semen segar sapi pejantan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Chika, Syifara; Febriana, Asri; Meilina, Tiara Dwi; Azzahro, Fathimah; Wulandari, Reza Ayuningtyas
Teknosains Vol 18 No 1 (2024): Januari-April
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v18i1.42626

Abstract

Kebutuhan daging sapi di Indonesia meningkat setiap tahunnya, namun jumlah ketersediaan daging lebih rendah dibandingkan dengan jumlah permintaan konsumen. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan jumlah produktivitas dan populasi serta mutu genetik sapi yaitu menggunakan teknologi reproduksi melalui teknik inseminasi buatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kualitas semen segar sapi pejantan di BBIB Singosari. Metode penelitian ini bersifat kualitatif melalui wawancara kepada pengelola BBIB Singosari dan melalui kajian pustaka. Hasil penelitian diperoleh bahwa kualitas semen segar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor bobot, musim, umur, kesehatan, suhu, dan pakan. Pada faktor bobot, berat badan sapi jantan berbanding lurus dengan ukuran testis dan peningkatan jumlah sperma. Pada faktor musim, nilai rerata konsentrasi spermatozoa pada musim kemarau lebih tinggi daripada musim penghujan. Faktor umur pada sapi pejantan dengan usia yang lebih matang akan menghasilkan jumlah semen yang lebih banyak dibandingkan dengan usia muda. Faktor kesehatan yaitu sapi pejantan harus bebas dari penyakit agar dapat menghasilkan semen segar yang berkualitas. Pada faktor suhu harus optimal agar menjaga libido sehingga kualitas semen bagus. Pada faktor pakan, nutrisi dalam pakan akan memengaruhi ukuran testis sapi pejantan.
A REVIEW : STUDI KONTAMINASI AFLATOKSIN MELALUI UJI MIKOTOKSIN PADA BERBAGAI HASIL PERTANIAN Chika, Syifara
Biogenesis VOL 20, NO 1 (2024): FEBRUARI
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/biogenesis.20.1.29-36

Abstract

Aflatoksin merupakan toksin yang diproduksi oleh mold atau fungi berjenis Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Zat tersebut dapat mengkontaminasi berbagai tanaman pangan, sehingga dapat membahayakan manusia maupun hewan ternak yang mengkonsumsinya. Mikotoksin (mycotoxin) merupakan suatu metabolit sekunder dan berasal dari bermacam-macam jenis jamur diantaranya Penniclium, Fussarium dan Aspergillus di dalam bahan pangan dan memiliki sifat sitotoksik. Aflatoksin merupakan singkatan dari Aspergillus flavus toxin. Aflatoksin dapat dijumpai pada hasil pertanian seperti jagung, kedelai, beras, kacang tanah, dan lainnya. Aflatoksin adalah jenis mikotoksin dengan penyebaran yang paling luas dan berbahaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontaminasi aflatoksin melalui uji mikotoksin pada berbagai hasil pertanian. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode studi kepustakaan. Studi literatur terdiri dari beberapa tahapan yaitu mengumpulkan beberapa referensi dari artikel jurnal, buku, ataupun penelitian terdahulu tentang uji mikotoksin pada berbagai hasil pertanian dan kemudian mensintesis data untuk menarik kesimpulan. Proses analisis dilakukan melalui pemilihan, pembandingan, pemilahan, dan penggabungan sehingga hasil yang didapatkan relevan Berdasarkan literatur, penelitian uji mikotoksin menggunakan jagung, strip test dan berbagai alat bahan di laboratorium. Dalam pertumbuhannya, produksi aflatoksin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengaruh aerasi, pengaruh atmosfer seperti O2 dan CO2, suhu, dan kelembaban. Kandungan aflatoksin pada jagung dan kacang tanah bervariasi. Kacang tanah adalah salah satu substrat yang baik untuk tempat pertumbuhan jamur Aspergillus sp. Kacang tanah adalah substrat yang berperan penting dalam penghasil dan pertumbuhan aflatoksin. Jagung dan kacang tanah adalah biji-bijian yang sering terinfeksi jamur Aspergillus flavus yang memproduksi aflatoksin.
psbA-trnH Intergenic Spacer profile of Wax Apple (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & L.M. Perry) Cultivars Meilina, Tiara Dwi; Chika, Syifara; Hariri, Muhammad Rifqi; Febriana, Asri; Mukaromah, Arnia Sari
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 29 No. 4 (2024): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.29.4.548

Abstract

The fruit known as wax apple, scientifically named Syzygium samarangense (Blume) Merr. & L.M. Perry, is a well-liked agricultural product originating from Demak Regency in the Central Java Province. When it is difficult to distinguish between different forms of an organism, using DNA barcoding to authenticate the identity of species based on their DNA is an important way. The psbA-trnH intergenic spacer is a commonly used molecular approach to analyse the genetic characteristics of plant species. This study investigated the psbA-trnH intergenic spacer profile of wax apple cultivars from Demak regency. The investigation revealed that the psbA-trnH intergenic spacer sequences of the S. samarangense cultivars, namely Madu Thailand and Madu Deli Hijau, had lengths of 535 and 492 base pairs, respectively. Both cultivars demonstrate a greater nucleotide composition of deoxyadenylic acid (A) and deoxythymidylic acid (T) in comparison to deoxycytidilic acid (C) and deoxyguanylic (G). The genetic distance between S. samarangense ‘Madu Thailand’ and ‘Madu Deli Hijau’ indicates a very tight relationship, with a value of 0.000. The psbA-trnH intergenic spacer proved to be insufficient in differentiating the S. samarangense cultivars from Demak regency, mostly because to its low capacity to discern between the wax apple cultivars. Keywords: Demak, psbA-trnH intergenic spacer, Syzygium samarangense, wax apple
Comparison of the Potential of Mangrove Forests as an Estimate of Carbon Stocks : A Review Zahro, Shofiyyatuz; Chika, Syifara
Biocaster : Jurnal Kajian Biologi Vol. 4 No. 4 (2024): October
Publisher : Lembaga Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kamandanu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/biocaster.v4i4.312

Abstract

Global warming is an increase in carbon dioxide gas (CO2) and other gases in the earth's atmosphere, which will make the earth's atmosphere retain more heat coming from the sun. This study aimed to determine the highest carbon stock ratio from various areas with mangrove forest areas. This research was conducted using the grid route method by collecting data from a literature study from different locations in the mangrove forest. The research results obtained that the highest average carbon stock in various regions of Indonesia which has the highest mangrove forest conservation is the Mangrove Area in Pasar Banggi Rembang Village of 737.2 tons/ha with three stations whose species names consist of Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, and Rhizophora mucronata. High and low carbon content, density, and mangrove species in mangrove leaf litter were influenced by the rate of litter production. This production rate will later affect the high low carbon content in mangrove leaf litter.
An In Silico Approach for Evaluation of ITS, rbcL, and psbA-trnH for DNA Barcoding of Eugenia spp. Chika, Syifara; Zahro, Shofiyyatuz
Biosfer: Jurnal Tadris Biologi Vol 15 No 1 (2024): Biosfer: Jurnal Tadris Biologi
Publisher : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/biosfer.v15i1.21064

Abstract

The genus Eugenia is known to be complex with intricate synonyms and taxonomy, and morphological identification is often unreliable due to overlapping characteristics and environmental influences, particularly in the flowers. DNA barcoding provides a way around this problem, as it can identify specimens using very short gene sequence fragments obtained from a small number of tissues.  The method used in this research is the in silico dengan menggunakan barcode DNA ITS, rbcL, dan psbA-trnH dari spesies Eugenia spp yang ditemukan di NCBI GenBank. The successful reconstruction of the phylogenetic tree from the three regions, including ITS, rbcL, and psbA-trnH shows that several species of Eugenia spp. are divided into 2 clades. Research successfully analyzed Eugenia plant relationship with using the ITS, rbcL, and psbA-trnH gene sequences in silico based shows that several species of Eugenia spp. are divided into 2 clades. In general, high bootstrap values are shown by phylogenetic trees based on the ITS region.ABSTRAK: Genus Eugenia dikenal kompleks dengan sinonim dan taksonomi yang rumit, serta identifikasi morfologis yang sering tidak dapat diandalkan karena karakter yang tumpang tindih dan dipengaruhi oleh lingkungan, terutama pada bagian bunga. Barcoding DNA memberikan jalan keluar dari masalah ini, karena dapat mengidentifikasi spesimen menggunakan fragmen urutan gen yang sangat pendek yang diperoleh dari sejumlah kecil jaringan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah in silico dengan menggunakan barcode DNA ITS, rbcL, dan psbA-trnH dari spesies Eugenia spp yang ditemukan di NCBI GenBank. Keberhasilan rekonstruksi pohon filogenetik dari tiga wilayah antara lain ITS, rbcL, dan psbA-trnH menunjukkan bahwa beberapa spesies Eugenia spp. dibagi menjadi 2 clade. Penelitian yang berhasil menganalisis hubungan tanaman Eugenia dengan menggunakan rangkaian gen ITS, rbcL, dan psbA-trnH secara silico menunjukkan bahwa beberapa spesies Eugenia spp. dibagi menjadi 2 clade. Secara umum nilai bootstrap yang tinggi ditunjukkan oleh pohon filogenetik berdasarkan wilayah ITS.