Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KARAKTERISTIK FENOTIP DAN PENGEMBANGAN SAPI ACEH DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Ainur Rasyid; Y. Adinata; Yunizar Yunizar; L. Affandhy
MaduRanch: Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol 2, No 1 (2017): MaduRanch: Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan
Publisher : MaduRanch: Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.034 KB)

Abstract

Sapi Aceh merupakan kekayaan sumberdaya genetrik (SDG) salah satu rumpun sapi lokal Indonesia yang telah ditetapkan berdasarkan keputusan Kementerian Pertanian nomor 2907 tahun 2011, bahwa Sapi Aceh mempunyai keseragaman bentuk, fisik dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan baikpada keterbatasan lingkungan; sehingga perlu dilindungi, dilestarikan dan dikembangkan keunggulannya untuk kepentingan pemuliaan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik, pola pemeliharaan dan pengembangan Sapi Aceh di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Penelitian dilakukan secara survey pada beberapa kelompok atau wilayah pengembangan Sapi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen, dan Kabupaten Lhok Semauwe. Data dianalisis secara diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sapi Aceh dipelihara secara turun temurun oleh masyarakat Aceh dan berkembang biak di Propinsi NAD, mempunyai pola warna yang bervariasi mulai warna merah bata, kuning langsat, putih hingga berwarna hitam, dengan warna dominan adalah merah bata. Beberapa keunggulan Sapi Aceh antara lain, tahan terhadap penyakit di wilayah tropis, mempunyai adaptasi yang baik pada iklim ekstrem dan wilayah marginal, reproduksi baik dan mempunyai nilai ekonomi tinggi bagi masyarakat Aceh. Pola pemeliharaan sebagan besar dilakukan secara tradisional yaitu dilepas atau digembalakan dan pengembangbiakan dilakukan secara kawin alam, yang dimungkinkan perkawinan antar keluarga (in breeding). Disimpulkan bahwa 1) Sapi Aceh telah berkembang biak di Propinsi NAD dan mempunyai pola warna yang bervariasi, maka untuk pemurnian dan pengembangan Sapi Aceh telah ditetapkan warna merah bata pada Sapi Aceh betina dan merah kehitaman untuk Sapi Aceh jantan; 2) Sapi Aceh dilakukan melalui pemberdayaan kelompok tani, dan pola pemeliharaan dilakukan secara intensif dan semi intensif (dilepas di dalam kandang pelumbaran/mini ranch); dan 3) sistem perkandangan untuk program pembibitan menggunakan kandang kelompok/kumunal (tanpa diikat) atau kandang komunal yang diikat secara individu. Sedangkan untuk penggemukan secara diikat secara individu dalam kandang kelompok/kumunal.
MODEL PEMBIBITAN SAPI BALI DI KABUPATEN BARRU PROPINSI SULAWESI SELATAN Yudi Adinata; Lukman Affandhy; Ainur Rasyid
MaduRanch: Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol 1, No 1 (2016): MaduRanch: Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan
Publisher : MaduRanch: Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.881 KB)

Abstract

Makalah ini berupa suatu gagasan pada kegiatan model pembibitan Sapi Bali di Instalasi Pembibitan Rakyat di Dusun Langkap, Desa Pau-Pau Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru dalam rangka rencana pembuatan rancang bangun pembibitan Sapi Bali di usaha pembibitan sapi potong rakyat sebagai penyedia bakalan sapi potong, khususnya di wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Sapi Bali merupakan salah satu aset nasional dibidang peternakan yang mempunyai potensi yang besar sehingga keberadaannya perlu dilestarikan dan populasi serta produktivitasnya perlu ditingkatkan serta mempunyai peranan sosial ekonomi yang penting bagi masyarakat peternak maupun pemerintah Kabupaten Barru. Namun dalam usaha pembibitan Sapi Bali terutama di wilayah Sulawesi Selatan mengalami permasalahan, yaitu Sapi Bali telah mengalami penurunan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh yang diduga disebabkan oleh seleksi negatif, dan inbreeding sehingga menimbulkan masalah seperti biaya produksi dapat meningkat, menimbulkan keadaan tidak efisien dari sistem produksi Sapi Bali secara keseluruhan. Diperlukan suatu pola pembibitan Sapi Bali yang sesuai dengan kondisi agroekosistem di Kabupaten Barru, dengan harapan dapat diperoleh setelah pelaksanaan model pembibitan Sapi Bali di Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan berupa a) pejantan unggul untuk memperbaiki mutu Sapi Bali di Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan, b) sapi dara bibit unggul untuk replacement (pengganti) Sapi Bali di Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan, dan c) peningkatan populasi dan produktivitas Sapi Bali secara umum di masa mendatang. Kegiatan model pembibitan Sapi Bali dapat dilakukan melalui a) mempelajari karakteristik Sapi Bali, b) meningkatkan mutu genetik populasi sapi melalui program seleksi dan sapi bibit harus memenuhi standar ukuran statistik vital tertentu, c) perlu mempelajari teori dasar peningkatan mutu genetik d) pola teknis pembibitan dengan menggunakan sistemOpen Nucleus Breeding Scheme dan e) rekording dan manajemen pemeliharaan sapi. Disimpulkan bahwa kualitas bibit ternak yang baik dapat dihasilkan melalui prosedur seleksi dan pengaturan perkawinan yang mengikuti prosedur Ilmu Pemuliaan Ternak.
Pengaruh Pemulihan Aktif Jogging Terhadap Penurunan Asam Laktat Pada Olahraga Bulutangkis Ainur Rasyid; Nugroho Agung
Journal Sport Area Vol 2 No 2 (2017): December
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.787 KB) | DOI: 10.25299/sportarea.2017.vol2(2).710

Abstract

Asam laktat dapat dibersihkan lebih cepat dari dalam darah dengan cara melakukan aktifitas fisik yang ringan seperti jogging, berjalan. Fokus permasalahan pada penelitian ini adalah membandingkan sebuah recovery aktif terhadap penurunan kadar asam laktat pada atlet putra dan putrid bulutangkis Pengkab PBSI Sumenep. Recovery aktif jenis perlakuannya adalah jogging. Berdasarkan uraian permasalahan latarbelakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: Adakah pengaruh recovery aktif jogging putra dan putrid terhadap penurunan asam laktat atlet bulutangkis? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh recovery aktif jogging terhadap penurunan asam laktat dengan membandingkan putra dan putrid atlet bulutangkis. Jenis metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah comparative research dengan membandingkan antara atlet putra dan putri di Pengkab PBSI Sumenep. Dari hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa perlakuan recovery jogging dapat menurunkan kadar asam laktat pada tubuh dengan dilihat angka yang diperoleh pada perlakuan sebesar 4,75 mg/dL dan recovery jogging 2mg/dL (putra), sedangkan untuk atlet putrid juga mengalami penurunan sebesar 5,5 mg/dL dan recovery jogging 4,1 mg/dL.
Assessment of physical fitness of 12-year-old elementary children in Sumenep district through Tes Kebugaran Pelajar Nusantara (TKPN) Ainur Rasyid; Winda Nuraisyah; Abdul Azis; Moh. Junaidi; Nugroho Agung Supriyanto
Bravo's: Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Vol 13 No 1 (2025): Bravo's: Journal of Physical Education and Sport Science
Publisher : Physical Education Departement of University PGRI Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32682/bravos.v13i1/80

Abstract

Physical fitness in primary school children is an important aspect in supporting physical development and long-term health. This study aimed to evaluate the physical fitness level of 12-year-old students in Sumenep district using TKPN. This study was conducted in a descriptive quantitative manner involving 134 students selected through purposive sampling. The research instruments included measurements of Body Mass Index (BMI), V Sit and Reach, Sit-ups, Squat Thrust, and Progressive Aerobic Cardiovascular Endurance Run (PACER) Test. The data obtained were analyzed descriptively based on the physical fitness categories established by TKPN. The results showed that the majority of students were at a low level of physical fitness. A total of 83% of students had a low level of cardiorespiratory endurance based on the PACER test results, while 75% of students showed low muscle strength in the Squat Thrust test. In addition, 69% of students had poor abdominal muscle strength on the Sit-up test, and 56% of students showed low flexibility on the V Sit and Reach test. No students achieved the “Good” or “Excellent” category in the overall physical fitness components measured. Based on the results of the study, it was concluded that although 72% of students fell into the undernourished category based on Body Mass Index (BMI), this was not matched by an adequate level of physical fitness, where only 2.5% of students were in the sufficient category. Therefore, it can be concluded that the application of TKPN to students at SDN Pajagalan 1, SDN Kepanjin, SDN Karangduak 2 and SDN Bangselok in Kota Sumenep Sub-district, East Java Province, overall shows a level of physical fitness that is in the moderate category.
Mixed impact aerobics for healthy living: effectiveness in students at risk for obesity Andi Fepriyanto; Dian Helaprahara; Mohammad Hasan Basri; Ainur Rasyid; Nugroho Agung S
Bravo's: Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Vol 13 No 1 (2025): Bravo's: Journal of Physical Education and Sport Science
Publisher : Physical Education Departement of University PGRI Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32682/bravos.v13i1/120

Abstract

Obesity is a serious global health problem among school-aged children. This study aims to assess the effectiveness of the mixed impact aerobic program in changing healthy living and reducing the risk of obesity in students. This study used a quasi-experimental pretest-posttest design with a control group. A total of 30 obese students were randomly selected as subjects. Measuring level obese wtih BMI and fitness level with Tes Kebugaran Siswa Indonesia (TKSI). The results of the study showed that in the experimental group there was a significant difference in physical fitness (p value = 0.009), while in the control group there was no significant difference (p value = 0.082). In addition, this program was successful to improve healthy lifestyle behaviors. It can be concluded that the provision of mixed impact aerobic can improve healthy lifestyles by improving students' phyisical fitness of obese students