Perhimpunan Nefrologi Indonesia telah mensyaratkan tentang keharusan pemeriksaan yang dilakukan sebelum melakukan hemodialisis salah satunya yaitu pemeriksaan HBsAg. Pasien hemodialisis berisiko tinggi untuk terinfeksi virus hepatitis B karena memiliki daya tahan tubuh yang turun dan infeksi virus yang ditularkan melalui darah. Hemodialisis menjadi tindakan yang sangat membantu pasien PGK untuk memperpanjang usia pasien. Tes HBsAg diperlukan untuk memastikan keberadaan virus hepatitis B di dalam tubuh. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran hasil skrining pemeriksaan HBsAg pada pasien pre-hemodialisis di RSUD Wangaya tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional menggunakan data sekunder. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 63 pasien yang diambil dengan teknik total sampling. Hasil penelitian berdasarkan usia menunjukkan proporsi terbanyak pada pasien dengan usia 20-60 tahun sebanyak 39 (61,9%) dan pasien >60 tahun sebanyak 24 (38,1%). Berdasarkan jenis kelamin menunjukan proporsi laki-laki lebih banyak yaitu sebanyak 38 (60,3%) dan perempuan sebanyak 25 (39,7%). Hasil dari pemeriksaan skrining HBsAg didapatkan pasien negatif HBsAg sebanyak 62 pasien (98,4%) dan positif sebanyak 1 pasien (1,6%). Hasil dari pengelompokan berdasarkan diagnosa yaitu diagnosa terbanyak adalah hipertensi sebanyak 14 pasien (22,2%) dan diagnosa Diabetes melitus sebanyak 13 pasien (20,6%). Skrining hepatitis B perlu dilakukan saat pertama kali hemodialisis agar dapat menjaga keselamatan kerja petugas kesehatan dan mencegah penularan terhadap pasien lainnya. Kata Kunci: Hepatitis B, Hemodialisis, Gagal ginjal kronik