Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Efektifitas Temulawak (Curcuma xanthorriza) Sebagai Pereduksi Formalin Pada Tahu Anggi Gumilar; Ririn Puspadewi; Reza Ramdani; Dyah Ayu Pitaloka
Media Farmasi XXX Vol 17, No 2 (2021): Media Farmasi
Publisher : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v17i2.2328

Abstract

To make a long lasting tofu some manufacturers typically add a preservative so that the shelf life of food products can last longer, some rogue manufacturers intentionally add preservatives that are prohibited such as formaldehyde. The aim of the study is to reduce the concentration of formaldehyde in tofu using curcuma based on literature it can reduce formaldehyde because it contains saponins that can form soap with formaldehyde. Tofu sample is contacted with formalin then given immersion treatment using curcuma solution. After that, a sample preparation is carried out to obtain the test solution which is reacted with Schiff reagents and measured by Spectrophotometer UV-Visible. The results obtained from this study are measurements made at a maximum wavelength of 558.10 nm. The linearity value obtained from the measurement results is 0.996. The linear regression equation for measurement is y = 0.12x - 0.399. The lowest reduction value is 3.29% while the highest reduction value is 23.04%. Based on the two-way ANOVA test, the two factors did not find a significant difference and based on the Tukey test the best concentration value was 7.5% and the best immersion time was 10 minutes. From the research it can be concluded that the temulawak solution can reduce the concentration of formalin in tofu. Keywords : formaldehyde, curcuma, Curcuma xanthorrizaUntuk membuat tahu tahan lama beberapa produsen biasanya menambahkan suatu pengawet agar usia simpan produk pangan tersebut bisa bertahan lebih lama, beberapa produsen nakal sengaja menambahkan pengawet yang dilarang seperti formalin. Pada penelitian ini bertujuan untuk mereduksi konsentrasi formalin pada produk pangan tahu menggunakan temulawak karena secara teori temulawak dapat mereduksi formalin dikarenakan mengandung saponin yang dapat menyabunkan formalin.Sampel tahu dikontakkan dengan formalin kemudian diberikan perlakuan perendaman menggunakan larutan temulawak. Sampel tahu kemudian direaksikan dengan pereaksi Schiff dan diukur secara spektrofotometri UV-Visible. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pengukuran dilakukan pada panjang gelombang maksimum 558,10 nm. Nilai linieritas yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah 0,996. Persamaan regresi linier dari pengukuran adalah y = 0,12x – 0,399. Nilai reduksi terendah adalah 3,29% sedangkan nilai reduksi tertinggi adalah 23,04%. Berdasarkan uji two ways ANOVA kedua faktor tidak ditemukan perbedaan secara signifikan dan berdasarkan uji Tukey nilai konsentrasi yang terbaik adalah 7,5% dan waktu perendaman terbaik adalah 10 menit. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa larutan temulawak dapat mereduksi konsentrasi formalin pada tahu.Kata kunci : formalin, temulawak, Curcuma xanthorriza
PENETAPAN KADAR SEDIAAN MULTIKOMPONEN OBAT BATUK DAN FLU MENGGUNAKAN METODE ZERO-CROSSING Athina Mardatillah; Mira Andam Dewi; Anggi Gumilar
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 6 No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v6i1.144

Abstract

Flu dan batuk adalah penyakit yang biasa terjadi pada masyarakat Indonesia. Obat flu dan batuk banyak tersebar di pasaran dalam bentuk sirup maupun tablet multikomponen. Untuk memastikan mutu sediaan dalam keadaan baik maka perlu dilakukan analisis terhadap kadar zat aktif dalam sediaan. Pada umumnya penetapan kadar zat aktif dalam sediaan multikomponen dilakukan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) akan tetapi metode tersebut memerlukan biaya yang mahal dan waktu relatif lama. Penggunaan spektrofotometer uv-vis dengan metode derivatif dapat digunakan untuk mengukur sediaan multikomponen. Untuk itu dilakukan pengembangan metode spektrofotometri uv-visibel sehingga dapat menjadi metode alternatif dalam penetapan kadar tablet multikomponen. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai linieritas yang diperoleh baik dari keempat zat aktif dengan nilai ≥ 0,997 dan rentang pengukuran dilakukan diatas batas deteksi serta batas kuantisasi masing-masing zat aktif. Akan tetapi nilai akurasi dan presisi yang diperoleh dari penelitian ini tidak menunjukkan hasil yang memuaskan dikarenakan perbedaan konsentrasi setiap zat aktif jauh.
ACTIVITY OF ZEBRINA PENDULA SCHNIZL. EXTRACT AGAINST STAPHYLOCOCCUS AUREUS, CANDIDA ALBICANS, AND BACILLUS SUBTILIS Ririn Puspadewi; Mira Andam Dewi; Anggi Gumilar; Luki Yogaswara Yusuf; Estefania Amaris Ivana; Tiara Parmayani; Alpina Rismayati
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 4 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i4.1008

Abstract

Zebrina pendula Schnizl., known for its medicinal properties against dysentery, contains chemical compounds like polyphenols, flavonoids, quinones, and terpenoids. Despite its potential, research on Zebrina pendula Schnizl. remains limited. This study aimed to assess the antimicrobial activity of Zebrina pendula Schnizl. extract against Staphylococcus aureus, Candida albicans, and Bacillus subtilis, using the microdilution method. The stages of the study include determination, phytochemical screening of Zebrina pendula Schnizl., standardization, multilevel extraction using n-hexane, ethyl acetate, and 96% ethanol, and antimicrobial activity testing via microdilution method to determine Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) and Minimum Bactericidal Concentrations (MBC).
AKTIVITAS ANTIBIOFILM EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Staphylococcus aureus Mira Andam Dewi; Anggi Gumilar; Wisma Sari Indah
Pharmacoscript Vol. 7 No. 1 (2024): Pharmacoscript
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/pharmacoscript.v7i1.1552

Abstract

Daun pepaya (Carica papaya L.) mengandung alkaloid, tanin, steroid, flavonoid dan papain yang dapat menghambat perlekatan sel dan pertumbuhan Actinomyces. Tujuan penelitian ini untuk melihat aktivitas antibiofilm ekstrak daun pepaya terhadap Staphylococcus aureus, bakteri penyebab infeksi dan resisten terhadap beberapa antibiotik. Staphylococcus aureus memiliki resistensi antibiotik yang lebih tinggi dalam bentuk biofilm dibandingkan dalam bentuk plankton. Uji turbidimetri dilakukan pada 96 well plate dengan penambahan kristal violet. Metode maserasi  dilakukan dengan pelarut air steril digunakan untuk mengekstraksi pada simplisia daun pepaya. Selanjutnya dibuat ekstrak kental daun pepaya diencerkan sehingga diperoleh dengan sepuluh konsentrasi berbeda dengan interval konsentrasi 9,76 – 5000 μg/mL.Tetrasiklin HCl dengan konsentrasi yang sama dengan ekstrak uji digunakan sebagai antibiotik pembanding. Uji aktivitas antibiofilm pada Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya memiliki aktivitas antibiofilm pada konsentrasi 625, 1250, 2500, dan 5000 μg/mL serta dapat menghambat pembentukan biofilm dengan nilai MBIC dari 625 g/mL.
OPTIMASI KONSENTRASI TEMULAWAK DAN WAKTU PERENDAMAN SEBAGAI PEREDUKSI FORMALIN PADA TAHU MENGGUNAKAN RESPONSE SURFACE METHODOLOGY Gumilar, Anggi; Dewi, Mira Andam; Salsabila, Nabila Hafna
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 7 No 1 (2024): Jurnal Insan Farmasi Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/jifi.v7i1.1746

Abstract

Tofu is a food product that contains high water which causes the shelf life of tofu to be short. Some manufacturers add preservatives to extend its shelf life. However, some rogue manufacturers add prohibited preservatives such as formalin. Formalin reduction can be done using Curcuma xanthorrhiza, which can reduce formalin through saponification mechanism. This research aims to determine the optimal conditions for formalin reduction using curcuma. Tofu samples that have been contacted with formalin were treated by immersion with a solution of curcuma, then reacted with Schiff’s reagent and measured by spectrophotometer UV-Visible at a maximum wavelength of 556 nm. Optimization was carried out using Response Surface Methodology (RSM) with Central Composite Design (CCD) method. Independent variables that were used in this optimization were concentration of curcuma and soaking time. Data analysis of reduced formalin content was carried out using Minitab version 19. RSM equation for optimization of concentration of curcuma (X1) and soaking time (X2) to obtain the maximum value of reduced formalin is y=19,63–1,70X1–0,368X2+0,2034X12+0,00954X22–0,0052X1X2. The optimization results of RSM showed that the optimal condition was at concentration of 8.53% v/v and immersion time of 51.21 minutes, with a predicted amount of reduced formalin of 23.90 µg/g (45,89%).
AKTIVITAS ANTIBIOFILM EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Staphylococcus aureus Mira Andam Dewi; Anggi Gumilar; Wisma Sari Indah
Pharmacoscript Vol. 7 No. 1 (2024): Pharmacoscript
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/pharmacoscript.v7i1.1552

Abstract

Daun pepaya (Carica papaya L.) mengandung alkaloid, tanin, steroid, flavonoid dan papain yang dapat menghambat perlekatan sel dan pertumbuhan Actinomyces. Tujuan penelitian ini untuk melihat aktivitas antibiofilm ekstrak daun pepaya terhadap Staphylococcus aureus, bakteri penyebab infeksi dan resisten terhadap beberapa antibiotik. Staphylococcus aureus memiliki resistensi antibiotik yang lebih tinggi dalam bentuk biofilm dibandingkan dalam bentuk plankton. Uji turbidimetri dilakukan pada 96 well plate dengan penambahan kristal violet. Metode maserasi  dilakukan dengan pelarut air steril digunakan untuk mengekstraksi pada simplisia daun pepaya. Selanjutnya dibuat ekstrak kental daun pepaya diencerkan sehingga diperoleh dengan sepuluh konsentrasi berbeda dengan interval konsentrasi 9,76 – 5000 μg/mL.Tetrasiklin HCl dengan konsentrasi yang sama dengan ekstrak uji digunakan sebagai antibiotik pembanding. Uji aktivitas antibiofilm pada Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya memiliki aktivitas antibiofilm pada konsentrasi 625, 1250, 2500, dan 5000 μg/mL serta dapat menghambat pembentukan biofilm dengan nilai MBIC dari 625 g/mL.
AKTIVITAS ANTIBIOFILM EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Staphylococcus aureus Andam Dewi, Mira; Gumilar, Anggi; Sari Indah, Wisma
Pharmacoscript Vol. 7 No. 1 (2024): Pharmacoscript
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/pharmacoscript.v7i1.1552

Abstract

Daun pepaya (Carica papaya L.) mengandung alkaloid, tanin, steroid, flavonoid dan papain yang dapat menghambat perlekatan sel dan pertumbuhan Actinomyces. Tujuan penelitian ini untuk melihat aktivitas antibiofilm ekstrak daun pepaya terhadap Staphylococcus aureus, bakteri penyebab infeksi dan resisten terhadap beberapa antibiotik. Staphylococcus aureus memiliki resistensi antibiotik yang lebih tinggi dalam bentuk biofilm dibandingkan dalam bentuk plankton. Uji turbidimetri dilakukan pada 96 well plate dengan penambahan kristal violet. Metode maserasi  dilakukan dengan pelarut air steril digunakan untuk mengekstraksi pada simplisia daun pepaya. Selanjutnya dibuat ekstrak kental daun pepaya diencerkan sehingga diperoleh dengan sepuluh konsentrasi berbeda dengan interval konsentrasi 9,76 – 5000 μg/mL.Tetrasiklin HCl dengan konsentrasi yang sama dengan ekstrak uji digunakan sebagai antibiotik pembanding. Uji aktivitas antibiofilm pada Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya memiliki aktivitas antibiofilm pada konsentrasi 625, 1250, 2500, dan 5000 μg/mL serta dapat menghambat pembentukan biofilm dengan nilai MBIC dari 625 g/mL.