Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Aktivitas Antimikroba Minuman Probiotik Sari Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Escherichia coli dan Shigella dysenteriae Dewi, Mira Andam
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 2 No 01 (2015): JURNAL FARMASI GALENIKA
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.244 KB)

Abstract

Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang jika dikonsumsi dalam jumlah cukup dapat memberikan manfaat kesehatan untuk inangnya. Jambu biji merah (Psidium guajava L) merupakan salah satu jenis buah yang banyak dihasilkan di Indonesia yang mengandung monosakarida berupa fruktosa dan glukosa yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini melakukan uji aktivitas antimikroba minuman probiotik sari jambu biji merah terhadap bakteri saluran pencernaan yaitu Escherichia coli dan Shigella dysenteriae. Metode penelitian meliputi penapisan fitokimia, pembuatan minuman probiotik, pengujian kualitas dan uji aktivitas. Hasil penapisan fitokimia buah jambu biji merah menunjukan adanya flavonoid, tanin serta polifenol. Minuman probiotik dibuat menjadi 2 formula. Formula 1 (F1) tanpa penambahan susu skim dan formula 2 (F2) dengan penambahan susu skim konsentrasi 7,5%. Keduanya menggunakan kombinasi starter Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus (1:1). Pengujian kualitas minuman probiotik meliputi organoleptik (bentuk, warna, aroma, rasa), nilai pH serta uji kualitatif dan kuantitatif asam laktat. Hasil pengujian menunjukan kadar asam laktat dan nilai pH untuk F1 dan F2 berturut-turut adalah 1,65%; 1,98%; 4,98; 4,20. Pengujian aktivitas minuman probiotik menggunakan metode Angka Lempeng Total (ALT). F1 menghasilkan pengurangan jumlah populasi Escherichia coli sebesar 7,55% pada jam ke 0 dan 26,61% pada jam ke 72, Shigella dysenteriae sebesar 8,26% pada jam ke 0 dan 28,34% pada jam ke 72. Pada F2 menghasilkan pengurangan jumlah populasi Escherichia coli sebesar 10,43% pada jam ke 0 dan 31,65% pada jam ke 72, Shigella dysenteriae sebesar 11,41% pada jam ke 0 dan 35,43% pada jam ke 72. F2  merupakan formula terbaik dalam mengurangi 2 populasi bakteri uji pada pengenceran 107 cfu/mL.
The Ability of Soil Candida albicans Secreted Potential Protease and Lipase Ririn Puspadewi; Putranti Adirestuti; Mira Andam Dewi; Wakilatul Hasanah
Biota Vol 13 No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/jb.v13i2.245

Abstract

Candida spp secreted a different kind of extracellular enzymes. Protease and lipase are the enzymes that are commonly used in the food and pharmaceutical industries. This study aimed to examine protease and lipase activity of Candida tropicalis isolated from the soil of the Medicinal Plant Garden of the Faculty of Pharmacy, Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia. Candida isolate was subjected to the fermentation process to obtain bioactive metabolites. The result was analyzed using ANOVA within a 5% interval of confidence, continuing with PostHoc. The result showed the Candida tropicalis metabolite giving the best proteolytic index value (0,6556 ± 0,0090) U/mL. The metabolite isolate of Candida tropicalis had the highest activity, amounting to 5,776 ± 0,495 U/mL. The best results of lipolytic index value (0,394 ± 0,053) U/mL. The Candida tropicalis metabolites produced the highest lipase enzyme after nine days of fermentation in 5.2917±0,0167 U/mL.
Potensi Pseudomonas fluorescens dalam menghasilkan asam salisilat dengan menggunakan limbah udang sebagai substrat Ririn Puspadewi; Putranti Adirestuti; Mira Andam Dewi; Aditya Ayuning Tyas
Riset Informasi Kesehatan Vol 9 No 1 (2020): Riset Informasi Kesehatan
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.055 KB) | DOI: 10.30644/rik.v9i1.359

Abstract

Latar Belakang: Pemanfaatan limbah udang saat ini kurang mendapatkan perhatian dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat kandungan dalam limbah udang. Limbah udang mengandung protein sebagai sumber nitrogen dan mineral sehingga dapat dimanfaatkan sebagai substrat untuk pertumbuhan mikroba Pseudomonas fluorescens dalam mensintesis asam salisilat. Tujuan penelitian adalah memanfaatkan limbah udang sebagai substrat untuk pertumbuhan Pseudomonas florescens dalam menghasilkan asam salisilat. Metode: Ferrmentasi dilakukan pada suhu 30℃, pH 7 dengan pengocokan terus-menerus pada 150 rpm. Substrat dibuat dalam dua formula yaitu formula 1 (limbah udang), formula 2 (limbah udang dan 0,02% MgSO4). Asam salisilat sebagai produk fermentasi dianalisis secara kimia kualitatif dan uji aktivitas anti mikroba terhadap Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji kimia kualitatif dengan uji esterifikasi terdapat bau ester khas seperti minyak gandapura, uji dengan FeCl3 menunjukkan warna ungu, sedangkan uji dengan HCl menunjukkan hasil negatif. Uji aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus menghasilkan zona bening sebesar 18,65 mm dan terhadap Propionibacterium acnes sebesar 19,65 mm dari formula 1 setelah fermentasi 28 jam. Kesimpulan: Limbah udang dapat digunakan untuk susbtrat Pemanfaatan limbah udang saat ini kurang mendapatkan perhatian dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat kandungan dalam limbah udang. pada pertumbuhan Pseudomonas flourescens dalam menghasilkan asam sitrat
ANALISIS KANDUNGAN FENOLFTALEIN PADA JAMU PELANGSING Rina Anugrah; Mira Andam Dewi; Agung Subekti
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 4 No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v4i1.50

Abstract

ABSTRAK Penambahan Bahan Kimia Obat (BKO) ke dalam jamu dapat membahayakan kesehatan penggunanya. Fenolftalein merupakan salah satu senyawa kimia yang berpotensi ditambahkan ke dalam jamu pelangsing karena sifat laksatifnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis keberadaan fenolftalein pada lima jamu pelangsing lokal (A,B,C,D,E) dan lima jamu pelangsing impor (F,G,H,I,J). Pengujian meliputi: pemeriksaan keabsahan registrasi dan kemasan, analisis kualitatif dan kuatitatif fenolftalein. Analisis kualitatif dilakukan dengan reaksi warna menggunakan NaOH 0,1 N, membandingkan kromatogram hasil KCKT dan spektrum UV sampel dengan pembanding. Analisis kuantitatif dilakukan dengan spektrofotometri UV. Hasil penelusuran di situs BPOM  dari kesepuluh sampel hanya sampel E yang teregistrasi. Hasil reaksi warna, analisis kromatogram dengan HPLC dan analisis dengan Spektrofotometri UV-visible menunjukkan bahwa sampel F positif mengandung fenolftalein dengan kadar 47,133±0,0058%. Penggunaan fenolftalein jangka panjang dapat memicu kanker dan menyebabkan mutasi pada DNA. Kata kunci : jamu pelangsing, fenolftalein, bahan kimia obat ABSTRACT The addition of chemicals compounds into herbal medicine may be harmful to the health of users. Phenolphthalein is one of the chemical compounds that potentially is added into the herbal slimming because it's laxative effect. This study aimed to analyze the presence of phenolphthalein in five local herbal slimming (A, B, C, D, E) and five import herbal slimming (F, G, H, I, J). The tests included examination of the validity of registration and packaging, qualitative and quantitative analysis of phenolphthalein. Qualitative analysis method that was used is color reaction using NaOH 0.1 N, comparing the results of the HPLC chromatogram and UV spectrum of the sample with reference standard. Quantitative analysis was performed by UV spectrophotometry. The result of searching on website BPOM, from ten samples only E samples were registered. The results of testing with the color reaction, HPLC and UV spectrophotometry showed that the sample F positive contain phenolphtalein with concentration 47,133 ± 0.005% b/b. Long-term use of phenolphthalein may cause cancer and cause mutations to DNA. Keywords    : herbal slimming, phenolptalein, chemical compounds
POTENSI DAUN RUMPUT BELANG SEBAGAI OBAT TRADISIONAL YANG BERKHASIAT ANTIMIKROBA Ririn Puspadewi; Putranti Adirestuti; Mira Andam Dewi; Naomi Oktavia A
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 4 No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v4i2.66

Abstract

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang pengujian ekstrak etanol dari daun rumput belang terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Shigella dysenteriae. Rumput belang (Zebrina pendula Schnizl.) merupakan tanaman hias yang budidayanya sangat mudah sehingga tanaman ini dapat ditemukan didataran rendah maupun dataran tinggi. Secara empiris memiliki rumput belang memiliki khasiat antara lain untuk mengatasi disentri dan bisul. Hasil pengujian ekstrak etanol 96 % terhadap Staphylococcus aureus memberikan hambatan terbesar pada konsentrasi 60% = 11,69±0,57 (mm),  Escherichia coli memberikan hambatan terbesar pada konsentrasi 80% = 12,83±0,68 (mm), Shigella dysenteriae memberikan hambatan terbesar pada konsentrasi 80% = 12,81±0,43 (mm). Hasil pemeriksaan golongan kandungan kimia pada ekstrak daun rumput belang terdapat flavonoid, polifenol, kuinon, monoterpenoid-seskuiterpenoid dan senyawa steroid-triterpenoid.  Kata kunci   :  daun rumput belang, Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Shigella dysenteriae ABSTRACT A research on the testing of the ethanol extract of the leaves of rumput belang on the growth of Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Shigella dysenteriae. Striped grass (Zebrina pendula Schnizl.) Is an ornamental plant cultivation is very easy so that the plant can be found in lowland and highland. Empirically the leaves of rumput belang have properties among others, to overcome dysentery and ulcers. Results of testing the 96% ethanol extract against Staphylococcus aureus provide the biggest obstacle at a concentration of 60% = 11.69 ± 0.57 (mm), Escherichia coli provide the biggest obstacle at a concentration of 80% = 12.83 ± 0.68 (mm), Shigella dysenteriae provide the biggest obstacle at a concentration of 80% = 12.81 ± 0.43 (mm). Class examination results of chemical constituents in the leaves of rumput belang extracts are flavonoids, polyphenols, quinones, monoterpenoid-sesquiterpenoids and steroid-triterpenoid compounds. Keywords : the leaves of  rumput belang, Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Shigella dysenteriae
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI BEBERAPA MADU ASLI LEBAH ASAL INDONESIA TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Mira Andam Dewi; Rahmana Emran Kartasasmita; Marlia Singgih Wibowo
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5 No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v5i1.86

Abstract

ABSTRAK Bakteri  yang  resisten  terhadap  antibiotik  menimbulkan  ancaman  serius,  sehingga  diperlukan  obat alternatif  untuk  mengganti  dengan  beralih  ke  bahan  alam  yang  ketersediaannya  melimpah  di Indonesia,  salah  satunya  adalah  madu.  Madu  “Manuka”  dilaporkan  efektif  mengatasi  infeksi  kulit yang  sudah  resisten  terhadap  antibiotik  serta  efektif  untuk  gangguan  pencernaan,  sehingga  fakta tersebut telah mendorong dilakukannya penelitian untuk menguji dan membuktikan efek antibakteri madu  jenis  lainnya.  Pada  penelitian  ini,  enam  madu  asli  lebah,  asal  Indonesia  diuji  aktivitas antibakterinya  terhadap  strain  Staphylococcus  aureus  mewakili  golongan  bakteri  Gram  positif  dan strain Escherichia coli mewakili golongan bakteri Gram negatif. Diawali pengumpulan dan penyiapan enam  sampel  madu  uji,  kemudian  diuji  secara  organoleptik  dan  uji  fisikokimia  untuk  menentukan mutu dari madu, meliputi uji aktivitas enzim diastase, hidroksimetilfurfural (HMF) dan kadar air yang dilakukan  untuk  menguji  apakah  madu  yang  diuji  asli  asal  lebah  dan  dalam  kualitas  yang  baik. Selanjutnya  dilakukan  pengujian  aktivitas  antibakteri  madu  asli  lebah  tersebut  terhadap  bakteri penyebab  infeksi  saluran  pernapasan  yang  diwakili  oleh  Staphylococcus  aureus  yang  merupakan bakteri Gram positif dan bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan yang diwakili oleh Escherichia coli  yang  merupakan  bakteri  Gram  negatif,  menggunakan  metode  difusi  agar  perforasi.  Uji organoleptik yang dilakukan terhadap enam sampel madu asli lebah, asal Indonesia (S1, S2, S3, S4, S5, S6) memberikan hasil yang memenuhi persyaratan mutu madu yang baik. Hasil pengujian enzim diastase dan uji kadar air memenuhi persyaratan SNI 3545:2013 tentang madu. Hasil uji HMF tidak memenuhi syarat,  pada sampel S1 dan S6 karena HMF melebihi kadar yang dipersyaratkan. Sampel  S1  dan  S6  memberikan  kadar  HMF  berturut-turut  62,22  mg/kg  dan  50,97  mg/kg,  sehingga  tidak memenuhi  persyaratan  kadar  HMF  maksimum  50%  b/b.  Uji  aktivitas  antibakteri  madu  dengan konsentrasi 100% terhadap bakteri Staphylococcus  aureus  memberikan diameter hambat 21,33 mm pada sampel S4, menunjukkan kategori antibakteri sangat kuat, karena masuk dalam kisaran 20-35 mm,  sedangkan  pengujian terhadap  bakteri  Escherichia  coli  pada  sampel  S4  memberikan  diameter hambat 19,67 mm termasuk kategori antibakteri kuat karena masuk dalam kisaran 10-20 mm. Kata kunci  : Madu, uji aktivitas antibakteri, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, metode difusi agar perforasi, HMF
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI PELEPAH AREN (Arenga pinnata Merr) TERHADAP Propionibacterium acnes DAN Staphylococcus aureus Mira Andam Dewi; Julia Ratnawati; Fitri Sukmanengsih
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 3 No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v3i1.96

Abstract

ABSTRAK Pelepah aren (Arenga pinnata Merr) digunakan oleh masyarakat sebagai obat jerawat. Penggunaan secara empiris di masyarakat pelepah aren dibakar kemudian abunya dipakai sebagai masker. Dilakukan pengujian aktivitas antimikroba ekstrak etanol, fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus dengan metode agar perforasi. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan pelarut etanol. Ekstrak etanol di fraksinasi dengan pelarut air, etil asetat, dan n-heksana. Hasil ekstrak dan fraksi dipekatkan dengan “rotary evaporator” dan dikentalkan di penangas air. Konsentarsi hambat minimum (KHM) ekstrak etanol 35% dan fraksi etil asetat 7,5% memberikan diameter hambat berturut-turut (14±0,06) mm dan (14±0,04) mm terhadap bakteri Propionobacterium acnes. Konsentrasi hambat miminum (KHM) ekstrak etanol 18%, fraksi air 40%, dan fraksi etil asetat 2,5% memberikan diameter hambat berturut-turut (14,6±0,13) mm, (14±0,06) mm, dan (14±0,06) mm terhadap  bakteri Staphylococcus aureus. Hasil pengujian aktivitas mikrobiologi menunjukkan bahwa fraksi etil asetat paling potensial dalam menghambat kedua bakteri uji. Kata kunci : pelepah aren (Arenga pinnata Merr), Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, jerawat, difusi agar perforasi. ABSTRACT Palm frond (Arenga pinnata Merr) is used by the public as an acne medication. The use of empirically in the community burned palm frond ashes then used as a mask. Testing the antimicrobial activity of the ethanol extract, water fraction, the fraction of ethyl acetate and n-hexane fraction of the bacteria Propionibacterium acnes and Staphylococcus aureus with difussion perforation method. Extraction is done by the method of maceration with ethanol. The ethanol extract is fractionated by water solvent, ethyl acetate, and n-hexane. Results extracts and fractions concentrated by "rotary evaporator" and thickened in water bath. The minimum inhibitory concentration (MIC) of 35% ethanol extract and 7.5% ethyl acetate fraction gives a row inhibitory diameter (14 ± 0.06) mm and (14±0.04)mm to Propionobacterium acnes bacteria. Miminum inhibitory concentration (MIC) of 18% ethanol extract, 40% water fraction, and 2.5% ethyl acetate fraction gave inhibitory consecutive diameter (14.6 ± 0.13) mm, (14 ± 0.06) mm, and (14 ± 0.06) mm against Staphylococcus aureus. The test results showed that the microbiological activity of ethyl acetate fraction is the most potent in inhibiting both bacterial test. Key words   : palm frond (Arenga pinnata Merr), Propionibacterium acnes,  Staphylococcus aureus, acne, diffusion perforation method.
PENETAPAN KADAR SEDIAAN MULTIKOMPONEN OBAT BATUK DAN FLU MENGGUNAKAN METODE ZERO-CROSSING Athina Mardatillah; Mira Andam Dewi; Anggi Gumilar
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 6 No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v6i1.144

Abstract

Flu dan batuk adalah penyakit yang biasa terjadi pada masyarakat Indonesia. Obat flu dan batuk banyak tersebar di pasaran dalam bentuk sirup maupun tablet multikomponen. Untuk memastikan mutu sediaan dalam keadaan baik maka perlu dilakukan analisis terhadap kadar zat aktif dalam sediaan. Pada umumnya penetapan kadar zat aktif dalam sediaan multikomponen dilakukan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) akan tetapi metode tersebut memerlukan biaya yang mahal dan waktu relatif lama. Penggunaan spektrofotometer uv-vis dengan metode derivatif dapat digunakan untuk mengukur sediaan multikomponen. Untuk itu dilakukan pengembangan metode spektrofotometri uv-visibel sehingga dapat menjadi metode alternatif dalam penetapan kadar tablet multikomponen. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai linieritas yang diperoleh baik dari keempat zat aktif dengan nilai ≥ 0,997 dan rentang pengukuran dilakukan diatas batas deteksi serta batas kuantisasi masing-masing zat aktif. Akan tetapi nilai akurasi dan presisi yang diperoleh dari penelitian ini tidak menunjukkan hasil yang memuaskan dikarenakan perbedaan konsentrasi setiap zat aktif jauh.
OPTIMASI KONSENTRASI TEMULAWAK DAN WAKTU PERENDAMAN SEBAGAI PEREDUKSI FORMALIN PADA TAHU MENGGUNAKAN RESPONSE SURFACE METHODOLOGY Gumilar, Anggi; Dewi, Mira Andam; Salsabila, Nabila Hafna
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 7 No 1 (2024): Jurnal Insan Farmasi Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/jifi.v7i1.1746

Abstract

Tofu is a food product that contains high water which causes the shelf life of tofu to be short. Some manufacturers add preservatives to extend its shelf life. However, some rogue manufacturers add prohibited preservatives such as formalin. Formalin reduction can be done using Curcuma xanthorrhiza, which can reduce formalin through saponification mechanism. This research aims to determine the optimal conditions for formalin reduction using curcuma. Tofu samples that have been contacted with formalin were treated by immersion with a solution of curcuma, then reacted with Schiff’s reagent and measured by spectrophotometer UV-Visible at a maximum wavelength of 556 nm. Optimization was carried out using Response Surface Methodology (RSM) with Central Composite Design (CCD) method. Independent variables that were used in this optimization were concentration of curcuma and soaking time. Data analysis of reduced formalin content was carried out using Minitab version 19. RSM equation for optimization of concentration of curcuma (X1) and soaking time (X2) to obtain the maximum value of reduced formalin is y=19,63–1,70X1–0,368X2+0,2034X12+0,00954X22–0,0052X1X2. The optimization results of RSM showed that the optimal condition was at concentration of 8.53% v/v and immersion time of 51.21 minutes, with a predicted amount of reduced formalin of 23.90 µg/g (45,89%).
Aktivitas Antimikroba Minuman Probiotik Sari Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Escherichia coli dan Shigella dysenteriae Mira Andam Dewi
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 2 No 01 (2015): JURNAL FARMASI GALENIKA
Publisher : Universitas Bhakti Kencana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Probiotics are live microorganisms when consumed in sufficient quantities to provide health benefits to host. Red guava (Psidium guajava L) is one of the many types of fruit are produced in Indonesia, which contains fructose and glucose monosacaride be high enough. The aims of this research was to evaluate the antimicrobial activity of probiotic drink red guava juice for digestive tract bacteria is Escherichia coli and Shigella dysenteriae. Research methods include phytochemical screening, the manufacture of probiotic drinks, quality testing and test activities. Results of phytochemical screening red guava fruit showed flavonoids, tannins and polyphenols. Probiotic drinks made into 2 formulas. The first formula without the addition of skim milk and the second formula with the addition of skim milk concentration of 7.5%. Both use a combination of Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophilus (1: 1). Tests include organoleptic quality probiotic drink (shape, color, aroma, flavor), and the pH value of qualitative and quantitative tests lactic acid. The test results showed levels of lactic acid and pH value for first formula and second formula in a row is 1.65%; 1.98%; 4.98; 4.20. Testing the activity of probiotic drinks using Total Plate Count method. The first formula resulted a reduction of Escherichia coli populations by 7.55% at 0 hours and 26.61% at 72 hours, Shigella dysenteriae 8.26% at 0 hours and 28.34% at 72 hours. On the second formula resulted a reduction of Escherichia coli population of 10.43% at 0 hours and 31.65% at 72 hours, Shigella dysenteriae 11.41% at 0 hours and 35.43% at 72 hours. The second formula is the best formula in reducing two test bacterial population on dilution 107 cfu / mL.