Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Uji Ketahanan dan Total Alkaloid Tembakau (Nicotiana tabaccum) Setelah Infeksi Ralstolnia solanacearum Rofiatun Solekha; Putri Ayu Ika Setiyowati; Dimas Arya Nugraha; Karin Alifia Rachmadani
BEST Journal (Biology Education, Sains and Technology) Vol 4, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/best.v4i1.3588

Abstract

Ralstolnia solanacearum is solanacearum is non forming, gram negative, aerobic plant pathogen that causes wilting in various host plant. Ralstolnia solanacearum is non these bacteria cause wilt disease in tabacco plants which can cause death by up to 50%. In tobacco plants, resistance analysis in the form of alkaloid content is required, the use of alkaloids in plants is as protection form pest attacks, plant reinforcements and hormone regulators. This study aims to analyze the resistance after developing tobacco wilt disease after Ralstolnia solanacearum infection. This study used kemloko 2 and kemloko 3 varieties as resistant treathments, kemloko 1 varieties which were susceptible to being used as negative controls, and moderately resistant Sindoro 1 varieties as positive controls. Reliability analysis using IP and AUDPC than the alkaloid cntent analysis using chloroform. The result showed the kemloko 3 variety tobacco had 103, 40 value; kemloko 2 11,74; sindoro 1 205,76; and kemloko 1 has value of AUDPC 350,22. Kemloko 3 is the most resistant variety after Ralstolnia solanacearum infection.  The result of the analysis showed that the highest total alkaloid levels were found in kemloko 3, namely 15,760 ± 0,51 mg equivalent to the value of caffeine / gram. This shows that there is a correlation between the resistance of a plant to the many alkaloid compounds in the plant. The more resistant, the more lacloid compound content.  
Efektivitas Ultrasound Theraphy Dan Active Passive Exercise Pada Pasien Post Fracture Elbow Dalam Mengurangi Nyeri Dan Menambah Lingkup Gerak Sendi Dimas Arya Nugraha; Rizka Asna Rahmawati; Miftahul Jannah
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 3 No. 1 (2021): Physiotherapy Health Science (PhysioHS) - Edisi Juni 2021
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.523 KB) | DOI: 10.22219/physiohs.v3i1.17158

Abstract

Stiffness elbow joint adalah kekakuan siku karena efek dari trauma, juga adanya kerusakan jaringan disekitar siku yang akan menimbulkan jaringan ikat dan akan terjadi perlengketan, serta adanya pemendekan otot dan ligament di sekitar siku sewaktu immobilisasi yang lama. Terapi ini bertujuan untuk mengetahui efek langsung terapi dalam mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi pada kasus Stiffness elbow joint post fraktur elbow dekstra dengan modalitas ultrasound therapy & active passive exercise. Metode terapi yang digunakan dalam kasus ini yaitu Ultrasound therapy & active passive exercise. Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapat hasil penurunan nyeri diam T1 : 1 menjadi T6 : 0, nyeri tekan T1 : 3 menjadi T6 : 2, nyeri gerak T1 : 4 menjadi T6 : 2, tidak ada peningkatan kekuatan otot fleksi T1 : 4 menjadi T6 : 4, dan terjadi peningkatan lingkup gerak sendi ekstensi-fleksi T1 : (5°- 0° - 125°) menjadi T6 : (5°- 0° - 130°).
Pengaruh Modalitas Infra Red Dan Terapi Latihan Hold Relax Exercise Dalam Megurangi Nyeri Dan Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pasien Tendinitis Bicipitalis Okky Zubairi Abdillah; Aulia Kurnianing Putri; Dimas Arya Nugraha; Atiatul Maulana Azmi Putri
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 3 No. 2 (2021): Physiotherapy Health Science (PhysioHS) - Edisi Desember 2021
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.233 KB) | DOI: 10.22219/physiohs.v3i2.18934

Abstract

Tendonitis atau tendinitis adalah peradangan atau iritasi tendon dan termasuk salah satu kasus dari fisioterapi musculoskeletal ataupun fisioterapi olahraga. Regangan terus-menerus, penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan tendon yang menyebabkan cedera stres berulang, atau cedera akut yang serius dapat menyebabkan tendonitis. Intervensi fisioterapi tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh dalam mengurangi nyeri dan menambah kemampuan fungsional pad kasus tendinitis bicipitalis dextra. Metode terapi yang digunakan pada kasus ini adalah terapi modalitas infra red dan hold relax exercise. Setelah dilakukan terapi selama lima kali didapatkan perubahan penurunan nyeri diam T0 : 3 menjadi T5 : 1, nyeri gerak T0 : 5 menjadi T5 : 3, nyeri tekan T0 : 5 menjadi T5 : 3 dan penilaian kemampuan fungsional menggunakan Shoulder Pain and Disability Indeks (SPADI) didapatkan penurunan skor nyeri dari T0= 40% menjadi T5= 20%, penurunan skor disabilitas dari T0= 13% menjadi T5= 5%, sehingga jumlah skor SPADI menurun dari T0= 23% menjadi T5= 10%.
Electrical Stimulation Dan Passive Exercise Efektif Dalam Meningkatkan Kekuatan Otot Pasien Lesi Nervus Radialis Dimas Arya Nugraha; Nurma Auliya Hamidah; Novita Dwi Rachmawati
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 3 No. 2 (2021): Physiotherapy Health Science (PhysioHS) - Edisi Desember 2021
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.968 KB) | DOI: 10.22219/physiohs.v3i2.18969

Abstract

Lesi Nervus Radialis merupakan suatu injury berupa keadaan yang abnormal pada lengan, dimana otot-otot yang disarafi oleh plexus brachialis mengalami kelumpuhan. Pada gangguan lesi plexus brachialis dapat terjadi atrofi yang disebabkan karena lengan inaktif bergerak. Manifestasi dari Lesi Nervus Radialis salah satunya adalah Drop Hand. Metode yang digunakan pada kasus ini yaitu Modalitas Electrical Stimulation dan Passive Exercise yang efektif dalam meningkatkan kekuatan otot pada pasien lesi nervus radialis. Setelah dilakukan terapi selama enam kali didapatkan hasil perubahan meningkatnya kekuatan otot pada gerakan Palmar Flexi T0 : 5 menjadi T6 : 5, Dorsal Flexi T0 : 1 menjadi T6 : 3, Radial Deviasi T0 : 2 menjadi T6 : 3, dan Ulnar Deviasi T0 : 4 menjadi T6 : 5.
Kombinasi William Flexion Exercise, Short Wave Diathermy Dan Infra Red Therapy Dapat Mengurangi Nyeri Serta Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Pasien Spondylolisthesis Rizka Asna Rahmawati Asna; Dimas Arya Nugraha; Okky Zubairi Abdillah; Diah Indah Kumala Sari; Moh. Haffez Azzahabi
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 3 No. 2 (2021): Physiotherapy Health Science (PhysioHS) - Edisi Desember 2021
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.201 KB) | DOI: 10.22219/physiohs.v3i2.19032

Abstract

Spondylolisthesis adalah kondisi tulang belakang yang salah satu ruasnya bergeser ke depan atau belakang dari ruas dibawahnya. Spondylolisthesis dapat menyebabkan kelainan struktur tulang belakang, penekanan pada nerve roots, dan kerusakan pada facet joint. Metode yang digunakan pada kasus ini yaitu kombinasi William Flexion Exercise, Short Wave Diathermy dan Infra Red Therapy yang dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi pasien spondylolisthesis. Setelah dilakukan terapi selama enam kali didapatkan hasil perubahan penurunan nyeri diam T0 : 0 menjadi T6 : 0, nyeri tekan T0 : 1 menjadi T6 : 0, nyeri gerak T0 : 4 menjadi T6 : 1, dan terjadi peningkatan lingkup gerak sendi ekstensi-fleksi T0 : (35° - 0° - 50°) menjadi T6 : (35° - 0° - 60°).
EFEKTIFITAS TERAPI LATIHAN PADA POST TOTAL HIP REPLACEMENT: STUDI KASUS Dimas Arya Nugraha; Diah Indah Kumala Sari
Jurnal Ilmiah Umum dan Kesehatan Aisyiyah Vol. 8 No. 1 (2023): JAKIYAH VOL. 8 NO. 1 JUNI 2023
Publisher : Program Studi Kebidanan Politeknik Aisyiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang:  Total Hip Repalcement (THR) adalah prosedur pembedahan untuk penggantian kepala femur dan acetabulum dengan bahan logam (baja anti karat, titanium atau campuran kobalt-krom) dan keramik. Acetabulum dilapisi plastik untuk menghindari artikulasi permukaan logam untuk menghilangkan rasa sakit dan kecacatan pada sendi hip yang disebabkan oleh nekrosis, fraktur dan artritis. Fisioterapi disini mempunyai peranan sebelum dan sesudah operasi yaitu dalam membantu untuk mengurangi nyeri, meningkatkan luas gerak sendi panggul dan lutut, meningkatkan kekuatan otot tungkai dan meningkatkan aktivitas fungsional. Tujuan: Untuk mengetahui efektifitas terapi latihan pada pasien post total hip replacement. Metode: Dalam kasus post total hip replacement menggunakan kombinasi terapi latihan berupa: active-assisted dan resisted exercise, free active exercise, dan isometric quadriceps exercise dengan metode pengukuran menggunakan VAS, Goniometer, dan MMT. Hasil penelitian: Setelah dilakukan terapi sebanyak 4 kali didapatkan hasil berupa adanya penurunan nyeri menggunakan VAS, nyeri diam dari T1 = 1 sampai T4 = 1, nyeri tekan dari T1 = 4 sampai T4 = 2, nyeri gerak dari T1 = 5 sampai T4 = 3. Adanya peningkatan LGS menggunakan Goniometer, gerakan aktif hip sinistra dari T1 = S : 0°-0°-0°, pada T4 menjadi S : 10°-0°-30°. Knee sinistra dari T1 = S : 0°-0°-20° pada T4 menjadi S : 0°-0°-95°. Ankle sinistra dari T1 = S : 15°-0°-55° pada T4 menjadi S : 15°-0°-55°. Adanya peningkatan kekuatan otot menggunakan pengukuran nilai MMT dari terapi awal T1 = 1 sampai T4 = 3. Simpulan: Dalam kasus post total hip replacement menggunakan kombinasi terapi latihan berupa: active-assisted dan resisted exercise dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuatan otot, free active exercise dapat meningkatkan luas gerak sendi, dan isometric quadriceps exercise meningkatkan kekuatan otot.
Breathing Exercise dapat Mengurangi Nyeri Dada Pada Pasien Pneumonia di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan : Case Report Nugraha, Dimas Arya
Physiotherapy Health Science (PhysioHS) Vol. 6 No. 2 (2023): Physiotherapy & Health Science (PhysioHS) - Edisi Desember 2023
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/physiohs.v6i2.30309

Abstract

Pneumonia atau peradangan paru - paru merupakan gangguan pada saluran pernafasan yang dapat mengancam jiwa seseorang. Bakteri, virus dan jamur menjadi penyebab utama pada pneumonia. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya, pasien pneumonia akan mengalami gangguan pada sistem pernafasan dengan gejala yang biasanya dirasakan seperti demam, menggigil, berkeringat, batuk, dan menghasilkan sputum berlendir (purulen atau bercak darah). Dengan adanya nyeri dada merupakan problematika fisioterapi yang dapat kita berikan intervensi berupa breathing exercise. Studi ini bertujuan untuk membantu penurunan derajat nyeri dada pada pasien pneumonia dengan breathing exercise. Dalam kasus pneumonia fisioterapi menggunakan intervensi chest fisioterapi berupa breathing exercise. Studi yang dilakukan saat ini menggunakan   desain   studi kasus yang dilaksanakan di RS Muhammadiyah Lamongan. Hasil studi kasus menunjukkan adanya penurunan derajat nyeri dada dari pemeriksaan VAS dengan nilai nyeri diam dari T0 = 2 menjadi T4 = 0, nyeri tekan dari T0 = 3 menjadi T4 = 0 dan nyeri gerak dari T0 = 4 menjadi T4 = 1. Pemberian fisioterapi dada berupa Breathing Exercise (BE) selama 4 kali terapi dapat menghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan derajat nyeri dada pada penderita pneumonia.
Efektivitas Nebulizer, Breathing Control, dan Batuk Efektif Untuk Sesak Napas dan Aktivitas Fungsional Hamidah, Nurma Auliya; Presditia, Ika Mega; Nugraha, Dimas Arya
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 16 No 2 (2024): Jurnal Ilmiah Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/jik.v16i2.2246

Abstract

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri mikrobakterium tuberkulosis yang menyerang saluran pernapasan bagian bawah area bronkus hingga alveoli dengan penyebaran dalam bentuk percikan dahak ke udara melalui batuk. Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah kasus 969 ribu dan kematian 93 ribu per tahun setara dengan 11 kematian per jam. Gejala yang di temukan yaitu batuk berdahak, sesak napas, penurunan ekspansi sangkar thorak dan penurunan aktivitas fungsional. Penelitian ini merupakan studi kasus pada pasien TB paru di RS Umum Daerah Madiun. Instrumen penelitian menggunakan skala borg untuk menentukan skala derajat sesak napas, Mmrc untuk menentukan fungsional pasien dan pemeriksaan ekspansi sangkar thorak menggunakan midline. Diberikan penanganan fisioterapi berupa Nebulizer dengan frekuensi 3x sehari serta breathing control dan batuk efektif diberikan 2x sehari dengan intensitas 8-10 menit dalam 4 hari, didapatkan terjadi penurunan sesak napas 2 poin, peningkatan ekspansi sangkar thorak sampai 2 tingkatan dan peningkatan fungsional menjadi sesak timbul ketika berjalan cepat. Dapat disimpulkan pemberian Nebulizer, Breathing control, dan batuk efektif untuk menurunkan derajat sesak dan meningkatkan aktivitas fungsioanl pada pasien TB paru.
Kombinasi SWD, ES, Dan Five Finger Spread Exercise Untuk Mengurangi Nyeri Serta Meningkatkan Kekuatan Otot Pasien Post CVA Infark Nugraha, Dimas Arya; Kumalasari, Dewi Nur; Hamidah, Nurma Auliya
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 16 No 2 (2024): Jurnal Ilmiah Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/jik.v16i2.2247

Abstract

ABSTRAK Cerebrovascular Accident (CVA) didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. CVA merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab kematian nomor tiga di dunia. Berdasarkan penyebabnya CVA dibagi menjadi dua yaitu, CVA infark atau nonhemorrhagic dan CVA hemorrhagic. Studi kasus yang dilakukan saat ini dilaksanakan di salah satu Rumah sakit swasta di Lamongan terhadap pasien Tn. J berusia 50 th dengan diagnosa hemiplegia dextra post CVA infark dengan intervensi menggunakan Short wave diathermy (SWD), electrical stimulation (ES) dan five finger spread exercise. Setelah dilakukan 4 kali terapi, didapatkan hasil penuruan nyeri yang dibuktikan dengan skala VAS dan peningkatan kekuatan otot pada regio shoulder dan elbow dengan MMT (Manual Muscle Testing). Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Short wave diathermy (SWD), electrical stimulation (ES) dan five finger spread exercise dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuatan otot pada pasien hemiplegia dextra post CVA infark.
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Bells’s Palsy Dengan Menggunakan Modalitas Electrical Stimulation, Massage Dan Terapi Latihan di RS Muhammadiyah Lamongan Fajrunnajah, Amalya; Nugraha, Dimas Arya; Kurnianing Putri, Aulia
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 16 No 2 (2024): Jurnal Ilmiah Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/jik.v16i2.2300

Abstract

Latar belakang:  Bell’s palsy adalah kelemahan wajah yang unilateral yang timbul dengan cepat dan memiliki gejala yang sangat luas karena tingkat keterlibatan syaraf wajah yang bervariasi. Di Indonesia kejadian bell's palsy sekitar 40-70% dari seluruh kelumpuhan saraf fasialis perifer akut, prevalensi rata-rata berkisar 10-30% per 100.000 penduduk per tahun). Kelumpuhan saraf wajah perifer unilateral sangat membahayakan kualitas hidup pasien, menimbulkan konsekuensi psikologi, seperti rendahnya harga diri, isolasi sosial, kecemasan, dan depresi. Tujuan: Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui penetalaksanaan fisioterapi dalam meningkatkan kekuatan otot, dan mengembalikan aktivitas fungsional pada kasus bell’s palsy dengan menggunakan modalitas electrical stimulation, massage dan terapi latihan. Metode: Studi kasus ini dilakukan di Rs Muhammadiyah Lamongan terhadap pasien A berusia 47 tahun dengan diagnosa bell’s palsy dextra dengan menggunakan electrical stimulation, massage, terapi latihan Hasil: Setelah dilakukan 5 kali terapi, didapatkan hasil ada peningkatan fungsional menggunakan skala ugo fichs, dan hasil kekuatan otot menggunakan MMT (manual muscle testing). Kesimpulan: Electrikal stimulation, massage, terapi latihan dapat mengembalikan aktifitas fungsional pasien bell’s palsy dextra