Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Very Severe Hypertriglyceridemia in Children with Diabetic Ketoacidosis Tiara Ella Sari; Eka Agustia Rini; Khairunnisa Khairunnisa
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 21, No 2 (2021): Volume 21 Nomor 2 Agustus 2021
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v21i2.20087

Abstract

Background: Hypertriglyceridemia can be observed in up to 50% of patients with diabetic ketoacidosis (DKA), but a condition for DKA with very severe hypertriglyceridemia is uncommon. The objective of this case report is to present and describe the clinical features, laboratory investigations, case management, and natural course of hypertriglyceridemia in DKACase summary: A 9-year-old girl referred by district hospital with DKA and hypertriglyceridemia. Chief complaint was a decreased in consciousness for 16 hours before the admission. Patient has been known to suffer from  diabetes mellitus within  these 9 months. At ER patient looked severely ill, GCS 7, Kussmaul breathing. Random blood glucose was 255 mg/dL. Glycosuria and ketone urine tests were positive. Triglyceride level was 16.200 mg/dL. She had diagnosed with diabetic encephalopathy, DKA and very severe hypertriglyceridemia due to DKA. We treat DKA with standard guidelines, and on the 15th day we gave additional therapy fibrates and omega oil to treat the very severe hypertriglyceridemia. The level of triglyceride decreased gradually with hydration and insulin in standard guideline for DKA but didn’t achieve the normal level. With additional treatment, normal level of triglyceride achieved without any clinical side effects.Conclusion: Triglyceride level should be monitored in DKA patients. The hypertriglyceridemia can be treated by hydration, insulin, fibrates, and omega oil. The use of these treatment need to be evaluated for side effects.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penanganan Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang Yessi Arsurya; Eka Agustia Rini; Abdiana Abdiana
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i2.720

Abstract

Diare masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada balita di dunia. Setiap tahunnya terdapat sekitar 2 milyar kasus diare di dunia dan sekitar 1,9 jutanya adalah kasus balita yang meninggal karena diare. Diare termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di kota Padang dan wilayah Kuranji selalu menempati tiga peringkat teratas kejadian diare dalam kurun waktu empat tahun. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare dan kejadian diare pada balita di kecamatan Kuranji kelurahan Korong Gadang kota Padang. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional yang dilakukan pada 150 orang ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang. Data primer dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan diolah secara komputerisasi. Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan kurang tentang penanganan diare pada balita. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare dengan kejadian diare pada balita dimana p-value < α (0,042 ≤ 0,05).
Osteoporosis in Acute Lymphoblastic Leukemia Lestry Fibriani; Eka Agustia Rini
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 3 (2019): Online September 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i3.1067

Abstract

Leukemia merupakan keganasan yang paling banyak terjadi pada anak, melibatkan sumsum tulang dan organ lain seperti sistem saraf pusat, tulang dan sendi. Abnormalitas skeletal yang berhubungan dengan leukemia antara lain osteoporosis, reaksi periosteal, sklerosis reaktif. Osteoporosis dapat terjadi sebagai manifestasi klinis awal atau lanjutan pada anak leukemia. Tatalaksana osteoporosis tepat sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas hidup, dan dapat berdampak negative pada kemampuan aktivitas anak. Dilaporkan kasus leukemia dan osteoporosis pada anak perempuan usia 7 tahun dan 5 bulan, berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan laboratorium, dan radiologi. Pasien ditatalaksana dengan pemberian vitamin D dan kalsium dengan luaran perbaikan klinis.
Hubungan Diare dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Alania Rosari; Eka Agustia Rini; Masrul Masrul
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v2i3.138

Abstract

AbstrakMalnutrisi pada anak masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Data dari WHO pada tahun 2010 menunjukkan sebanyak 18% anak usia di bawah lima tahun di negara berkembang mengalami underweight. Keadaan kurang gizi dapat meningkatkan risiko terkena penyakit infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun. Sebaliknya, penyakit infeksi juga dapat memengaruhi status gizi karena asupan makanan menurun, malabsorpsi, dan katabolisme tubuh meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara diare dengan status gizi balita. Jenis penelitian ini adalah studi observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu dan balita usia 12-60 bulan yang bertempat tinggal di Kelurahan Lubuk Buaya. Sampel yang diambil sebanyak 145 orang dengan metode proportionate random sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner untuk mengetahui riwayat diare dalam sebulan terakhir dan penimbangan berat badan. Data diolah dengan uji statistik chi square menggunakan program SPSS 17.0. Hasil analisis univariat menunjukkan terdapat balita berstatus gizi baik (84,1%), status gizi kurang (13,8%), dan status gizi buruk (2,1%). Terdapat 25,5% balita yang pernah mengalami diare dengan rerata durasi diare 3,0 hari. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara diare dengan status gizi (BB/U) balita di Kelurahan Lubuk Buaya (p=0,742). Penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara diare dengan status gizi balita di Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.Kata kunci: status gizi balita, diareAbstractMalnutrition in children is still a major health problem in the world. Data from WHO in 2010 showed 18% of children under five years old in developing countries are underweight. Malnutrition may increase the risk of infectious disease because the immune system is decreased. Otherwise, infectious disease can also affect the nutritional status because of decreased food intake, malabsorption, and increased body catabolism. This study aimed to determine association between diarrhea and nutritional status of children. The study was an observational study with cross sectional design. The population is mother and children aged 12- 60 months residing in Lubuk Buaya Village. There are 145 samples taken with proportionate random sampling method. Data were collected with questionnaire to determine the history of diarrhea in the last month and weighing. The data were processed with chi square test by using SPSS 17.0 program. Results of univariate analysis showed that there are children with good nutritional status (84,1%), underweight (13,8%), and poor nutritional status (2,1%). There are 25,5% children had diarrhea with average duration of illness 3,0 days. Results of bivariate analysis showed no significant association between diarrhea and nutritional status (weight/age) of children in Lubuk Buaya Village (p = 0,742). This study showed no association between diarrhea and nutritional status of children in Lubuk Buaya Village, Koto Tangah Subdistrict, Padang City.Keywords: nutritional status of children, diarrhea
Neglected-Noncompliant Type 1 Diabetes Mellitus with Complications Afdal Afdal; Eka Agustia Rini
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v1i2.61

Abstract

AbstrakDiabetes mellitus (DM) tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolisme glukosayang ditandai oleh hiperglikemia kronis. Keadaan ini disebabkan oleh proses autoimun yang merusak sel βpankreas sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti, penderitanya akan memerlukan asupan insulineksogen. Penyakit ini menimbulkan komplikasi kronik sehingga memerlukan manajemen pengobatan yangberkelanjutan dan edukasi pada pasien serta keluarganya. Penyakit yang tidak terkontrol akan menimbulkanberbagai komplikasi metabolisme, gangguan makrovaskular dan mikrovaskular yang menyebabkan penurunankualitas dan harapan hidup penderita.Kata Kunci : Diabetes melitus tipe 1, makrovaskular, mikrovaskularAbstractDiabetes mellitus (DM) type 1 is a result of the systemic disorder of glucose metabolism disorder characterized bychronic hyperglycemia. This situation is caused by the autoimmune processes that destroy pancreatic β cellsresulting in the production of insulin is reduced even halted, the sufferer will require exogenous insulin intake. Thisraises the complications of chronic disease that requires ongoing medication management and education forpatients and their families. Uncontrolled disease will cause various metabolic complications, macrovascular andmicrovascular disorders that cause loss of quality and life expectancy of the patient.Keywords: Type 1 diabetes mellitus, macrovascular, microvascular
Hubungan Tingkat Kelebihan Berat Badan dengan Uji Toleransi Glukosa Oral pada Siswa SMP di Kota Padang Eka Agustia Rini; IGM Afridoni A
Sari Pediatri Vol 9, No 6 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.159 KB) | DOI: 10.14238/sp9.6.2008.417-22

Abstract

Latar belakang. Obesitas pada anak merupakan masalah gizi dan sukar diatasi. Peningkatan obesitaspada anak dan remaja menimbulkan peningkatan insiden diabetes melitus tipe 2. Pemeriksaan uji toleransiglukosa oral dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan metabolik.Tujuan. Mengetahui hubungan derajat obesitas dengan uji toleransi glukosa oral (TTGO) pada siswaSMP di kota Padang.Metode. Penelitian dilakukan Juli – September 2006 terhadap 109 siswa SMP kota Padang. Subjek terdiridari 2 kelompok yaitu overweight (indeks massa tubuh (IMT) p=85-95) dan obesitas (IMT p >95). Dilakukanpengukuran berat badan, tinggi badan, gula darah puasa dan gula darah 2 jam posprandial. Data dianalisisdengan uji t-test, chi-square dan korelasi dengan tingkat kemaknaan p <0,05.Hasil. Didapatkan 10,1% siswa kelebihan berat badan, overweight 6,1% dan obesitas 4,0%. Berat badansiswa overweight berkisar (44,0–74,0) kg. IMT 2(1,6–27,8) m2. Berat badan siswa obesitas berkisar (55,5–96,0) kg, IMT (24,6–42,9) %. Tidak terdapat perbedaan rerata gula darah antara kelompok overweightdengan obesitas (p 0,146). Begitu juga rerata gula darah 2 jam posprandial (p=0,26). Pada obesitas 3(2,7%)kasus dengan uji toleransi glukosa (TGT). Terdapat hubungan lemah antara berat badan dengan kadargula darah puasa (p=0,045;r 0,192)Kesimpulan. Tidak didapatkan hubungan antara kelebihan berat badan dengan uji toleransi glukosa
Hubungan Kadar Plasma Chemerin dengan Homeostasis Model Assessment Insulin Resistance pada Remaja Obesitas Silvy Dioni; Eka Agustia Rini; Eti Yerizel
Sari Pediatri Vol 22, No 1 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.1.2020.24-9

Abstract

Latar belakang. Obesitas pada anak berhubungan dengan meningkatnya risiko sindrom metabolik, seperti resistensi insulin. HOMA-IR merupakan marker yang sering digunakan untuk menilai resistensi insulin. Chemerin merupakan protein 18 kDa yang dihasilkan jaringan adiposa, berfungsi sebagai chemoatractant memegang peran penting berkontribusi terhadap perkembangan inflamasi dan resistensi insulin. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan kadar chemerin dengan HOMA-IR pada remaja obesitas.Metode. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilakukan pada 3 sekolah menengah umum (SMU) di kota Padang. Jumlah sampel berjumlah 28 remaja obesitas dan 28 remaja dengan IMT normal. Obesitas ditentukan berdasarkan nilai IMT, HOMA-IR dihitung berdasarkan rumus yang menggunakan nilai glukosa dan insulin puasa. Glukosa diukur dengan metode glucose hexokinase fotometrik, insulin diperiksa dengan metode chemiluminessence immunoassay dan kadar plasma chemerin dengan metode ELISA. Data dianalisis dengan sistem komputerisasi dengan uji korelasi.Hasil. Kadar plasma chemerin lebih tinggi pada kelompok obesitas dibandingkan kontrol 121,52 (SD 2,09) ng/ml vs 97,23(SD 2,41) ng/ml, p: 0,001 dan pada kelompok obesitas dengan resistensi insulin dibandingkan non resistensi insulin 133,1(SD 19,24) vs 115,09 (SD 19,52), p=0,001. Terdapat hubungan lemah kadar chemerin dengan nilai HOMA-IR pada obesitas(r=0,382;p=0,045) dan hubungan lemah kadar chemerin dengan nilai HOMA-IR pada obesitas resistensi insulin (r=0,297;p=0,405).Kesimpulan. Terdapat hubungan lemah kadar chemerin dengan nilai HOMA-IR pada remaja obesitas, dan hubungan lemah kadar chemerin dengan nilai HOMA-IR pada obesitas resistensi insulin.
Usia Awitan Pubertas dan Beberapa Faktor yang Berhubungan pada Murid SD di Kota Padang Eka Agustia Rini; Elza Desdamona
Sari Pediatri Vol 9, No 4 (2007)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.639 KB) | DOI: 10.14238/sp9.4.2007.227-32

Abstract

Latar belakang. Beberapa penelitian mendapatkan kecenderungan usia awitan pubertas akhir-akhir inimenjadi lebih cepat dari beberapa tahun yang lalu. Banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain ras,indeks massa tubuh (IMT), tingkat sosial ekonomi, penyakit kronis dan sebagainya.Tujuan. Mengetahui rerata usia awitan pubertas anak laki-laki dan perempuan di daerah urban dan sub-urbankota Padang, mengetahui apakah IMT dan tingkat sosial ekonomi berhubungan dengan usia awitan pubertas.Metode. Penelitian cross sectional study dilakukan terhadap 400 murid SD di kota Padang yang dipilihsecara multistage random sampling meliputi daerah urban dan sub-urban. Tingkat maturasi pubertasditentukan berdasarkan skala Tanner, IMT berdasarkan BB/TB2.Hasil. Rerata usia awitan pubertas anak laki-laki di daerah urban 132,50 ± 10,65 bulan (11,04 tahun),sub-urban 133,25 ± 9,13 bulan (11,1 tahun), anak perempuan di daerah urban 129,13 ± 11,71 bulan(10,76 tahun), sub-urban 134,41 ± 9,08 bulan (11,2 tahun). Secara statistik tidak ada perbedaan bermaknausia awitan pubertas anak laki-laki dan perempuan di daerah urban dan sub-urban. Tidak ada hubunganyang bermakna antara IMT dan tingkat sosial ekonomi dengan usia awitan pubertas, meskipun didapatkananak dengan IMT yang lebih tinggi dan tingkat sosial ekonomi cukup lebih cepat memasuki usia awitanpubertas dibandingkan dengan IMT yang lebih rendah dan tingkat sosial ekonomi kurang.Kesimpulan. Rerata usia awitan pubertas anak laki-laki 11,06 tahun, rerata usia awitan pubertas anakperempuan 10,95 tahun. Tidak terdapat perbedaan bermakna usia awitan pubertas anak laki-laki danperempuan antara daerah urban dan sub-urban. Tidak ditemukan hubungan antara usia awitan pubertasdengan IMT dan tingkat sosial ekonomi.
Pengaruh Pemberian Omega-3 Terhadap Kadar C-Reactive Protein pada Remaja Obes Resistensi Insulin Wilson Wilson; Eka Agustia Rini; Hafni Bachtiar
Sari Pediatri Vol 17, No 1 (2015)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (80.047 KB) | DOI: 10.14238/sp17.1.2015.41-6

Abstract

Latar belakang. Obesitas berperan penting terhadap terjadinya sindrom metabolik yang dapat menyebabkan resistensi insulin,dislipidemia, diabetes mellitus dan hipertensi yang akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Jaringan adiposa padaobesitas akan memproduksi berbagai sitokin antara lain TNF-α dan IL-6 yang selanjutnya merangsang hati untuk menghasilkanC-RP. Omega-3 mempunyai efek anti inflamasi, dapat meningkatkan sensitifitas insulin, mengurangi resistensi insulin, perlemakanhati dan memperbaiki profil lemak serta menurunkan kadar C-RP.Tujuan. Mengetahui pengaruh pemberian Omega-3 terhadap kadar C-RP pada remaja obesitas resistensi insulin.Metode. Penelitian eksperimental dari November 2011 sampai Maret 2012 dengan disain pre and post-test group. Obesitas ditentukanberdasarkan pengukuran indek massa tubuh (IMT) >p-95 WHO-NCHS, resistensi insulin menurut kadar homeostasis model assesmentinsulinresistence (HOMA-IR) >3,16. Sampel terpilih diperiksa kadar C-RP sebelum dan sesudah pemberian Omega-3. Omega-3diberikan selama 3 bulan dengan dosis 250 mg perhari. C-RP diperiksa secara Elisa dengan metode CMIA (chemiluminescentImmunometriz assay), sensitivitas 0,01 mg/dL. Data diolah menggunakan paired t-test (α=0,05).Hasil. Didapatkan 75 orang remaja obesitas dan 21 orang di antaranya (50,7%) mengalami resistensi insulin. Sebanyak 21 sampeldiuji, lebih dari separuh laki-laki (57,1% vs 42,9%). Rerata umur 16±0,68 tahun, rerata IMT 32,88±2,44 kg/m2. Rerata kadarglukosa, insulin puasa dan HOMA-IR, masing-masing adalah 90,36±14,94 mg/dl, 20,89±4,19 μIU/L dan 4,52±0,89. Terdapatpenurunan kadar C-RP sebelum dan sesudah pemberian Omega-3, yaitu 8,69±5,46 mg/dL menjadi 6,41±4,77 mg/dL. Penurunanini bermakna secara statistik (p=0,018).Kesimpulan. Konsumsi Omega-3 selama 3 bulan menurunkan kadar C-RP remaja obesitas resistensi insulin.
Late Onset Hypocalcemia Caused by Hypovitaminosis D Dini Anggini; Eka Agustia Rini
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 5 No. 10 (2021): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/bsm.v5i10.415

Abstract

Background: hypocalcemia is a common metabolic problem in neonates and infants that can be life threatening. The incidence of hypocalcemia leads to complications and developmental disorders in children. Case presentations: A 1 month-old boy with hypovitaminosis D and a history of recurrent hypocalcemia since one week of age. The patient had repeated seizures at the age of 7 days without fever and hypoglycemia, the overall physical examination was within normal, the results of the lumbar puncture were within normal limits. Laboratory examinations at that time showed low of serum calcium, urinary calcium, calcium ion and vitamin D levels, while magnesium, phosphorus and parathyroid hormone (PTH) levels were within normal limits. The patient was diagnosed with late onset hypocalcemia caused by hypovitaminosis D. The patient was given vitamin D therapy, calcium lactate, and intravena calcium correction was performed. Conclusion: late onset hypocalcemia occurring after the first 7 days of life was associated with hyperparathyroidism, high phosphate formula administration, DiGeorge syndrome, hypomagnesemia, and vitamin D deficiency.