Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Mesada: Journal of Innovative Research

Penerapan Pursed Lip Breathing pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dengan Gangguan Pertukaran Gas di Ruang Kenanga I RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Gustiana Dwi Andini; Angga Arfina; Dendy Kharisna; Tison SS
Mesada: Journal of Innovative Research Vol. 2 No. 2 (2025): July-December
Publisher : Yayasan Zia Salsabila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61253/vm78z565

Abstract

Pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) sering mengalami gangguan pertukaran gas yang ditandai dengan sesak napas, peningkatan frekuensi napas, dan kelelahan yang dapat menurunkan kualitas hidup. Selama ini, penanganan keluhan tersebut banyak bergantung pada terapi farmakologis yang tidak jarang menimbulkan efek samping atau ketergantungan. Salah satu intervensi non farmakologis yang terbukti efektif dan mudah diaplikasikan adalah teknik Pursed Lip Breathing (PLB). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas PLB dalam memperbaiki pola napas, menurunkan frekuensi napas, serta meningkatkan kenyamanan pada pasien CKD dengan gangguan pertukaran gas di ruang Kenanga I RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus deskriptif berbasis evidence-based practice pada dua pasien CKD yang mendapatkan intervensi PLB selama tiga hari berturut-turut, tiga kali sehari, dengan durasi 15 menit setiap sesi. Data dikumpulkan melalui observasi langsung, format asuhan keperawatan, dan pengukuran objektif seperti frekuensi napas serta skor Modified Borg Scale sebelum dan sesudah intervensi. Hasil menunjukkan adanya penurunan signifikan pada frekuensi napas (dari 28–29x/menit menjadi 22–23x/menit) dan skor Borg (dari 7–8 menjadi 4–5), serta peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan PLB secara mandiri. Tidak ditemukan efek samping selama intervensi. Kesimpulannya, PLB efektif, mudah, dan aman sebagai intervensi keperawatan untuk meningkatkan fungsi pernapasan pada pasien CKD. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel lebih besar dan desain eksperimental untuk memperkuat bukti.
Penerapan Terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR) pada Pasien Kemoterapi dengan Gangguan Pola Tidur di Ruang Dahlia RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Riska Dwi Mai Yulinda; Angga Arfina; Dendy Kharisna; Ulfa Hasana
Mesada: Journal of Innovative Research Vol. 2 No. 2 (2025): July-December
Publisher : Yayasan Zia Salsabila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61253/3dw76266

Abstract

Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal di dalam tubuh. Penatalaksanaan kanker disesuaikan dengan jenis dan stadium kanker, kondisi umum, serta preferensi pasien. Kemoterapi merupakan salah satu tindakan sebagai terapi, pengendalian, dan paliatif dengan cara menghancurkan sel kanker, mengendalikan kanker, atau mencegah penyebaran kanker. Kemoterapi menyebabkan dampak fisik dan psikologis bagi pasien kanker, salah satunya adalah gangguan pola tidur. Aplikasi ini menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan yang dilakukan dalam aplikasi ini mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), yaitu dukungan tidur. Selain itu, intervensi juga berfokus pada penerapan hasil praktik keperawatan berbasis bukti, yaitu terapi relaksasi otot progresif (Progressive Muscle Relaxation/PMR). Tujuan pelaksanaan terapi relaksasi otot progresif (PMR) ini adalah sebagai intervensi mandiri dari perawat untuk mengatasi masalah gangguan pola tidur sehingga kualitas tidur dapat meningkat. Aplikasi ini dilakukan selama 1 hari dengan durasi terapi 30 menit. Instrumen yang digunakan dalam aplikasi ini adalah hasil keperawatan (SLKI) dan kuesioner kualitas tidur PSQI. Sampel pada aplikasi ini adalah 2 pasien kemoterapi yang mengalami gangguan pola tidur. Evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan dengan indikator keberhasilan SLKI, yaitu keluhan susah tidur, sering terbangun, penurunan ketidakpuasan tidur, berdasarkan indikator PSQI pada pasien I, skor sebelum terapi adalah 15 dan setelah terapi menjadi 11, sedangkan pada pasien II, skor sebelum terapi adalah 17 dan setelah terapi menjadi 13. Terdapat penurunan skor kualitas tidur, yaitu sebanyak 4 skor antara sebelum dan sesudah pelaksanaan terapi relaksasi otot progresif (PMR).