Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

HUBUNGAN ASUPAN SUMBER KALSIUM DAN MAGNESIUM DENGAN DERAJAT DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2017 Nahra, Shiva Jehana; Husnah, Husnah; Andalas, Mohd
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Vol. 5: No. 1 (Mei, 2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.929 KB) | DOI: 10.29103/averrous.v5i1.1624

Abstract

Derajat dismenore primer dipengaruhi salah satunya oleh asupan sumber kalsium dan magnesium yang mempengaruhi kontraksi dan relaksasi otot polos  uterus sehingga memperbaiki aliran darah pada uterus yang telah mengalami hipoksia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan sumber kalsium dan magnesium dengan derajat dismenore primer pada mahasiswi Pendidikan Dokter angkatan 2017. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Unsyiah dari tanggal 1 sampai 20 November 2018 terhadap 80 mahasiswi dengan desain cross sectional. Metode sampling menggunakan non probability sampling dengan teknik total sampling.Penelitian menggunakan kuesioner karakteristik menstruasi, Numeric Rating Scale untuk mengukur skala nyeri, dan wawancara asupan kalsium dan magnesium menggunakan SFFQ beserta foto makanan.Data asupan diolah menggunakan SQ-FFQ PP13 Microsoft Excel dan dianalisa dengan uji Korelasi Spearman. Hasil analisis didapatkan responden dengan dismenore primer sebanyak 68 mahasiswi (85,0%), dengan derajat ringan sebanyak 29 mahasiswi (36,3%), derajat sedang 30 mahasiswi (37,5%) dan derajat berat 9 mahasiswi (11,3%). Sebanyak 73 mahasiswi (91,3%) memiliki asupan sumber kalsium kurang dan 61 mahasiswi (76,3%) memiliki asupan sumber magnesium kurang. Rata-rata asupan kalsium responden sebanyak 354,3625 mg/hari dan asupan sumber magnesium sebanyak 149,3 mg/hari. Hasil uji KorelasiSpearman antara asupan sumber kalsium dengan derajat dismenore primer menunjukkan p value 0,00 dan rs = -0,401 dan hubungan antara asupan sumber magnesium dengan derajat dismenore primer menunjukkan p value 0,008 dan rs = -0,297. Dapat disimpulkan bahwa semakin kurang asupan sumber kalsium dan magnesium, semakin berat derajat dismenore primer.
Antagonis Soluble Fms-Like Tyrosine Kinase 1 (sFlt-1) dan Soluble Endoglin (sEng) pada Preeklamsia Mohd Andalas; Harahap Harahap
Jurnal Ilmu Kedokteran Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Ilmu Kedokteran
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.088 KB) | DOI: 10.26891/JIK.v4i1.2010.1-9

Abstract

Proangiogenic factor signal transduction like vascular endothelial growth factor (VEGF), placental growth factor(PlGF) and tissue growth factor â-1 (TGFâ-1) are important to angiogenesis and vascular health in pregnancy. Inpreeclampsia (PE) concentration of fms-like tyrosine kinase-1 (sFlt-1) and soluble endoglin (sEng) are increasesignificantly. Base on analysis from resent research shown that sFlt-1 and sEng inhibit angiogenic factor signaltransduction by competition - in result angiogenic factor can‘t bind to their receptor. sFlt-1 and sEng are potential usedas preeclampsia therapy because sFlt-1 and sEng have main role in PE pathogenesis. We suggest that the research tofind out effective sFlt-1 and sEng antagonist have to conduct in the next time.
ANCAMAN PARTUS PREMATURUS DAPATKAH DICEGAH: SEBUAH LAPORAN KASUS DI RSUDZA BANDA ACEH Mohd Andalas; Muchsalmina Muchsalmina; Huzaife Hamle; Ridwan Ridwan
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 18, No 2 (2018): Volume 18 Nomor 2 Agustus 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v18i2.18000

Abstract

Abstrak. Wanita berusia 27 tahun, primigrapida, datang ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) dengan keluhan mules-mules dibagian perut. Pasien sudah mengeluh sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan keluar air-air dari jalan lahir. Pada pemeriksaan fisik pasien di RSUDZA dalam keadaan baik. Pemeriksaan genikologis, adneksa kiri dan kanan, tidak ada bulging pada kavum Douglas dan juga tidak ada massa didaerah serviks. Pemeriksaan laboratorium dalam batas  normal. Pasien didiagnosa dengan Ancaman Partus Prematurus. Pasien direncanakan untuk mempertahankan kehamilanPada pasien ini dapat dicegah ancaman persalinan prematur dengan memberikan titrasi nifedipin 10 mg sampai hilangnya his maksimal 120 mg dan berikan maintance adalat oros 1x30mg. dan kortikosteroid untuk pematangan paru dengan deksamethason 6mg/12jam  selama 2 hari, dan clindamisin 3x300 mg dan metronidazole 3x500 mg.Kasus ancaman persalinan prematur pada kasus ini bisa dicegah,sehingga dapat menurunkan resiko mortalitas dan morbilitas bagi ibu dan bayi.
NYERI PERUT BERULANG SAAT HAID, BERISIKO MANDUL? Mohd Andalas; Cut Rika Maharani; Rayhan Shafithri
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 19, No 2 (2019): Volume 19 Nomor 2 Agustus 2019
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v19i2.18066

Abstract

Abstract. Stomach pain (dysmenorrhea) is abdominal cramps and pain during the menstrual period which can interfere with the daily activities of women of reproductive age. Dysmenorrhea is one of the symptoms that needs to be considered because it is often experienced by women and is an early sign of suffering from endometriosis. The presence of abdominal pain in women during menstruation, accompanied by pelvic pain, and infertility is a classic trias of symptoms used to diagnose endometriosis. Endometriosis occurs in almost 10% of women in the reproductive age period and more than 25-40% in infertile women. The risk of infertility is also linked because inflamed endometriosis tissue damages sperm and egg cells. Some treatments that can be done for patients with endometriosis are medical and surgical therapy. If medical therapy fails, operative laparoscopy can be alternative and hysterectomy can be considered for patients who no longer expect their reproductive function. Keywords: abdominal pain, endometriosis, infertility, dysmenorrhea. Abstrak. Nyeri Perut (dismenore) merupakan kram perut dan nyeri selama periode menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari wanita usia reproduksi. Dismenore merupakan  salah satu gejala yang perlu dipertimbangkan karena kerap dialami wanita dan menjadi tanda awal  menderita endometriosis. Adanya nyeri perut pada wanita saat haid, disertai  nyeri panggul, dan infertilitas merupakan trias klasik gejala yang digunakan untuk mendiagnosis endometriosis. Endometriosis terjadi pada hampir 10% wanita dalam kurun  usia reproduksi dan lebih dari 25-40% pada wanita infertil (mandul). Risiko mandul juga dikaitkan karena jaringan endometriosis yang meradang merusak  sperma dan sel telur. Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita endometriosis adalah terapi medikamentosa dan pembedahan. Jika terapi medikamentosa gagal, laparoskopi operatif dapat menjadi altenatif dan histerektomi dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak mengharapkan fungsi reproduksi lagi. Kata Kunci: nyeri perut, endometriosis, infertilitas, dismenore.
KISTA DERMOID OVARIUM KANAN Mohd Andalas; Cut Rika Maharani; Shazni Nadia; Violita Aprilyana
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 18, No 3 (2018): Volume 18 Nomor 3 Desember 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v18i3.18024

Abstract

Abstrak. Kista ovarium merupakan  tumor yang paling umum dengan prevalensi melebihi 30%.Kista Dermoid pada ovarium dapat terjadi pada semua usia dengan prevalensi tertinggi pada usia reproduksi (16–55 tahun) dengan insidensi tertinggi pada usia 30 tahun.Seorang  perempuan berusia 33 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang dirasakan sejak 2012. Nyeri yang dialami menjalar sampai ke pinggang. Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan ultrasonografi  dan tampak masa kista berukuran 5,35x4,52 cm pada ovarium kanan. Pasien kemudian dilakukan tindakan kistektomi perlaparoskopi. Pasca pembedahan pasien didiagnosa dengan kista dermoid ovarium kanan. Pendekatan laparoskopi tidak membutuhkan waku yang lama dengan perdarahan yang minimal. Kista dermoid ovarium bersifat jinak sehingga prognosis setelah dilakukan pengangkatan ad bonam. Meskipun ada kemungkinan bertansformasi menjadi keganasan. Kata Kunci: Kista Ovarium, Kista Dermoid, Ultrasonografi, Kistektomi per Laparoskopi Abstract. Ovarian cysts are the most common tumor, the prevalence is approximately more than 30%. Dermoid cysts in the ovary can occur at any time with the highest prevalence at reproductive period (16-55 years), especially at the age of  30 years. A 33-year-old woman came with chief complaint  lower abdominal pain since 2012. The pain  spread to the waist. Then the patient performed an ultrasound examination revealed the presence of cyst on the right ovary measured 5.35x4.52 cm. The patient then performed laparoscopic cystectomy. Postoperative diagnosis was a right ovarian dermoid cyst. The laparoscopic approach does not require long periods of time with minimal bleeding. Ovarian dermoid cysts are benign  with a better prognosis after removal. Although there is a possibility to transform into malignancy.Keywords: Ovarian Cyst, Dermoid Cyst, Ultrasonography,  Laparoscopic, Cystectomy
Ovarian cryopreservation and transplantation: A preserving fertility procedure Bram Pradipta; . Rajuddin; Mohd Andalas
Proceedings of The Annual International Conference, Syiah Kuala University - Life Sciences & Engineering Chapter Vol 2, No 1 (2012): Life Sciences
Publisher : Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.409 KB)

Abstract

Cancer is a major health problem in both developed and developing countries. In women, cancer incidence rates increased every year. Developments in treatment modalities and the ability to detect tumours in the early stages increased their survival rate but also raise fertility problems. Those problems are the fertility preservation for patient who have to endure gonadotoxic chemotherapy and or radiation even though they still need their fertility functions. Ovarian cryopreservation and autotransplantation were initially designed to protect and restore reproductive function in patients receiving sterilizing chemotherapy and/or radiotherapy. Other indications including patients undergoing haematopietic stem cell transplantation, autoimmune diseases and those undergoing oophorectomy for non-cancer conditions. Options in cryopreserved ovarian tissues include autotransplantation and xenotransplantation. An orthotopic site or a heterotopic site can be considered for autotransplantation. Xenotransplantation of human ovarian tissue into immunodeficient animals can prevent immunological rejection.  The theoretical advantage of orthotopic grafts is the restoration of normal reproductive function and natural conception after transplantation but application for cancer patients is problematic because of the potential risk of transmission of microscopic metastatic disease. With Xenotransplantantion, the possibility of cancer transmission and relapse can be eliminated because cancer cells cannot penetrate the zona pellucida, and some technical difficulties of in vitro growth and maturation of primordial follicles can be bypassed. But it is still unknown whether conditions for the growth and maturation of human oocytes in an animal host are comparable to those in situ and whether animal pathogens can be transmitted to human tissue with it. Ovarian tissue cryopreservation is the fertility preservation option for prepubertal girls and for women who face thehigh likelihood of diminished ovarian reserve requiring immediate treatment. Its procedure are still within improvement and also in the study of understanding its mechanism. In the future, studies and large clinical trials are still needed to develop better cryoprotectants and cryopreservation protocols and also standardization - optimization transplantation techniques