Lelly Andayasari
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KAJIAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT INFEKSI SALURAN PENCERNAAN YANG DISEBABKAN OLEH AMUBA DI INDONESIA -, Anorital; Andayasari, Lelly
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 21, No 1 Mar (2011)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v21i1 Mar.110.

Abstract

The intestinal infection caused by amoeba is one of the three diarrhea causes appears to be a public health problem with high incidence in the community. Amebiasis is caused by Entamoeba histolytica, can be differentiated from non pathogen Entamoeba hartmanni and Entamoeba coli. Morphologically of Entamoeba histolytica and Entamoeba dispar are very similar. However, based on the diagnosis utilizing molecular examination technique, in fact, the main cause of amebiasis is Entamoeba dispar. Amoeba dysentry can be found arround the world, having cosmopolite characteristic with incidences varying between 3-10%. In the developed countries with relatively better hygiene and sanitation, amoebiasis incidence is between 2-11%. In Indonesia, the amoebiasis incidence is`quite high, in the range of 10-18%. Whereas the mortality caused by amoebiasis is high enough between 1.9?9.1%, second rank after malaria. Several kinds of amoeba dysentri medicines were used, but Metronidazole is proven as the effective drug of choice for Entamoeba histolytica, both the cyste and trophozoite forms with minor side effect to the patients. Good personal hygiene and environmental sanitation practices are the major factors of this disease prevention. The main principle to prevent the spreading of amoebiasis infection is to cut the link of infection sources to human beings. Personal hygiene is focused on the management of individual behaviour, meanwhile environmental sanitation prevention focus lies on the better environmental management to cut the link of disease cycle.
UPAYA PENCARIAN PENGOBATAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS YANG MENDAPAT PENUGASAN NUSANTARA SEHAT BERBASIS TIM Yulianto, Aris; Sasanti, Rini; Diana Sari, Ida; Delima, Delima; Andayasari, Lelly; Faatih, Mukhlissul; Wirasmi, Sundari
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 17 No 1 (2025): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v17i1.2575

Abstract

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) yang sebagian di antaranya telah didistribusikan tenaga Nusantara Sehat pada masing-masing Puskemas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebiasaan masyarakat mencari pengobatan diare di wilayah kerja Puskesmas yang mendapatkan penempatan Tim Nusantara Sehat. Analisis ini menggunakan sebagian data dari Penelitian Riset Evaluatif Penempatan Nusantara Sehat berbasis Tim tahun 2017. Desain penelitian potong lintang. Penelitian dilakukan di lokasi penempatan Nusantara Sehat sebanyak 30 puskesmas yang tersebar di 27 kabupaten pada 15 provinsi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner serta pengambilan sampel secara acak sederhana. Survei dilakukan terhadap 6.190 rumah tangga dengan total anggota rumah tangga sebanyak 18.930, sebulan sebelum penempatan Tim Nusantara Sehat berakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  prevalensi diare sebulan sebelum penempatan Nusantara Sehat berakhir sebesar 4% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan berdasarkan gejala (tinja berbentuk cair/setengah padat, terjadi >3 hari). Upaya responden dalam pengobatan diare yang paling sering digunakan adalah oralit (31,1%), obat resep dokter (24,1%), dan swamedikasi baik dengan membeli obat diare dan menggunakan obat tradisional (38,9%). Perlu peningkatan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya hidup bersih dan sehat, untuk lebih menekan kejadian diare dan penyuluhan tentang swamedikasi yang tepat dan benar untuk lebih meningkatkan penggunaan obat yang rasional.