Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PLACE, SPACE AND IDENTITY THROUGH GREENING IN KAMPUNG KOTA Putra, Bagas Dwipantara; Horne, Ralph; Hurley, Joe
Journal of Regional and City Planning Vol 30, No 3 (2019)
Publisher : Center for Research and Community Services ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jpwk.2019.30.3.3

Abstract

As an integral part of the urban landscape in Indonesian cities, kampung kota (urban villages) provide shelter for many marginalised urban dwellers. The presence of green open space in kampung kota has multiple meanings, one of which is the significance it has for the socio-cultural identity of the inhabitants. This article explores the meaning of green open space for kampung dwellers and how it fits in the dynamics of space creation in kampung kota. The methodology employed in this research was a qualitative approach, which was applied in two case studies of separate communities in South Jakarta to understand the meaning of space from their perspective. Based on the findings, green open space plays a significant role in building a community?s identity through shared memories and communally agreed images of the neighbourhood, thus confirming the importance of the community in place-making processes in kampung kota.Abstrak. Sebagai bagian integral dari lanskap perkotaan di kota-kota Indonesia, kampung kota (desa kota) menyediakan tempat berteduh bagi banyak penduduk kota yang terpinggirkan. Kehadiran ruang terbuka hijau di kampung kota memiliki banyak makna, salah satunya adalah signifikansinya bagi identitas sosial-budaya penduduk. Artikel ini mengeksplorasi makna ruang terbuka hijau bagi penghuni kampung dan bagaimana ruang itu sesuai dengan dinamika penciptaan ruang di kampung kota. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yang diterapkan dalam dua studi kasus komunitas terpisah di Jakarta Selatan untuk memahami makna ruang dari perspektif mereka. Berdasarkan temuan tersebut, ruang terbuka hijau memainkan peran penting dalam membangun identitas komunitas melalui ingatan bersama dan gambar yang disepakati bersama tentang lingkungan, sehingga menegaskan pentingnya masyarakat dalam proses pembuatan tempat di kampung kota.Kata kunci. Identitas, kampung kota, komunitas, pembuatan tempat.
Place, Space and Identity Through Greening in Kampung Kota Bagas Dwipantara Putra; Ralph Horne; Joe Hurley
Journal of Regional and City Planning Vol. 30 No. 3 (2019)
Publisher : The Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jpwk.2019.30.3.3

Abstract

As an integral part of the urban landscape in Indonesian cities, kampung kota (urban villages) provide shelter for many marginalised urban dwellers. The presence of green open space in kampung kota has multiple meanings, one of which is the significance it has for the socio-cultural identity of the inhabitants. This article explores the meaning of green open space for kampung dwellers and how it fits in the dynamics of space creation in kampung kota. The methodology employed in this research was a qualitative approach, which was applied in two case studies of separate communities in South Jakarta to understand the meaning of space from their perspective. Based on the findings, green open space plays a significant role in building a community's identity through shared memories and communally agreed images of the neighbourhood, thus confirming the importance of the community in place-making processes in kampung kota.Abstrak. Sebagai bagian integral dari lanskap perkotaan di kota-kota Indonesia, kampung kota (desa kota) menyediakan tempat berteduh bagi banyak penduduk kota yang terpinggirkan. Kehadiran ruang terbuka hijau di kampung kota memiliki banyak makna, salah satunya adalah signifikansinya bagi identitas sosial-budaya penduduk. Artikel ini mengeksplorasi makna ruang terbuka hijau bagi penghuni kampung dan bagaimana ruang itu sesuai dengan dinamika penciptaan ruang di kampung kota. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yang diterapkan dalam dua studi kasus komunitas terpisah di Jakarta Selatan untuk memahami makna ruang dari perspektif mereka. Berdasarkan temuan tersebut, ruang terbuka hijau memainkan peran penting dalam membangun identitas komunitas melalui ingatan bersama dan gambar yang disepakati bersama tentang lingkungan, sehingga menegaskan pentingnya masyarakat dalam proses pembuatan tempat di kampung kota.Kata kunci. Identitas, kampung kota, komunitas, pembuatan tempat.
Pengembangan Potensi Pedesaan DIY Melalui Pelatihan Pembuatan Paket Wisata Budaya Upacara Wiwitan Lusia Marliana Nurani; Bagas Dwipantara Putra; Linda Handayani Sukaemi; Puthut Ardianto
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 6 (2022): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v6i6.11993

Abstract

Since the outbreak of Covid-19 pandemic, the Special Region of Yogyakarta (henceforth DIY) had experienced a dramatic economic downturn particularly in the tourism industry. The worst effect was faced by those who earned their living, either direct or indirect income, from tourism activities. In response to this issue, this community service program was conducted to contribute to the recovery of tourism by fostering the potency of villages in DIY as tourism villages using Wiwitan ceremony as a tourist attraction. Wiwitan is a rice harvest ritual which is an expression of gratitude because the time to harvest crop finally comes. Gratitude is also everyone’s feeling when the height of global pandemic finally is already over and people are eager to welcome the new normal. Therefore, Wiwitan is worth to be highlighted as the main tourist attraction because of its universal philosophy. To achieve the goal, a training program was carried out and used four approaches, namely lecture, discussion, hands-on practice, and simulation. The results of this activity was to open the eyes that Wiwitan can become an interesting tourist attraction. Keywords: tourism villages, package tour, Wiwitan ceremony Abstrak. Sejak pandemi Covid-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami penurunan perekonomian yang tajam karena terganggunya sektor pariwisata. Dampak paling signifikan dirasakan oleh para pelaku pariwisata dan masyarakat yang memperoleh pendapatan secara langsung dan tidak langsung dari aktivitas pariwisata. Dengan mempertimbangkan masalah tersebut, kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk membantu pemulihan kembali sektor pariwisata di propinsi DIY melalui pengembangan potensi kawasan pedesaan di DIY sebagai desa wisata budaya khususnya melalui upacara Wiwitan. Upacara yang dilakukan sebelum panen padi ini melambangkan rasa syukur karena panen tiba. Rasa syukur ini juga dirasakan umat manusia karena puncak pandemi terlewati dan mulai menyongsong fase normalisasi. Maka Wiwitan layak dijadikan atraksi wisata utama karena maknanya yang universal bagi umat manusia. Kegiatan ini menggunakan metode pelatihan dengan pendekatan ceramah, diskusi, praktik langsung, dan simulasi. Hasil dari kegiatan ini adalah terbangunnya kesadaran peserta bahwa upacara Wiwitan dapat menjadi daya tarik wisata.
Peran Organisasi Perempuan dalam Ruang Perkotaan Bagas Dwipantara Putra; Hani Yulindrasari
Jurnal Penataan Ruang Vol 18, No 1 (2023): Jurnal Penataan Ruang 2023
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v18i1.12857

Abstract

Saat ini keberadaan ruang publik perkotaan di Indonesia mengalami tekanan pembangunan yang sedemikian pesat, hal ini berdampak terhadap kuantitas ruang publik yang terus mengalami penyusutan baik dari segi jumlah maupun luasan. Penciptaan ruang publik di permukiman padat penduduk seperti kampung kota dapat dilakukan melalui dukungan dan peran dari organisasi  komunitas  yang berpihak pada  keadilan dan inklusivitas ruang kota.  Penelitian ini menggunakan  metode kualitatif, dengan mencoba  mengeksplorasi peran kepemimpinan perempuan  dalam penciptaan ruang komunal  di kampung kota di Jakarta Selatan. Temuan dari penelitian ini mengindikasikan bahwa pemimpin perempuan menaruh perhatian besar pada isu-isu terkait kesehatan, lingkungan, dan juga akses ruang publik bagi warga kampung kota yang termarjinalkan. Selain itu dengan didukung keberadaan komunitas dan kolegialitas warga yang solid, maka kehadiran ruang publik demi peningkatan kualitas lingkungan binaan yang mereka tinggali dapat tercapai.
Pemanfaatan Ruang Publik Bagi Pengembangan Wisata Berbasis Seni Budaya Lokal Neneng Yanti Khozanatu Lahpan; Bagas Dwipantara Putra; Iip Sarip Hidayana; Winna Shafanissa
PANGGUNG Vol 34, No 2 (2024): Estetika, Budaya Material, dan Komodifikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v34i2.3368

Abstract

Ruang publik merupakan elemen penting dalam pengembangan pariwisata budaya, khususnya sebagai ruang bagi disajikannya atraksi seni. Dorongan pemerintah melalui UU Kepariwisataan Nomor 10 tahun 2009 dan UU Pemajuan Kebudayaan Nomor 5 tahun 2017 telah mendorong sejumlah kelompok masyarakat berinisiatif dalam mengembangkan ruang publik untuk kepentingan pengembangan seni budaya lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui pariwisata budaya. Salah satunya dalah Rumah Budaya CKLT di desa Cijambe kecamatan Cikelet, Garut, yang memiliki fokus pada pendampingan dalam rekonstruksi maupun revitalisasi seni tradisi dan penyelenggaraan kegiatan budaya yang dikemas menjadi daya tarik wisata. Melalui pendekatan participatory action research (PAR), penelitian ini menekankan pentingnya aspek pemberdayaan masyarakat, dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam penelitian. Metode dalam pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan FGD. Community-based tourism merupakan konsep penting dalam melihat keterlibatan masyarakat dalam pengemasan paket wisata ini. Hasilnya adalah 1) pendeskripsikan potensi seni dan aktivitas budaya di desa yang dapat menjadi materi atau bahan dalam pengemasan paket seni, 2) ruang publik di Rumah Budaya CKLT didesain sedemikian rupa agar dapat memenuhi fungsi ruang atraksi seni budaya yang dapat manjadi tujuan dari kunjungan pariwisata, 3) pengemasan paket wisata seni dapat dikembangkan sebagai sarana untuk peningkatan ekonomi masyarakat Kata kunci: ruang publik, pariwisata budaya, pengemasan seni budaya, peningkatan ekonomi
Pemanfaatan Ruang Publik Bagi Pengembangan Wisata Berbasis Seni Budaya Lokal Neneng Yanti Khozanatu Lahpan; Bagas Dwipantara Putra; Iip Sarip Hidayana; Winna Shafanissa
PANGGUNG Vol 34 No 2 (2024): Estetika, Budaya Material, dan Komodifikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v34i2.3368

Abstract

Ruang publik merupakan elemen penting dalam pengembangan pariwisata budaya, khususnya sebagai ruang bagi disajikannya atraksi seni. Dorongan pemerintah melalui UU Kepariwisataan Nomor 10 tahun 2009 dan UU Pemajuan Kebudayaan Nomor 5 tahun 2017 telah mendorong sejumlah kelompok masyarakat berinisiatif dalam mengembangkan ruang publik untuk kepentingan pengembangan seni budaya lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui pariwisata budaya. Salah satunya dalah Rumah Budaya CKLT di desa Cijambe kecamatan Cikelet, Garut, yang memiliki fokus pada pendampingan dalam rekonstruksi maupun revitalisasi seni tradisi dan penyelenggaraan kegiatan budaya yang dikemas menjadi daya tarik wisata. Melalui pendekatan participatory action research (PAR), penelitian ini menekankan pentingnya aspek pemberdayaan masyarakat, dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam penelitian. Metode dalam pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan FGD. Community-based tourism merupakan konsep penting dalam melihat keterlibatan masyarakat dalam pengemasan paket wisata ini. Hasilnya adalah 1) pendeskripsikan potensi seni dan aktivitas budaya di desa yang dapat menjadi materi atau bahan dalam pengemasan paket seni, 2) ruang publik di Rumah Budaya CKLT didesain sedemikian rupa agar dapat memenuhi fungsi ruang atraksi seni budaya yang dapat manjadi tujuan dari kunjungan pariwisata, 3) pengemasan paket wisata seni dapat dikembangkan sebagai sarana untuk peningkatan ekonomi masyarakat Kata kunci: ruang publik, pariwisata budaya, pengemasan seni budaya, peningkatan ekonomi
Morphology of Ranai City Natuna as the small island border city and sustainable development input Kapiarsa, Asa Bintang; Putra, Bagas Dwipantara; Nabila, Ditasari; Pratama, Ananda; Priyatna, Hendra; Dewi, Delsya Fitri
The Indonesian Journal of Planning and Development Vol 9, No 1 (2024): February 2024
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijpd.9.1.15-23

Abstract

The Ranai Urban Area is the center and capital of the Natuna Regency, which is spread throughout the East Bunguran District. As the main service center in Natuna Regency, Ranai will directly affect the shape, structure, and environment of the city, as well as the surrounding rural areas. So that the types of forms and structures of the city can be identified during the process. The purpose of this research is to identify the shape and structure of the city of Ranai as an example of a small town in the area of small islands and the borders of Indonesia that has the potential to become a new growth center and has strategic value for the economy, security, and national defense, meanwhile still considering its sustainability for the future, especially in environmental dimension. The factors used to identify the form and structure of cities in this study are ecological and morphological approaches, which used spatial and descriptive qualitative analysis methods. The results of the study show that the shape of the Ranai Urban Area is a city that is not patterned. Spatial structures are sector models from north to east, and some of them have multicore structures from south to west.Furthermore, Ranai is more suitable for adopting the concept of green urbanism for further development, which aligns with the concept of sustainability.
PERANCANGAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN KONSEP PLACEMAKING DI BAWAH JEMBATAN PASUPATI Riadi, Aqila Syahira; Putra, Bagas Dwipantara
Pranatacara Bhumandala: Jurnal Riset Planologi Vol. 6 No. 1 (2025): Pranatacara Bhumandala: Jurnal Riset Planologi
Publisher : UNHI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/71h6nq20

Abstract

Public open spaces play a significant role in improving the quality of life of people in urban areas. Its existence can be utilized as a place for social interaction, community activities, and recreational facilities. This research aims to redesign the area under Pasupati Bridge, Bandung City, using a placemaking approach, in order to create a public open space that is meaningful, has a strong identity, and is favored by its users. To achieve this goal, this research sets several objectives, namely identifying the normative principles of placemaking, assessing the potential and problems of the area, and redesigning the study area with this approach. The research is qualitative in nature, using descriptive and normative approaches, and relying on field observation and literature study as data collection methods. The results show that the area has various utilization potentials, but is also faced with a number of problems. Based on this, a design concept was formulated that aims to realize a friendly, active, and sustainable public open space.
STUDI PENERAPAN KONSEP INFRASTRUKTUR HIJAU BIRU DALAM PERANCANGAN KAWASAN PUSAT KOTA GEDEBAGE BERKETAHANAN IKLIM Irfan Nabhan, Muhammad; Bagas, Dwipantara Putra
Pranatacara Bhumandala: Jurnal Riset Planologi Vol. 6 No. 1 (2025): Pranatacara Bhumandala: Jurnal Riset Planologi
Publisher : UNHI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/pdnb8t54

Abstract

Pengembangan kawasan timur Kota Bandung difokuskan pada SWK Gedebage sebagai pusat kota primer yang terpadu guna memeratakan konsentrasi penduduk. Namun, tantangan perubahan iklim yang tidak stabil dan karakteristik fisik kawasan menjadi hambatan dalam pengembangan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi penerapan infrastruktur hijau biru sebagai pendekatan perancangan kota yang berwawasan lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran (kualitatif dan kuantitatif), dengan pengumpulan data melalui studi literatur, data sekunder dari instansi, observasi lapangan, dan wawancara. Analisis dilakukan secara berlapis melalui content analysis untuk merumuskan prinsip desain kota berketahanan iklim, spatial analysis multi-kriteria untuk menentukan lokasi potensial, serta gap analysis secara deskriptif. Hasil studi menunjukkan bahwa wilayah terbangun di SWK Gedebage masih menghadapi kesenjangan dalam konektivitas ruang hijau, sistem drainase, dan integrasi vegetasi. Sebaliknya, wilayah yang belum terbangun seperti Cipamokolan dan Cisaranten Kidul memiliki potensi tinggi untuk pengembangan infrastruktur hijau biru, seperti rain park, riverwalk, dan green street. Penelitian ini merekomendasikan implementasi bertingkat mulai dari skala bangunan hingga ruang publik, serta pentingnya integrasi kebijakan kota agar infrastruktur hijau biru menjadi bagian dari strategi adaptasi jangka panjang yang terukur.
Komersialisasi dalam Pengelolaan Destinasi Warisan Budaya: Praktik dan Tantangan di Saung Angklung Udjo Ginting, Herika Indriani; Suryadi, Meity Intan; Fadlurrahman, Muhammad Rifqi Wardhana; Boli, Trixie Pavella; Putra, Bagas Dwipantara
Nazharat: Jurnal Kebudayaan Vol. 31 No. 1 (2025): NAZHARAT: Jurnal Kebudayaan
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/nazharat.v31i1.189

Abstract

Komersialisasi warisan budaya kerap memunculkan dilema antara pelestarian nilai-nilai tradisional dan kebutuhan ekonomi dalam konteks pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji praktik dan tantangan komersialisasi dalam pengelolaan destinasi budaya, dengan mengambil studi kasus Saung Angklung Udjo di Kota Bandung. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif melalui observasi langsung dan wawancara mendalam dengan perwakilan manajemen Saung Angklung Udjo. Komersialisasi oleh Saung Angklung Udjo dilakukan melalui pertunjukan interaktif, penjualan suvenir khas Sunda, serta pengembangan kuliner tradisional, yang seluruhnya dirancang untuk menjaga keberlangsungan organisasi tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Saung Angklung Udjo menjalankan komersialisasi budaya secara etis, dengan melibatkan masyarakat lokal dan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional. Komersialisasi dilakukan sebagai bentuk adaptasi, bukan penghilangan makna, sehingga budaya tetap hidup dan dikenal luas. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa warisan budaya dapat dikelola secara berkelanjutan jika didukung dengan pendekatan edukatif, partisipatif, dan inovatif.