Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pengedaran Sediaan Farmasi Oleh Anak Dalam Prespektif Hukum Pidana Positif Indonesia: Indonesia Qiva Hayam Sari; Kuswardani
Yuriska: Jurnal Ilmiah Hukum Vol. 14 No. 2 (2022): Agustus
Publisher : Law Department, University of Widya Gama Mahakam Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24903/yrs.v14i2.1435

Abstract

Abstrak Salah satu bentuk perkembangan tindak pidana yang akhir-akhir ini menjadi sorotan masyarakat umum bidang ilmu kesehatan yaituperedaran sediaan farmasi jenis obat yang dilakukan secara bebas dapat memberikan dampak buruk bagi masyarakat karena obat merupakan hal yang penting dalam pelayanan kesehatan sehingga penggunaan obat tidak boleh sembarangan dan harus digunakan dengan benar agar dapat memberikan manfaat klinik yang optimal. Penelitian ini meggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis-normatif. Hasil penelitian ini adalah penganturan pengedaran sediaan farmasi diatur dalam hukum positif Indonesia yang ada dan diatur dalam undang-undnag nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, penjatuhan sanksi terhadap anak yang melakukan pengedaran sediaan farmasi harus dilakukan secara khusus sesuai dengan undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak (UUSPPA) agar kepentingan anak tetap terlindungi.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASIEN PNEUMONIA DENGAN INFRARED, CHEST PHYSIOTHERAPY DAN MYOFASCIAL RELEASE Rosalia Gressi Meilinda Sari; Kuswardani
JURNAL FISIOTERAPI DAN ILMU KESEHATAN SISTHANA Vol. 7 No. 2 (2025): Juli : Jurnal Fisioterapi dan Ilmu Kesehatan Sisthana
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jufdikes.v7i2.2002

Abstract

Pneumonia ialah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Bawah yang bersifat akut pada parenkim paru meliputi alveolus dan jaringan interential yang dikarenakan mikroorganisme seperti jamur, virus dan bakteri. Mikroorganisme yang masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dapat mengganggu proses pernapasan serta membuat saluran pernapasan tidak berfungsi secara optimal, sehingga proses keluar masuk oksigen juga terhambat dan mengakibatkan gangguan pada pola napas. Beberapa permasalahan lain yang ditimbulkan dari pneumonia seperti adanya penumpukan sputum, otot bantu pernapasan, penurunan ekspansi thoraks dan juga nyeri dada. Dalam perawatanya, tenaga medis berperan dalam pemberian antibiotik selama 8 jam setelah pasien mengalami perawatan serta fisioterapi berperan dalam pemberian intervensi penyinaran Infrared, Chest physiotherapy, dan Myofascial release. Penelitian ini bersifat studi kasus yang mengangkat satu kasus pasien serta mengumpulkan data melalui proses fisioterapi. Intervensi fisioterapi dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan di Rumah Sakit dr. Ario Wirawan, Salatiga dengan menggunakan Infrared, Chest physiotherapy yang meliputi Postural Drainage, Clapping, Vibrasi, Latihan Batuk Efektif, Pursed Lip Breathing dan Myofascial release. Setelah menjalani 4 kali terapi, diperoleh hasil kondisi pasien yang mengalami penurunan nyeri dada, penurunan tingkat sesak napas, peningkatan ekspansi thoraks, berkurangnya spasme otot bantu pernapasan dan retensi sputum.
Review of Judges ' Consideration in the Court Decision Regarding the Illegal Sale of Subsidized Fertilizer: Comparison of Indonesian and Uzbekistan Kuswardani; Qori Endah Pramesthi; Turdialiev Mukhammaf Ali Polatjon Ogli; Hanifah Febriani
Jurnal Jurisprudence Vol. 14, No. 1, June 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jurisprudence.v14i1.4419

Abstract

ABSTRACT Purpose of the study: This research aims to review the subsidized fertilizer trade from the standpoint of the National Criminal Law, taking into account both the policy considerations that went into its formulation and the background information provided by the judge in two court decisions (Decision No.19/Pid Sus/2022/Fr.Pti. and the decision of MA 105 K/Pid.Sus/2019). It also looks at how the disparities in legal rulings have affected the criminal act of subsidized fertilizer sales between Indonesia and Uzbekistan as per Law No. 93 of 1997 concerning the Criminal Code of the Republic of Uzbekistan Article 177. Methodology: Normative research approach to legislation and case approach. Secondary data were gathered from legal documents. Results: Since subsidized fertilizer is a good under supervision under the Ministry of Trade of the Republic of Indonesia No. 15/M-DAG/PER/4/2013 on the procurement and distribution of subsidized fertilizer in the agricultural sector, the trade must have a license in accordance with Presidential Regulation of the Republic of Indonesia No. 15/2011 on amendments to Presidential Regulation No. 77 of 2005 on the determination of subsidized fertilizer as a good under supervision.  Trading actors who disregard this clause are liable for errors in the form and for not having the proper authorization or authority to trade subsidized fertilizer, according to the defendant's Decision No. 19/Pid Sus/2022/PN.Pti. and the Decision of MA 105 K/Pid.Sus/2019. The dangerous nature of the perpetrator's actions also makes them classified as economic crimes because they have the potential to disrupt the national economy. This study aims to compare the legal framework, legal proceedings, and punitive measures of the judge's rulings on the criminal act of illegal fertilizer sales in Uzbekistan and Indonesia. The laws that govern plant cultivation systems in Indonesia are Law Number 12 of 2019, Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection, and Criminal Code Article 386, which imposes fines, administrative penalties, and jail time. The legal procedure entails a police or Civil Servant Investigator's investigation, a prosecutor's prosecution, and a trial involving the cross-examination of witnesses and evidence. Illegal fertilizer trade is punishable by law in Uzbekistan under Law No. 93 of 1997 concerning the Criminal Code of the Republic of Uzbekistan, Article 177, and Law No. 221-I of 1996 concerning the Protection of Consumer Rights, with fines, social work, or incarceration as possible forms of punishment. The legal process entails an inquiry conducted by investigative entities, an accusation made by prosecutors, and a trial during which witnesses are questioned and evidence is presented. Only one case—the Navoiyazot case—has made it to the Uzbek court thus far. Applications of this study: This research can be applied to examine economic crimes committed against the supervision of trade in goods, particularly fertilizers that are subsidized. It is also to compare the conditions of the illicit sale of fertilizers that have been subsidized in Uzbekistan and Indonesia, as well as the rulings made by the courts. Novelty/Originality of this study:  This study is novel in that it examines the trade of fertilizers that are illegally subsidized between two nations. Keywords: economic crime, subsidized fertilizer, trade.  ABSTRAK  Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perdagangan pupuk bersubsidi dari perspektif hukum pidana nasional dari aspek kebijakan formulasinya serta dari aspek latar belakang keputusan hakim dalam putusan pengadilan (Putusan No. 19/Pid Sus/2022/PN.Pti. dan Putusan MA 105 K/Pid.Sus/2019 serta mengkaji bagaimana perbedaan putusan hukum yang diterapkan terhadap tindak pidana penjualan pupuk bersubsidi antara Indonesia dengan Uzbekistan pada Law No. 93 of 1997 concerning Criminal Code of the Republic of Uzbekistan Pasal 177. Metodologi: Penelitian normatif pendekatan perundang – undangan dan pendekatan kasus. Data yang dibutuhkan data sekunder yaitu dokumen hukum. Temuan: Pupuk bersubsidi sebagai barang dalam pengawasan, sehingga perdagangannya harus ada izin sebagaimana ditetapkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No 15 /2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2005 Tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi Sebagai Barang Dalam Pengawasan jo Peraturan Menteri Perdagangan RI No 15/M-DAG/PER/4/2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian. Pelaku perdagangan yang tidak sesuai dengan ketentuan ini berdasarkan Putusan terdakwa No. 19/Pid Sus/2022/PN.Pti. dan Putusan MA 105 K/Pid.Sus/2019., bahwa terdakwa melakukan kesalahaan dalam bentuk tanpa izin atau tanpa kewenangan memperjualbelikan pupuk bersubsidi. Selanjutnya perbuatan pelaku dikategorikan sebagai tindak pidana ekonomi karena sifat berbahaya perbuatan bisa berdampak pada gangguan tingkat perekonomian nasional. Perbandingan putusan hakim terhadap tindak pidana penjualan pupuk ilegal di Indonesia dan Uzbekistan meliputi dasar hukum, prosedur peradilan, dan jenis hukuman. Di Indonesia, dasar hukum terdiri dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan KUHP Pasal 386, dengan hukuman berupa penjara, denda, dan sanksi administratif. Proses peradilan melibatkan penyidikan oleh kepolisian atau PPNS, penuntutan oleh jaksa, dan persidangan dengan pemeriksaan saksi dan bukti. Di Uzbekistan perdagangan pupuk illegal adalah perbuatan criminal berdasarkan Law No. 93 of 1997 concerning Criminal Code of the Republic of Uzbekistan Pasal 177 dan serta Law No. 221-I of 1996 concerning on Protection of Consumer Rights, dengan hukuman berupa penjara, denda, atau kerja sosial. Proses peradilan melibatkan penyidikan oleh badan investigasi, penuntutan oleh jaksa, dan persidangan dengan presentasi bukti dan pemeriksaan saksi. Sejauh ini baru satu kasus yang masuk kepengadilan Uzbekistan yaitu kasus Navoiyazot. Kegunaan: Dapat dimanfaatkan untuk kajian – kajian tindak pidana ekonimi terhadap perdagangan barang dalam pengawasan terutama pupuk bersubsidi. Dapat membandingkan ketentuan penjualan secara illegal pupuk bersubsidi di Indonesia dan Uzbekistan serta bagaimana pengadilan memutuskan. Kebaruan/Orisinalitas: Kebaharuan penelitian ini adalah pada kajian mengenai putusan tentang perdagangan pupuk bersubsidi secara illegal terkait dua negara. Kata Kunci: tindak pidana ekonomi, pupuk bersubsidi, perdangangan
Law Economic Development: A Study Of Economic Protection And Recovery Policies In The Pandemic Covid-19 Irawansah, Didik; Ridwan; Kuswardani
Law and Justice Vol. 7 No. 1 (2022): Law and Justice
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/laj.v7i1.765

Abstract

This study describes the role of law in the development and recovery of Indonesia's national economy in the era of the Covid-19 pandemic and describes various policies for protection and economic recovery in the MSME sector during the Covid-19 pandemic and its implications. Method, normative juridical law research which bases its analysis on legal documents that are closely related to the problem under study. Analyzed by analytical descriptive, qualitative conclusion. Research Results: The Indonesian Government's policies have been responsive enough to overcome the pandemic, this is indicated by the various policies issued to regulate sectors affected by the co-19 pandemic, especially in the MSME sector. But it is felt that at the implementation stage it has not been able to target to the lowest point, this condition is characterized by complicated and procedural regulatory constraints, too rigid budgeting and administration barriers, weak coordination and supervision and overlapping authority in managing and providing assistance to beneficiaries. Novelty: Belum ada penelitian yang mempelajari Ragam Kebijakan PEN dalam Pemulihan Ekonomi di Indonesia Pasca Pandemic Covid 19
PENDAMPINGAN HUKUM DALAM PERSIDANGAN PERKARA NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI Kurnianingsih, Marisa; Hartanto; Kuswardani; Surbakti, Natangsa; Iksan, Muchamad; Pambudi, Rizal
PEDAMAS (PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT) Vol. 1 No. 2 (2023): JULI 2023
Publisher : MEDIA INOVASI PENDIDIKAN DAN PUBLIKASI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengabdian masyarakat ini dilakukan untuk mengetahui tahap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan oleh penasehat hukum dari BKBH Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sebelum pendampingan persidangan, terdapat tahap persiapan yang didalamnya terdapat tahapan wawancara dengan klien, kemudian mempelajari aturan hukum yang berlaku, dan mengumpulkan bukti-bukti pendukung. Selain daripada itu terdapat tahap pelaksanaan pendampingan hukum dengan menganalisis strategi pembelaan dan terhadap klien yang ketergantungan mengupayakan putusan rehabilitasi dan meminimalisir terdakwa dari tuduhan sebagai pengedar narkotika. Proses dan tahapan pendampingan persidangan perkara penyalahgunaan narkotika di Pengadilan Negeri Boyolali melalui beberapa tahap yang dimulai dari pembacaan dakwaan sampai dengan putusan. Tahap persidangan menjadi penting dalam proses peradilan pidana, di mana semua bukti akan diperiksa secara terbuka untuk umum. Pengabdian masyarakat ini memberikan gambaran mengenai pendampingan hukum dalam perkara narkotika di Pengadilan Negeri Boyolali dan pentingnya peran penasehat hukum dalam memastikan hak-hak terdakwa terpenuhi selama proses persidangan.
AN UNREASONABLE PURCHASE OF GOODS: A CRIMINAL LAW PERSPECTIVE Kuswardani; Kurnianingsih, Marisa; Hussain, Mazlena Mohamad; Prokosa, Andria Luhur; Fairuzzaman, Fahmi
Awang Long Law Review Vol. 8 No. 1 (2025): Awang Long Law Review
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Awang Long

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56301/awl.v8i1.1772

Abstract

The purpose of this study is to compare the criminal law regarding the dishonest purchase of goods or receipt of goods resulting or also known as fencing from crime between the Indonesian Criminal Code and the Penal Code of Singapore. This research uses a normative juridical method, so the data used is secondary. This data consists of the Indonesian Criminal Code and the Singapore Penal Code, as well as journals relevant to the problem. The novelty of this research is that the formulation of criminal sanctions is not only alternative but can be imposed cumulatively, and there is a separate formulation regarding the receipt of stolen motor vehicle goods. The research results show that purchasing criminal goods or receiving stolen property or fencing is regulated under Article 480 of the Indonesian Criminal Code and Article 411 of the Singapore Criminal Code. Both define the offense as intentional by a responsible perpetrator. Criminal sanctions under the Indonesian Criminal Code are alternative, and if fencing occurs, there is jurisprudence as source of formal law. While those under the Singapore Penal Code are alternative or cumulative. Receiving stolen property, particularly motor vehicles, carries cumulative penalties, plus a ban on holding or obtaining a driver's license, imposed by the court upon release from prison. The research concludes that fencing is a violation in both Indonesia and Singapore. The only differences lie in the form of punishment stipulated in the Criminal Code and the formulation of receiving stolen property for motor vehicles. The research concludes that fencing is a violation in both Indonesia and Singapore. The only differences lie in the form of punishment stipulated in the Criminal Code and the formulation of receiving stolen property for motor vehicles.
STUDI KASUS: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BELL’S PALSY DENGAN ELECTRICAL STIMULATION DAN MASSAGE Selviyani, Jeni; Kuswardani
Indonesian Journal of Health Research Innovation Vol. 1 No. 2 (2024): Indonesian Journal of Health Research Innovation
Publisher : Yayasan Menawan Cerdas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.64094/ptzs6690

Abstract

Bell’s Palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan saraf perifer wajah pada nervus facialis secara akut pada salah satu sisi wajah. Kondisi ini menyebabkan ketidakmampuan penderita menggerakkan separuh wajahnya secara sadar (volunter) pada sisi yang sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan fisioterapi pada Bell’s Palsy dengan Electrical Stimulation dan Massage. Penelitian ini bersifat studi kasus, mengangkat kasus pasien dan mengumpulkan data melalui proses fisioterapi. Terapi yang diberikan adalah Electrical Stimulation dan Massage. Setelah mendapatkan penanganan fisioterapi sebanyak 3 kali, didapatkan hasil tidak adanya peningkatan dalam pengukuran kekuatan otot wajah dan tidak adanya peningkatan pada fungsional aktivitas pasien dengan menggunakan Skala Ugo Fisch. Penatalaksanaan Electrical Stimulation dan Massage dalam periode waktu selama tiga hari belum terbukti adanya peningkatan kekuatan otot wajah dan peningkatan simetris wajah dengan skala Ugo Fisch.
STUDI KASUS: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA HEMIPLEGI SINISTRA E.C STROKE NON HEMORRHAGIC DENGAN TERAPI LATIHAN Mustika Sarila Ningrum; Kuswardani
Indonesian Journal of Health Research Innovation Vol. 1 No. 3 (2024): Indonesian Journal of Health Research Innovation
Publisher : Yayasan Menawan Cerdas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.64094/3c4mpg51

Abstract

Stroke non hemorrhagic merupakan defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba disebabkan oleh gangguan vaskular atau penyumbatan berupa kekurangan suplai oksigen ke otak yang berlangsung lebih dari 24 jam sehingga mengakibatkan nekrosis jaringan otak. Problematika yang muncul akibat stroke adalah kelemahan anggota gerak tubuh, gangguan keseimbangan, gangguan pola jalan dan penurunan aktivitas fungsional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada hemiplegi sinistra e.c stroke non hemorrhagic dengan terapi latihan. Penelitian ini bersifat studi kasus, mengangkat kasus pasien dan mengumpulkan data melalui proses fisioterapi. Terapi Latihan yang diberikan adalah positioning, breathing exercise, propioceptive neuromuscular dan stimulasi taktil. Setelah mendapatkan penanganan fisioterapi sebanyak 4 kali, didapatkan hasil tidak adanya ulkus decubitus dan subluksasi shoulder, tidak adanya penurunan LGS dengan pengukuran menggunakan goniometer, belum ada peningkatan tonus otot dengan palpasi, belum ada peningkatan sensibilitas sensoris. Penatalaksanaan positioning, breathing exercise, propioceptive neuromuscular dan stimulasi taktil dalam periode waktu selama empat hari terbukti tidak adanya ulcus decubitus dan sublusasi shoulder, belum terbukti adanya peningkatan sensibilitas sensoris.