H. Arfah
Bogor Agricultural University, Department of Aquaculture

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Effect of Temperature on Reproduction and Sex Ratio of Guppy (Poecilia reticulata Peters) Arfah, H.; Mariam, S.; Alimuddin, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.932 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.1-4

Abstract

Water temperature could affect the reproduction of broodstock and sex ratio of progeny.  In this study, broodstock of guppy (Poecilia reticulata Peters) was reared in different temperature to determine its effect on reproduction of broodstock and sex ratio of their progeny. The result of study show that broodstock reared at 27°C produced more fry (16 males mean) than that of 30°C (10 males), while broodstock reared at 33°C produced no progeny.  Percentage of male fish produced by broodstock reared at 30°C is higher than that of 27°C.  Incubation time of embryo before birth is sorter in broodstock reared at 30°C (4-12 days) compared with 27°C (18-22 days).  However, several progeny of broodstock reared at 30°C had abnormal vertebrae. Keywords: guppy, Poecilia reticulata, sex reversal, reproduction, monosex   ABSTRAK Suhu air inkubasi diduga dapat mempengaruhi reproduksi induk ikan dan nisbah kelamin keturunannya.  Pada penelitian ini, induk ikan gapi (Poecilia reticulata Peters) dipelihara pada suhu 27°C, 30°C dan suhu 33°C untuk mengetahui pengaruhnya terhadap reproduksi dan rasio kelamin keturunannya.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa induk ikan gapi yang dipelihara pada suhu 27°C menghasilkan anak lebih banyak (rata-rata 16 ekor) daripada di suhu 30°C (10 ekor), sementara induk gagal melahirkan pada suhu pemeliharaan 33°C. Proporsi anak jantan yang dihasilkan oleh induk yang dipelihara pada suhu 30°C lebih banyak dibandingkan pada suhu 27°C.  Waktu inkubasi embrio sebelum dilahirkan oleh induk yang dipelihara pada suhu 30°C lebih singkat, yaitu 4-12 hari, dibandingkan pada  suhu 27°C, 18-22 hari.  Namun demikian beberapa anak ikan yang lahir dari induk yang dipelihara pada suhu suhu 30°C mengalami abnormalitas pada bagian tulang belakangnya.  Kata kunci: ikan gapi, Poecilia reticulata, sex reversal, reproduksi, monoseks
Effect of 17α-Methyltestosterone Hormone Manipulation in Various Water Temperatures on Sex Ratio of Guppy (Poecilia reticulata Peters) Arfah, H.; Kadriah, A.K.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.057 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.37-40

Abstract

This study was conducted to determine percentage of male progeny of guppy (Poecila reticulata Peters) broodstock immersed in water containing various dose of 17α-Methyltestosterone (MT) and different temperature.  Immersion of broodstock was carried out at 10th day after spawning.  Dosage of MT used was 0, 0.5 and 1 mg per liter of water, while the water temperature was 27, 30 and 33oC, for 24 hours immersion.  The result of study showed that the combination of hormone treatment 1mg/L and temperature 27oC produced higher percentage of male progeny (92.7%).  Increasing water temperature in combination with dose of hormone treatment can reduce percentage of male progeny. Keywords: guppy, Poecilia reticulata, 17α-Methyltestosterone, temperature, sex reversal, monosex   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nisbah kelamin jantan keturunan induk ikan gapi (Poecila reticulata Peters) yang telah direndam hormon 17α-Metiltestosteron (MT) dengan berbagai tingkatan dosis yang dikombinasikan dengan temperatur air yang berbeda-beda.  Perendaman induk dilakukan pada hari kesepuluh setelah pemijahan.  Dosis hormon yang digunakan adalah 0, 0,5 dan 1 mg/L air, sementara suhu air perendaman adalah 27oC, 30oC dan 33oC, dengan lama perendaman 24 jam.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan hormon 1 mg/L dengan temperatur 27ºC menghasilkan rataan persentase ikan gapi kelamin jantan tertinggi yaitu 92,7%. Peningkatan temperatur yang dikombinasikan dengan dosis hormon ternyata mengakibatkan penurunan persentase anak berkelamin jantan. Kata kunci: ikan gapi, Poecilia retiulata, 17α-Metiltestosteron, temperatur, seks reversal, monoseks
Effect injection of Ginger Extract on Development and Nucleus position of “Sangkuriang” Catfish Clarias sp. eggs Junior, M. Zairin; Yustikasari, Y.; Arfah, H.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.553 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.191-195

Abstract

One of methods could be applied to continuously meet the need of fish fry including catfish (Clarias sp.) is artificial propagation by inducing ovulation and spawning.   As an alternative of existing method, in this study, ginger extract was intramuscularly injected to induce development of catfish eggs.  Ginger is known as an important regulator of the balance of arachidonat cycle.  The dose of ginger extract injected was 0, 0.5, 1.0 and 1.5 mL/kg broodstock.  The results of study showed that injection 100% of ginger extracts in all doses was insignificantly inducing development of egg diameter and its nucleus position of catfish.  Other chemicals exist in ginger extract might be functions as an obstacle for egg development of catfish. Keywords: catfish, Clarias sp., ginger, ovulation, egg   ABSTRAK Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan benih ikan termasuk lele (Clarias sp.) secara kontinyu adalah penggunaan teknologi pembiakan buatan melalui perangsangan ovulasi dan pemijahan. Sebagai alternatif teknik yang sudah ada, dicobakan perangsangan perkembangan telur ikan lele menggunakan bahan ekstrak jahe yang dilakukan melalui penyuntikan secara intramuskular. Jahe telah dikenal sebagai suatu pengatur penting atas keseimbangan siklus arakidonat. Dosis ekstrak jahe yang disuntikkan adalah 0, 0,5, 1 dan 1,5 mL/kg induk. Penyuntikan 100% ekstrak jahe pada semua dosis perlakuan belum dapat merangsang perkembangan diameter dan posisi inti sel telur ikan lele sangkuriang. Adanya bahan lain yang terdapat pada jahe diduga sebagai penghambat bagi perkembangan telur ikan lele. Kata kunci: Ikan lele, Clarias sp., jahe, ovulasi,  sel telur
Induced Spawning of Giant Gouramy Osphronemus gouramy Lac. by Ovaprim Arfah, H.; Maftucha, L.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.097 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.103-112

Abstract

Spawning season of giant gouramy Osphronemus gouramy Lac is not happen continuously through the year so the supply of fry is not enough for fulfilling the demand.  Artificial fertilization will be useful to produce larvae and fry at out of their spawning season.  In this study, three dose levels of ovaprim, i.e. 0.6, 0.7 and 0.8 ml/kg fish were used to induce spawning of giant gouramy.  Parameters observed were the width of abdomen, number of eggs, fertilization rate, hatching rate, and survival rate of larvae.  The results of this study showed that average of fertilization rate reached 4.3% with number of eggs fertilized was 50 eggs, hatching rate 78.5% with number of larvae hatched was 43 larvas.   Average of larvae survived until the end of experiment was 35, with average survival rate was 76.82%.  Based on the achievement in this study, induced spawning by ovaprim could be applied to giant gouramy, although the success is still very low. Keywords: giant gouramy, Osphronemus gouramy Lac., artificial spawning, ovaprim.   ABSTRAK Musim pemijahan ikan gurame Osphronemus gouramy Lac. bukan sepanjang tahun sehingga pasokan benih tidak selalu tersedia dalam jumlah yang cukup. Pemijahan buatan memungkinkan untuk memperoleh suplai larva dan benih di luar musim pemijahannya. Pada penelitian ini tiga tingkatan dosis ovaprim, yaitu  0,6 ml/kg, 0,7 ml/kg, 0,8 ml/kg ikan digunakan untuk merangsang pemijahan ikan gurame. Parameter yang diamati adalah lebar perut, jumlah telur, derajat pembuahan telur (Fertilization Rate), derajat penetasan telur (Hatching Rate) dan tingkat kelangsungan hidup larva (Survival Rate). Rata-rata derajat pembuahan telur ikan gurame yang dipijahkan secara buatan mencapai 4,30% dengan jumlah telur yang dibuahi sebanyak 50 butir, sedangkan derajat penetasan rata-rata adalah 78,50 % dengan jumlah rata-rata telur yang menetas sebanyak 43 butir. Rata-rata jumlah larva hidup pada akhir masa pemeliharaan adalah 35 ekor, dengan rata-rata SR sebesar 76,82%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa ransangan pemijahan pada ikan gurame menggunakan ovaprim dapat dilakukan, meskipun tingkat keberhasilannya masih sangat rendah. Kata kunci: gurame, Osphronemus gouramy Lac., pemijahan buatan, ovaprim.
Sex Reversal of Red Tilapia (Oreochromis sp.) by Larval Immersion using Aromatase Inhibitor Sudrajat, M. Agus; Astutik, I.D.; Arfah, H.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 1 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.429 KB) | DOI: 10.19027/jai.6.103-108

Abstract

This study was performed to verify the effect of red Nile tilapia (Oreochromis sp.) larval immersion using aromatase inhibitor (1,3-Diaza-2,4-Cyclopentadience) on percentage of male fish.  Nine-day-old of Nile tilapia larva was immersed in aromatase inhibitor at the dose of 0, 10, 20 and 30 mg/L water for 10 hours.  Number of larva immersed was 100 fish per treatment.  The results of study indicated that immersing of 9-day-old larva for 10 hours was ineffective in producing male fish. The highest male percentage was 59.5% at the dose of 20 mg/L, and statistically similar with other treatments including control.  However, this treatment has possibility to produce hermaphrodite, and had no effect on survival of fish. Keywords: red Nile tilapia, Oreochromis, Aromatase Inhibitor, immersion   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek perendaman ikan nila merah (Oreochromis sp.) menggunakan aromatase inhibitor (1,3-Diaza-2,4-Cyclopentadience) terhadap persentase ikan jantan.  Larva ikan nila umur 9 hari direndam dengan aromatase inhibitor dengan dosis 0, 10, 20 dan 30 mg/L air selama 10 jam.  Jumlah larva yang direndam sebanyak 100 ekor per perlakuan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman pada fase larva umur 9 hari selama 10 jam terbukti kurang efektif untuk menghasilkan ikan jantan. Persentase jantan tertinggi hanya mencapai 59,5% dengan dosis 20 mg/L aromatase inhibitor dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya termasuk kontrol. Namun perlakuan tersebut berpeluang menghasilkan individu hermaprodit, dan tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan. Kata kunci: ikan nila merah, Oreochromis, Aromatase Inhibitor, perendaman
Efficacy of Honey on Sex Reversal of Guppy (Poecilia reticulata Peters) Soelistyowati, D.T.; Martati, E.; Arfah, H.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.836 KB) | DOI: 10.19027/jai.6.155-160

Abstract

This study was performed to determine effectiveness of honey on sex reversal of guppy.  Guppy broodstock was dipped on 1 L of water containing 0, 20, 40 or 60 mL of honey, for 10 hours.  Sex identification was carried out by morphologically and histological method.  The results of study show that percentage of male progeny tends to increase by increasing the dose of honey used.  Higher percentage of male fish is obtained by the dose of 60 ml/L (59.5% male), about 2.4 fold higher than that of control (24.3% male).  Dipping of honey has no effect on survival of broodstock and larvae.  Keywords: honey, sex reversal, monosex, Poecilia reticulata   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas madu dalam pengarahan diferensiasi kelamin ikan gapi. Induk ikan gapi direndam dalam 1 L air yang mengandung 0, 20, 40 atau 60 mL madu, selama 10 jam.  Jenis kelamin ikan gapi diidentifikasi secara morfologis dan metode histologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase anak ikan gapi jantan cenderung meningkat seiring dengan peningkatan dosis madu yang diberikan. Persentase tertinggi ikan gapi jantan diperoleh pada perlakuan 60 mg/l media (59,5%), sekitar 2,4 kali lebih tinggi daripada kontrol (24,3%). Perendaman dengan madu terbukti tidak mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup induk dan larva. Kata kunci: madu, pengarahan kelamin, monoseks, Poecilia reticulata
Hormonal and Temperature Manipulation to Produce Male Homogametic (XX) in Developing Female Monosex Culture of Thai Catfish Pangasionodon hypopthalmus Arfah, H.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 1 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.579 KB) | DOI: 10.19027/jai.7.33-38

Abstract

The female of Thai catfish Pangasionodon hypopthalmus had higher growth rate, about 25-30% than male fish, especially on growth phase-2 when the fish get sexually mature. Monosex female fish culture system can increase production efficiency in term of time and cost.  Experiment was performed to get male homogametic (XX) that will be used as functional male to produce female monosex (XX) population Result of hormonal and temperature manipulation on larvae shown that the highest percentage of male (67.7%) was obtained by 5 mg/liter 17-α-metiltestosteron treatment with temperature 33oC. Good temperature for larva rearing was 30oC. The result of fertility test on male fish was fertile, but progeny test was not performed homogametic (XX) character yet. Keywords: hormonal manipulation, male homogametic XX, monosex, Pangasionodon hypopthalmus   ABSTRAK Ikan patin Pangasionodon hypopthalmus betina memiliki laju pertumbuhan lebih cepat sekitar 25-30% daripada yang jantan, terutama pada fase pertumbuhan II saat ikan mulai matang kelamin. Budidaya ikan dengan sistem kultur monoseks ikan betina diduga akan meningkatkan efisiensi produksi dari segi waktu dan biaya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan jantan homogametik (XX) yang akan dimanfaatkan sebagai jantan fungsional untuk menghasilkan populasi monoseks betina (XX). Hasil manipulasi hormon dan suhu terhadap larva ikan patin menunjukkan bahwa presentase kelamin jantan tertinggi (67,7%) terjadi dengan dosis perendaman dalam hormone 17-α metiltestosteron 5 mg/liter dengan suhu inkubasi 33oC. Suhu yang baik untuk pemeliharaan larva ialah 30oC. Hasil uji fertilitas terhadap induk jantan bersifat fertile, namun uji progeny belum dapat menunjukkan sifat homogametik (XX). Kata kunci : manipulasi hormonal, jantan homogametik (XX), monoseks betina, ikan patin, Pangasionodon hypopthalmus