O. Carman
Bogor Agricultural University, Department of Aquaculture

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Effect of Exposure Time of Triiodothyronine (T3) Hormone Solution on Development, Growth and Survival Rate of Giant Gouramy (Osphronemus gouramy Lac.) Sakdiah, M.; Junior, M. Zairin; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 1 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.502 KB) | DOI: 10.19027/jai.2.1-6

Abstract

ABSTRACTThe objectives of this research were carried out to determine exposure time of giant gouramy larvae in triiodothyronine (T3) hormone solution on development, growth and survival rate. One-day old larvae were immersed in 0,1 ppm T3 hormone solution for 0, 2, 4, 6, 8, 16, and 24 hours. Results showed that treated larvae developed faster than control larvae. At first, second, fifth, sixth and seventh week, larvae that immersed in T3 hormon solution had total length longer than that of control. Treated larvae had average body weight heavier than that of control until seven weeks of experiment. Immersion of larvae for 16 hours gave the best result in term of length and average body weight. The best survival rate of larvae were obtained from 8 hours treatment.Key words :  Giant gouramy larvae, triiodothyronine, exposure time, growth and survival rate.    ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk menentukan lama perendaman di dalam larutan hormon triiodotironin (T3) terhadap perkembangan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan gurame. Larva ikan yang berumur satu hari direndam dalam larutan hormon triiodotironin 0,1 ppm dengan lama perendaman  0, 2, 4, 6, 8, 16, dan 24 jam. Perkembangan larva yang diberi perlakuan T3 lebih cepat daripada perkembangan larva kontrol. Larva yang direndam dalam larutan hormon T3 lebih panjang daripada kontrol pada minggu ke-5, 6 dan 7. Bobot rata-rata larva perlakuan lebih besar daripada bobot rata-rata kontrol dari minggu awal sampai minggu ke-7. Perendaman larva selama 16 jam memberikan hasil terbaik dari segi panjang total dan bobot rata-rata. Nilai kelangsungan hidup terbaik di akhir penelitian diperoleh pada perendaman selama 8 jam. Kata kunci: Larva gurame, triiodotironin, lama perendaman, pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Aplication of Gene Transfer in Aquaculture Alimuddin, .; Yoshizaki, G.; Carman, O.; Sumantadinata, K.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 1 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.509 KB) | DOI: 10.19027/jai.2.41-50

Abstract

Recently, global food security has become a hot issue by the public in national as well as out of the country. Aquacultural output will need to be increased several fold in order to meet the rising demands for fish in coming years as the increasing of mankind population. The intensity and capacity of production is expected to increase using biotechnology approach. One of the advances biotechnologies that expected to be a powerful approach for aquaculture development is transgenic technique. This technique has been applied to several commercially valuable species. This review describes various techniques of gene transfer, persistence and expression of transferred gene, application and future aspect of gene transfer research in aquaculture. Key words: Gene transfer, gene expression, biotechnology,  aquaculture   ABSTRAK Saat ini, keamanan pangan telah menjadi isu hangat di masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri. Produksi akuakultur diharapkan dapat ditingkatkan beberapa kali lipat untuk memenuhi kebutuhan pangan berupa ikan dimasa-masa mendatang akibat peningkatan populasi manusia. Intensitas dan kapasitas produksi diharapkan meningkat dengan menggunakan pendekatan bioteknologi. Salah satu teknik modern yang diduga akan menjadi sarana yang berguna dalam pengembangan akuakultur adalah teknologi transfer gen. Teknik ini telah diaplikasikan pada spesies-spesies yang memiliki nilai ekonomis. Ulasan ini menggambarkan variasi metode transfer gen, persistensi dan ekspressi dari gen yang ditransfer, aplikasi dan prospeknya ke depan dari penelitian transfer gen dalam akuakultur. Kata kunci : transfer gen, ekspressi gen, bioteknologi, akuakultur
Effect of 17α-Methyltestosterone Hormone Manipulation in Various Water Temperatures on Sex Ratio of Guppy (Poecilia reticulata Peters) Arfah, H.; Kadriah, A.K.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.057 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.37-40

Abstract

This study was conducted to determine percentage of male progeny of guppy (Poecila reticulata Peters) broodstock immersed in water containing various dose of 17α-Methyltestosterone (MT) and different temperature.  Immersion of broodstock was carried out at 10th day after spawning.  Dosage of MT used was 0, 0.5 and 1 mg per liter of water, while the water temperature was 27, 30 and 33oC, for 24 hours immersion.  The result of study showed that the combination of hormone treatment 1mg/L and temperature 27oC produced higher percentage of male progeny (92.7%).  Increasing water temperature in combination with dose of hormone treatment can reduce percentage of male progeny. Keywords: guppy, Poecilia reticulata, 17α-Methyltestosterone, temperature, sex reversal, monosex   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nisbah kelamin jantan keturunan induk ikan gapi (Poecila reticulata Peters) yang telah direndam hormon 17α-Metiltestosteron (MT) dengan berbagai tingkatan dosis yang dikombinasikan dengan temperatur air yang berbeda-beda.  Perendaman induk dilakukan pada hari kesepuluh setelah pemijahan.  Dosis hormon yang digunakan adalah 0, 0,5 dan 1 mg/L air, sementara suhu air perendaman adalah 27oC, 30oC dan 33oC, dengan lama perendaman 24 jam.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan hormon 1 mg/L dengan temperatur 27ºC menghasilkan rataan persentase ikan gapi kelamin jantan tertinggi yaitu 92,7%. Peningkatan temperatur yang dikombinasikan dengan dosis hormon ternyata mengakibatkan penurunan persentase anak berkelamin jantan. Kata kunci: ikan gapi, Poecilia retiulata, 17α-Metiltestosteron, temperatur, seks reversal, monoseks
Effect of Spirulina platensis Supplementation by Different Concentration in Diet on Red Color Intensity of Kohaku Koi (Cyprinus carpio L.) Utomo, N.B.P; Carman, O.; Fitriyati, F.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.063 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.1-4

Abstract

Kohaku koi (Cyprinus carpio) is one of the fancy koi that has a high price.  Red color intensity of kohaku determines its market price.  This study was performed to verify the effect of Spirulina platensis supplementation in diet  with different dosages (1, 3 and 5%) on red color intensity of kohaku koi.  The result of study show that inclusion of Spirulina platensis in the diet increased intensity of koi color.  Feeding with  1% of Spirulina platensis enriched paste diet for 5 weeks resulted in  a brighter red color compared to other treatments and control.   Alteration of red color intensity has not been followed by its patch length.  No effect of Spirulina supplementation on koi growth by weight and length were observed. Keywords: Spirulina platensis, color, kohaku, koi, Cyprinus carpio   ABSTRAK Ikan koi kohaku (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan koi yang memiliki harga tinggi.  Kecerahan warna merah ikan koi kohaku menentukan harga jualnya.  Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan Spirulina platensis in the diet dengan dosis berbeda (1, 3 dan 5%) terhadap kualitas warna merah koi kohaku.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan Spirulina platensis melalui pakan dapat meningkatkan kualitas warna pada ikan koi. Pemberian pakan berupa pasta yang diperkaya dengan Spirulina platensis sebanyak 1% selama 5 minggu menghasilkan warna merah lebih cerah dibandingkan perlakuan lainnya dan kontrol. Perubahan warna yang terjadi tidak diikuti oleh perubahan panjang bercak warnanya. Penambahan Spirulina pada pakan tidak berpengaruh pada pertumbuhan berat dan panjang ikan koi. Kata kunci: Spirulina platensis, warna, kohaku, koi, Cyprinus carpio
Genetic Characterization of Domesticated F1 Generation in Humpback Grouper (Cromileptes altivelis) Aliah, Ratu Siti; Wahidah, .; Sumantadinata, K.; Nugroho, Estu; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.336 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.87-96

Abstract

First generation (F1) of hatchery produced humpback grouper (Cromileptes altivelis) has been characterized genetically in order to serve the information of their status in related to their breeding strategy. PCR-RFLP method was used to detect the variation of mtDNA D-loop region of F1 population at BBPBL Lampung and BBAP Situbondo. The result of study showed that reducing of haplotype diversity had been arised from broodstock (0.8548) to F1 generation population (0.7473; 0.7273; and 0.6947, respectively).  Genetic divergence that had found between population BBPBL Lampung and BBAP Situbondo make it possible to do outbreeding in order to get its heterosis's effect. Keywords: mtDNA, haplotype diversity, genetic differentiation, Cromileptes altivelis   ABSTRAK Ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) generasi pertama (F1) hasil domestikasi di hatchery telah dikarakterisasi secara genetik untuk menyediakan informasi status sehubungan dengan program pemuliaannya.  Metode PCR-RFLP digunakan untuk mendeteksi variasi sekuens D-loop mtDNA ikan kerapu tikus F1 yang diproduksi di BBPBL Lampung dan BBAP Situbondo.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan keragaman haplotipe dari induk (0,8548) ke populasi generasi F1 (masing-masing 0,7473; 0,7273; dan 0,6947).  Adanya keragaman genetik antara populasi ikan kerapu tikus di BBPBL dan BBAP Situbondo memungkinkan dilakukannya outbreeding untuk mendapatkan efek heterosis. Kata kunci: mtDNA, keragaman haplotipe, diferensiasi genetik, Cromileptes altivelis
Induced Spawning of Giant Gouramy Osphronemus gouramy Lac. by Ovaprim Arfah, H.; Maftucha, L.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.097 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.103-112

Abstract

Spawning season of giant gouramy Osphronemus gouramy Lac is not happen continuously through the year so the supply of fry is not enough for fulfilling the demand.  Artificial fertilization will be useful to produce larvae and fry at out of their spawning season.  In this study, three dose levels of ovaprim, i.e. 0.6, 0.7 and 0.8 ml/kg fish were used to induce spawning of giant gouramy.  Parameters observed were the width of abdomen, number of eggs, fertilization rate, hatching rate, and survival rate of larvae.  The results of this study showed that average of fertilization rate reached 4.3% with number of eggs fertilized was 50 eggs, hatching rate 78.5% with number of larvae hatched was 43 larvas.   Average of larvae survived until the end of experiment was 35, with average survival rate was 76.82%.  Based on the achievement in this study, induced spawning by ovaprim could be applied to giant gouramy, although the success is still very low. Keywords: giant gouramy, Osphronemus gouramy Lac., artificial spawning, ovaprim.   ABSTRAK Musim pemijahan ikan gurame Osphronemus gouramy Lac. bukan sepanjang tahun sehingga pasokan benih tidak selalu tersedia dalam jumlah yang cukup. Pemijahan buatan memungkinkan untuk memperoleh suplai larva dan benih di luar musim pemijahannya. Pada penelitian ini tiga tingkatan dosis ovaprim, yaitu  0,6 ml/kg, 0,7 ml/kg, 0,8 ml/kg ikan digunakan untuk merangsang pemijahan ikan gurame. Parameter yang diamati adalah lebar perut, jumlah telur, derajat pembuahan telur (Fertilization Rate), derajat penetasan telur (Hatching Rate) dan tingkat kelangsungan hidup larva (Survival Rate). Rata-rata derajat pembuahan telur ikan gurame yang dipijahkan secara buatan mencapai 4,30% dengan jumlah telur yang dibuahi sebanyak 50 butir, sedangkan derajat penetasan rata-rata adalah 78,50 % dengan jumlah rata-rata telur yang menetas sebanyak 43 butir. Rata-rata jumlah larva hidup pada akhir masa pemeliharaan adalah 35 ekor, dengan rata-rata SR sebesar 76,82%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa ransangan pemijahan pada ikan gurame menggunakan ovaprim dapat dilakukan, meskipun tingkat keberhasilannya masih sangat rendah. Kata kunci: gurame, Osphronemus gouramy Lac., pemijahan buatan, ovaprim.
Effect of Different Medium on Survival Rate and Growth of Chironomus sp. Larvae Widanarni, .; Mailana, D.D.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.503 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.113-118

Abstract

In the ornamental fish and fish for food culture, feeding by natural feed is very suitable since they are easy to digest and their size is suitable with  to larval mouth.  One of natural foods is blood worm Chironomus sp. larvae that has high protein content (till  65.2% of  protein). Until now, blood worm is obtained from nature and their stock depends on the weather.  That problem  may be overcome by culturing blood worm in appropriate culture medium.  Naturally, Chironomus sp. grows well in the water containing sago waste.  This study was carried out to examine the growth of Chironomus sp. reared in the medium containing mud, solid sago waste, solid tapioca wastes and water with no waste in depth of 0.5 cm. After 35-day rearing, survival rate of Chironomus sp was different among the treatments, while growth in length was similar. The best survival rate, 58.93% was obtained in the media containing solid sago waste.   Keywords: Chironomus, blood worm, sago waste, tapioca waste   ABSTRAK Dalam usaha budidaya ikan hias maupun ikan konsumsi, pemberian pakan alami sangat cocok karena mudah dicerna dan sesuai dengan bukaan mulut larva. Salah satu contoh pakan alami adalah Chironomus sp. (blood worm) yang mempunyai kandungan protein mencapai 65,2%. Selama ini cacing darah diperoleh dari alam dan suplainya tergantung pada kondisi musim. Hal ini mungkin dapat diatasi dengan membudidayakan cacing darah dengan  media yang sesuai sebagai tempat hidupnya. Secara alami, Chironomus sp. dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada limbah sagu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan Chironomus sp. yang dipelihara pada media berupa lumpur, limbah sagu padat, limbah tapioka padat dan air tanpa limbah dengan ketebalan media 0,5 cm. Setelah 35 hari masa pemeliharaan, diketahui bahwa penggunaan media limbah padat sagu, limbah padat tapioka, lumpur dan air tanpa limbah pada pemeliharaan Chironomus sp. masing-masing menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang berbeda nyata, sedangkan pertumbuhan panjang mutlak adalah sama. Tingkat kelangsungan hidup larva Chironomus sp. terbaik mencapai 58,93% diperoleh pada pemeliharaan yang menggunakan limbah padat sagu. Kata kunci : Chironomus, cacing darah, limbah sagu, limbah tapioka
Rematuration Periods and Sperm Characteristics of Litopenaeus vannamei Anwar, L. Okmawati; Sumantadinata, K.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 1 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.588 KB) | DOI: 10.19027/jai.6.1-5

Abstract

The reproduction ability of male has an important role in seeds production of Litopenaeus vannamei. The objective of research was to know the sperm characteristics from each rematuration period. The research conducted in Broodstock and Nauply Quality Control Laboratory, Central Pertiwi Bahari, Lampung Province on April until July 2006. Five male shrimps obtained from High Health, Aquaculture Inc., Hawaii-USA, about 39.4 ± 1.51 g in weight and 16.4 ± 0.43 cm in length. Carefull stripping was applied to release the mature spermatophore from the thelicum. The results showed that number of sperm at the first to fourth rematuration period relatively constant (33.62x106 - 39.7402x106 cell). However the number of abnormal sperm were relatively increase slightly (1.2806x106 to 23.3576x106 cell) and also the number of death sperm (0.293x106 to 3.92x106 cell) while the number of normal sperm were relatively decrease (29.1158x106 to 23.3576x106 cell). There were no changes in head size and tail lenght of the sperm from each rematuration periods. Keywords:  Litopenaeus vannamei, spermatozoa, rematuration   ABSTRAK Kemampuan reproduksi udang jantan berperan penting dalam pembenihan udang vaname Litopenaeus vannamei. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sperma pada setiap periode rematurasi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kendali Mutu Induk dan Naupli, Central Pertiwi Bahari, Propinsi  Lampung, bulan April sampai Juli 2006. Udang jantan yang digunakan berasal dari High Health, Aquaculture Inc., Hawaii-USA, dengan ukuran berat 39,4 ± 1,51 g, panjang tubuh 16,4 ± 0,43 cm dan berjumlah lima ekor sebagai ulangan. Spermatofor dilepaskan dari telikum dengan teknik  pengurutan. Hasil penelitian menunjukkan jumlah sperma relatif stabil pada empat kali rematurasi (33,62x106 - 39,7402x106 sel). Jumlah sperma abnormal dan sperma mati berbanding terbalik dengan jumlah sperma normal. Jumlah sperma abnormal meningkat dari rematurasi pertama hingga rematurasi ke empat (1,2806x106 ke 23,3576x106 sel) demikian halnya jumlah sperma mati (0,293x106 ke 3,92x106 sel), sedangkan jumlah sperma normal mengalami penurunan (29,1158x106 ke 23,3576x106 sel). Tidak terdapat perubahan ukuran kepala dan panjang ekor sperma dalam setiap periode rematurasi. Kata kunci :  Litopenaeus vannamei, spermatozoa, rematurasi
Effectiveness of hCMV, mEF1a and mAct promoters on driving of foreign gene expression in transgenic zebrafish Alimuddin, .; Yoshizaki, G.; Carman, O.; Takeuchi, T.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 1 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.782 KB) | DOI: 10.19027/jai.6.65-77

Abstract

Highly unsaturated fatty acids (HUFA), especially eicosapentaenoic acid (EPA) and docosahexaenoic acid (DHA) have long been recognized for its beneficial effect for human health and development.   The D6 fatty acid desaturase is generally considered to be the rate-limiting factor in HUFA biosynthesis.  Here, as the first step of study, we conducted experiment to select an appropriate construct that allows higher expression levels of masu salmon (Oncorhynchus masou) D6-desaturase gene in zebrafish (Danio rerio) in order to increase its activity for synthesizing EPA/DHA.  Salmon D6-desaturase cDNA (sD6) was separately ligated with human cytomegalovirus (hCMV), medaka elongation factor 1a (mEF1a) and medaka b-actin (mAct) promoters.  The resulted construct was designated as hCMV-sD6, mEF1a-sD6 and mAct-sD6, respectively.  Each of the constructs in circular DNA form was microinjected into 1-cell stage embryos at a concentration of 30mg/ml. Transgenic individuals were identified by polymerase chain reaction (PCR) and their expression levels were analyzed by reverse transcription PCR.  The first (F1) and second (F2) generation was produced by crossing the transgenic founder F0 and F1, respectively, with wild-type fish.  The results showed that the highest transient gene expression level was obtained from the mAct-D6 construct, followed respectively by EF1a-D6 and hCMV-D6 construct. The transmission rate of transgene into F1 generation was 4.2%-44.1%, and into F2 was followed the Mendellian segregation pattern.   Expression of transgene in F2 generation was varied between strains regarding as the mosaics of F0 fish.  Now, a transgenic system to study the modification of fatty acid biosynthesis pathways in fish was established.  Further investigations are to produce fish containing higher levels of EPA and DHA. Keywords: desaturase, nutraceutical fatty acid, transgenic, zebrafish, masu salmon   Abstrak Promoter merupakan regulator yang menentukan tempat, waktu dan tingkat ekspresi gen.  Pada penelitian ini, kami melakukan seleksi kontruksi plasmid yang tepat yang menghasilkan tingkat ekspresi yang tinggi dari gen D6-desaturase-like ikan masu salmon (Oncorhynchus masou) yang ditransfer ke ikan zebra (Danio rerio) untuk meningkatkan kemampuannya dalam mensintesa EPA/DHA.  cDNA D6-desaturase-like (OmD6FAD) dari ikan salmon masu diligasi secara terpisah dengan promoter dari cytomegalovirus manusia (hCMV), elongation factor 1a (mEF1a) dan b-actin (mbAct) dari ikan medaka, untuk membuat konstruksi plasmid yang berturut-turut disebut sebagai hCMV-OmD6FAD, mEF1a- OmD6FAD dan mbAct-OmD6FAD. Konstruksi tersebut dengan konsentrasi 30mg/ml disuntikkan ke embrio pada saat fase satu sel. Individu transgenik diidentifikasi menggunakan PCR dan tingkat ekspresi transgen dianalisa dengan RT-PCR.   Hasil menunjukkan bahwa tingkat ekspresi sementara yang tertinggi dari gen asing adalah diperoleh dari konstruksi mbAct-OmD6FAD, diikuti selanjutnya oleh EF1a-OmD6FAD dan hCMV- OmD6FAD. Transgen telah ditransmisikan ke ikan generasi F2 dengan mengikuti pola segregasi Mendel. Tingkat ekspresi transgen yang tinggi pada jaringan ikan F2 yang diperiksa telah diperoleh.  Dengan demikian, sebuah sistem transgenik untuk memodifikasi biosistesa asam lemak pada ikan telah dikembangkan.  Kata kunci: promoter, desaturase asam lemak, transgenik, ikan zebra, ikan salmon masu
Rapid method for identification of transgenic fish zygosity Alimuddin, .; Yoshizaki, G.; Carman, O.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.956 KB) | DOI: 10.19027/jai.6.177-182

Abstract

Identification of zygosity in transgenik fish is normally achieved by PCR analysis with genomic DNA template extracted from the tissue of progenies which are derived by mating the transgenic fish and wild-type counterpart.  This method needs relatively large amounts of fish material and is time- and labor-intensive. New approaches addressing this problem could be of great help for fish biotechnologists.  In this experiment, we applied a quantitative real-time PCR (qr-PCR) method to analyze zygosity in a stable line of transgenic zebrafish (Danio rerio) carrying masu salmon, Oncorhynchus masou D6-desaturase-like gene. The qr-PCR was performed using iQ SYBR Green Supermix in the iCycler iQ Real-time PCR Detection System (Bio-Rad Laboratories, USA).  Data were analyzed using the comparative cycle threshold method.  The results demonstrated a clear-cut identification of all transgenic fish (n=20) classified as a homozygous or heterozygous.  Mating of those fish with wild-type had revealed transgene transmission to the offspring following expected Mendelian laws. Thus, we found that the qTR-PCR to be effective for a rapid and precise determination of zygosity in transgenic fish. This technique could be useful in the establishment of breeding programs for mass transgenic fish production and in experiments in which zygosity effect could have a functional impact. Keywords: quantitative real-time PCR; zygosity; transgenic fish; mass production   ABSTRAK Identifikasi sigositas ikan transgenik biasanya dilakukan menggunakan analisa PCR dengan cetakan DNA genomik yang diekstraksi dari jaringan ikan hasil persilangan antara ikan transgenik dan ikan normal.   Metode ini memerlukan ikan dalam jumlah yang banyak, dan juga waktu serta tenaga.  Pendekatan baru untuk mengatasi masalah tersebut akan memberikan manfaat besar kepada peneliti bioteknologi perikanan.  Pada penelitian ini, kami menggunakan metode PCR real-time kuantitatif (krt-PCR) untuk menganalisa sigositas pada satu strain ikan zebra (Danio rerio) transgenik yang membawa gen D6-desaturase-like dari ikan salmon masu, Oncorhynchus masou.  krt-PCR dilakukan menggunakan iQ SYBR Green Supermix pada mesin iCycler iQ Real-time PCR Detection system (Bio-Rad Laboratories, USA).  Data dianalisis menggunakan metode pembandingan nilai cycle threshold.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua ikan transgenik (n=20) yang diidentifikasi dapat diklasifikasikan secara jelas sebagai ikan homosigot atau heterosigot.  Persilangan antara ikan transgenik tersebut dengan ikan normal menunjukkan transmisi transgen ke keturunannya mengikuti hukum segregasi Mendel.  Dengan demikian, metode krt-PCR adalah efektif untuk penentuan sigositas secara cepat dan tepat pada ikan transgenik.  Teknik ini dapat berguna dalam program produksi ikan transgenik secara massal dan dalam percobaan dimana faktor sigositas memberikan pengaruh nyata. Kata kunci: kuantitatif real-time PCR; sigositas, ikan transgenik; produksi massal