Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

HUBUNGAN RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT DENGAN DERAJAT KEPARAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA PASIEN DEWASA DI RS TK. II PROF. DR. J.A. LATUMETEN DAN RS BHAYANGKARA TK. III AMBON 2023 - 2024 Umma, Khaerah; Latuconsina, Vina Zakiah; Kusadhiani, Indrawanti; Latif, Rahmi; Hataul, Is Asma’ul Haq; Hutagalung, Ingrid; Soumena, Rif’ah Zafarani; Kailola, Nathalie
Molucca Medica Vol 18 No 1 (2025): VOLUME 18, NOMOR 1, APRIL 2025
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/molmed.2025.v18.i1.26

Abstract

Latar belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia. DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus demam berdarah, genus Flavivirus, yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes. Identifikasi diniperlu dilakukan untuk pemberian tindakan yang tepat dan cepat pada pasien DBD yang berisiko buruk menjadi lebih parah. Tes klinis sederhana seperti mengukur Rasio Neutrofil Limfosit (RNL) dapat menjadi biomarker dalam memprediksi keparahan pasien DBD. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Rasio Neutrofil Limfosit dengan derajat keparahan DBD di RS Tk. II Prof. Dr. J.A. Latumeten dan RS Bhayangkara Tk. III Ambon Tahun 2023-2024. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode analitik, menggunakan desain cross-sectional yang disertai dengan data rekam medik pasien. Nilai RNL dihitung dengan cara membandingkan antara neutrofil absolut dengan limfosit absolut. Jumlah sempel pada penelitian ini yaitu 32 sampel.Pengambilan sampel dilakukan dengan cara teknik total sampling. Hasil: hasil penelitian ini ditemukan, umur yang mendominasi adalah pasien dewasa (59,1%), jenis kelamin yang mendominasi adalah laki-laki (53,1%), derajat keparahan yang mendominasi adalah DBD tanpa warning sign (43,8%) dan hasil RNL ditemukan menurun pada 19 pasien (59,4%). Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman mendapatkan hasil (p=0,003) dan koefisien korelasi (r= -0,506) sehingga menyatakan adanya korelasi terbalik antara RNL dengan keparahan derajat DBD yaitu semakin rendah nilai RNL maka semakin tinggi derajat keparahan DBD.Kesimpulan: Adanya korelasi/hubungan Rasio Neutrofil Limfosit (RNL) dengan derajat keparahan Demam Berdarah Dengue.
LALOSI (LANSIA KLINIK ONE STOP SERVICE) UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT TIDAK MENULAR LANSIA NUSA INDAH HUTUMURI Asmin, Elpira; Wulandari, Puput; Rahawarin, Haikal Eko F; Seimahuira, Theresia; Kailola, Nathalie; Tuharea, Mahusein
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 8, No 5 (2024): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v8i5.25950

Abstract

Abstrak: Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang cenderung berlangsung lama dan merupakan hasil dari kombinasi faktor genetik, fisiologis, lingkungan, dan perilaku, kondisi ini sering dikaitkan dengan kelompok usia tua, namun bukti menunjukkan bahwa 17 juta kematian PTM terjadi sebelum usia 70 tahun. Dalam penanganan PTM di Negeri Hutumuri dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan sebagai salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan lansia tentang penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, kanker dan PPOK. Kegiatan Lansia Klinik One Stop Service (LALOSI) yang agendanya terdiri atas Aktivitas senam pagi, penyuluhan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis dilakukan di Negeri Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, Provinsi Maluku. Kegiatan diikuti oleh kelompok Lansia Nusa Indah Hutumuri yang berjumlah 42 orang pada tanggal 18 Mei 2024. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya promotif dan preventif dalam mengendalikan penyakit tidak menular pada lansia. Kegiatan ini berjalan baik dengan partsipasi aktif para lansia dalam mengikuti kegiatan Lansia Klinik One Stop Service (LALOSI). Pada akhir kegiatan dilaksankan evaluasi berupa tanya jawab dan observasi, hasilnya terjadi peningkatan pengetahuan. Sekitar 90% lansia mengetahui tentang penyakit tidak menular dan bersemangat untuk mengikuti kegiatan secara rutin pada jadwal berikutnya.Abstract: Non-communicable diseases (NCDs) are diseases that tend to last a long time and are the result of a combination of genetic, physiological, environmental, and behavioral factors, this condition is often associated with the elderly, but evidence shows that 17 million NCD deaths occur before the age of 70 years. In handling NCDs in Negeri Hutumuri, health education activities are carried out as one of the efforts made to increase the understanding and knowledge of the elderly about non-communicable diseases such as hypertension, diabetes mellitus, dyslipidemia, cancer and COPD. The Elderly One Stop Service Clinic (LALOSI) activity, whose agenda consists of morning exercise activities, education, health checks and free treatment, was carried out in Negeri Hutumuri, South Leitimur District, Ambon City, Maluku Province. The activity was attended by the Nusa Indah Hutumuri Elderly group totaling 42 people on May 18, 2024. This activity was carried out as a promotive and preventive effort in controlling non-communicable diseases in the elderly. This activity went well with the active participation of the elderly in participating in the Elderly One Stop Service Clinic (LALOSI) activities. At the end of the activity, an evaluation was carried out in the form of questions and answers and observations, the results showed an increase in knowledge. Around 90% of the elderly know about non-communicable diseases and are enthusiastic about participating in activities routinely on the next schedule. 
Risk Factors Associated with Hypertension Among Adults Aged 19-64 Years in Ohoijang Watdek, Southeast Maluku Rahanra, Sartika Riry; Asmin, Elpira; Irwan; Kailola, Nathalie; Haq Hataul, Is Asma'ul
Sriwijaya Journal of Medicine Vol. 8 No. 2 (2025): Vol 8, No 2, 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/sjm.v8i2.334

Abstract

Hypertension is a serious condition that increases the risk of cardiovascular diseases such as coronary heart disease, heart failure, stroke, kidney failure, and other complications. This study aimed to identify risk factors associated with hypertension in the working area of the Ohoijang Watdek Public Health Center. A quantitative analytic method with a cross-sectional design was used. A total of 127 respondents aged 19–64 years, selected through convenience sampling, participated in the study. Univariate analysis described respondents' characteristics, and chi-square tests examined associations between variables. Most respondents had stage 1 hypertension (32.3%), were aged 36–45 (29.9%), female (59.1%), non-smokers (62.2%), non-alcohol consumers (73.2%), had type 1 obesity (26%), and engaged in moderate physical activity (35.4%). Significant associations were found between hypertension and age (p=0.001; r=0.402), family history (p=0.028; r=0.195), smoking (p=0.014; r=0.217), alcohol consumption (p=0.012; r=0.224), and physical activity (p=0.002; r=0.320). Gender (p=0.256) and nutritional status (p=0.440) showed no significant relationship. The study concludes that age, family history, smoking, alcohol consumption, and physical activity are significantly associated with hypertension, while gender and nutritional status are not.
EDUKASI TENTANG PERAWATAN KAKI DIABETES PADA MASYARAKAT PESISIR PANTAI Asmin, Elpira; Simanjuntak, Agnice; Pattiasina, Jurgen A; Kailola, Nathalie; Sapteno, Lidya
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 2 (2024): Volume 5 No. 2 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i2.25837

Abstract

Infeksi kaki diabetes atau Diabetic Foot Infections adalah salah satu komplikasi utama diabetes melitus (DM) yang paling sering dijumpai. Penderita diabetes memiliki risiko 10 kali lipat lebih tinggi untuk terjadinya infeksi kulit, jaringan lunak dan  tulang.  Hal  ini terkait dengan kerentanan terhadap luka oleh karena gangguan sensibilitas dan penurunan perfusi pada tungkai. Edukasi dalam kegiatan ini sebagai bentuk kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai DM dan Infeksi kaki diabetes serta untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah lagi. Metode kegiatan edukasi yang dilakukan berupa penyuluhan disertai pembagian leaflet. Penyuluhan dan leaflet memuat materi tentang definisi DM, gejala, faktor risiko, pencegahan, penanganan serta cara perawatan luka diabetik mandiri. Masyarakat pesisir pantai di Desa Toisapu telah mengetahui tentang DM dan cara perawatan luka kaki diabetes setelah diberikan edukasi.