Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pelatihan Asertif Bagi Remaja: Upaya Preventif Tindakan Kekerasan di Sekolah Salau, Triati; Keo, Glorius Deonatus; Labre, Benediktus; Fanggitasik, Deslien Dolorosa
Warta LPM WARTA LPM, Vol. 26, No. 4, Oktober 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/warta.v26i4.2455

Abstract

Students who are victims of violence at school can experience depression, anxiety, low self-esteem, and even suicide. One way to avoid further confrontation and serious impacts is that students at SMP Negeri 10 Takari need to receive assertive training. The aim is to increase students' self-awareness of the violence they experience, then they can make practical, solution and effective preventif efforts to avoid, dispel, reject and anticipate bad situations through assertive training. The methods used are 1) Assessment Study, 2) Assertive Training with cognitive restructuring strategies, role playing, self talk, relaxation, modeling and 3) Monitoring & Evaluation. The results, 1) as many as 74% (37 students) had low self-concept, self-esteem and self-confidence. Students' attitudes and responses to violence tend to be aggressive and submissive. There are various forms of violence experienced by students. 2) Cognitive restructuring strategies can increase students' understanding and positive self-acceptance. Role playing, self-talk and relaxation activities in groups can minimize aggressive and submissive attitudes to become assertive verbally as well as forming a firm and courageous attitude in determining an assertive attitude. 3) Monitoring and evaluation results show an 11% increase in students' understanding of self-concept, self-esteem and self-confidence. A total of 22 students showed a brave attitude to complain/report, 41 students responded to situations of violence by having the courage to speak out verbally, 20 students also no longer panicked and were anxious but became calmer and did not fight back against the perpetrator but refused and pushed back firmly. Assertiveness training can provide positive self-concept understanding for students to identify various forms of violence and their impacts, as well as being able to apply assertive attitudes appropriately.
Pengembangan Kompetensi Guru Bimbingan Konseling Berbasis Konseling Eklektik Salau, Triati Lestari; Loban, Maria Natalia; Taneo, Joris; Malelak, Erly Oviane; Labre, Benediktus; Malaykari, Febri S. W.
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 6 No. 1 (2025): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Edisi Januari - Maret
Publisher : Lembaga Dongan Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v6i1.4768

Abstract

Dalam layanan konseling di sekolah, masih terdapat hambatan guru bimbingan dan konseling dalam mengupayakan pengembangan konseling yang kolaboratif. Tentu ini berkaitan dengan masalah kompetensi guru BK dalam mengimlementasikan layanan konseling eklektik. Hal ini juga dapat dilihat dari kurangnya berbagai keterampilan konseling yang tidak dapat dijangkau untuk dipelajari dan dikembangkan. Oleh karena itu, perlu mendapatkan upaya pengembangan yang bersifat pelatihan. PkM ini dilaksanakan dengan metode Participatory Action Research (PAR). Tujuannya untuk mengubah paradigma praktik konseling lama dan konvensional dengan menerapkan paradigma baru dalam konseling, yakni konseling eklektik. Kegiatan yang dilakukan, terdiri dari 1) Need Assessment; 2) Pelatihan berbagai Teknik Konseling Eklektik (Teknik Games, Cybercounseling, dan bibliocunseing); 3) Evaluasi. Sasaran dari kegiatan ini adalah Guru Bimbingan dan Konseling yang terhimpun dalam organisasi Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) di Kabupaten Alor dan dilaksanakan selama 3 hari. Ada dua instrumen yang digunakan, yakni instrumen Pemahaman dan Penguasaan Konsep dan Praktek yang digunakan untuk mengetahui nilai pre test melalui kegiatan need assessment dan post test kemampuan guru BK setelah diberikan pelatihan, kemudian instrumen Penilaian Proses Pelatihan. Hasilnya, rata-rata nilai pre test antara 70-50 %, sedangkan post test mengalami peningkatan rata-rata 22,33-31% atau berkisar dari 91%-94,33%. Rata-rata nilai proses pelatihan berkisar 92,6%, artinya peserta mampu menguasai tahapan Teknik, keterampilan, dan ketepatan dalam simulasi. Secara keseluruhan, kegiatan PkM ini efektif mengembangkan kompetensi Guru BK dalam penerapan konseling eklektik.
Psychoeducation on Coping Mechanism Strategies for Academic Burnout among High School Students Salau, Triati Lestari; Loban, Maria Natalia; Labre, Benediktus; Sesfao, Yamres Paulus; Baba Nguda, Sindy Clonia R.
Jurnal SOLMA Vol. 14 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/solma.v14i2.18272

Abstract

Background: Permasalahan academic burnout yang dialami oleh siswa dapat berupa kelebihan beban belajar, ujian dan tugas-tugas belajar yang berlebihan, siswa putus asa terhadap hasil belajar, siswa takut gagal, juga berkaitan dengan manajemen diri yang kurang efektif. Masalah ini perlu mendapatkan penanganan. Salah satunya dengan menerapkan mekanisme koping restrukturisasi kognitif, relaksasi, self-instruction, dan games. Tujuannya agar mekanisme koping tersebut meminimalisir situasi dan tuntutan belajar yang dianggap mendesak, sulit, dan penuh tekanan melebihi kapasitas seorang siswa. Metode: Pengabdian ini berdasarkan kepakaran dalam rangka transfer ilmu dengan metode pelatihan dan pendampingan menggunakan pendekatan psikoedukasi melalui tiga langkah kegiatan, pertama studi asesmen, kedua pelaksanaan psikoedukasi melalui kerja kelompok berupa restrukturisasi kognitif melalui kegiatan seminar dan kegiatan kelompok menggunakan relaksasi, self-instruction, dan games. Ketiga monitoring dan evaluasia. Hasil: Hasil pre-test asesmen menunjukkan 17 siswa (22,2%) mengalami burnout tinggi, 11 siswa (30,5%) dalam kategori sedang, dan 8 siswa (22,2%) tergolong rendah. Psikoedukasi dengan tiga strategi koping terbukti mampu menurunkan tingkat academic burnout siswa di SMA Negeri 5 Kupang. Setelah intervensi, post-test menunjukkan penurunan sikap dan perilaku terkait burnout, dengan 20 siswa (55,5%) mengalami penurunan, 14 siswa masih dalam kategori sedang, dan hanya 2 siswa yang tetap berada pada tingkat burnout tinggi. Kesimpulan: Mekanisme koping yang diberikan telah teruji tepat sasaran dan dapat membantu siswa dalam mengurangi burnout dalam menghadapi tuntutan dan kondisi belajar yang dirasakan rumit menjadi menyenangkan.