Siluh Made Astini
Universitas Negeri Surabaya, Jalan Ketintang, Surabaya 60231

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

SIMBOL BARONG DALAM KEHIDUPAN SOSIAL­RELIGIUS UMAT HINDU DI BALI (The Barng Simbol in Sosial­Religius Life of Hindunist in Bali) Astini, Siluh Made
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 2 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i2.713

Abstract

Di Bali ada beberapa kesenian yang meanrik untuk diamati, lebih ­lbih p[ada seni pertunjukanya. Barong adalah salah satu seni pertunjukan yang sangat digemari oleh masyarakat Bali sendiri, turis­turis domestik, maupun turis­turis mancanegara yang datang ke Pulau Dewata.  Barong yang dipertunjukkan di tempat profan yang fungsinya hanya untuk menghibur para tamu merupakan barong yang tidak sakral. Barong yang disakralkan adalah barong yang dianggap sebagai pelindung masyarakat karena barong sendiri dianggap mempunyai kekuatan gaib yang terletak pada mata dan anggotanya. sakral tidaknya beberapa barong di Bali, tergantung dari proses pembuatannya. Di samping itu umumnya barong­barong yang telah disakralkan tempatnya selalu berada di tempat suci umat Hindu. Barong­barong yang ada di Bali banyak sekali bentuk dan jenisnya, diantaranya barong macan, barong bangkal, baron landung, danlain sebagainya.Kata Kunci :  Simbol Barong, Jenis­jenis Barong, dan Proses  Pembuatannya
TARI PENDET SEBAGAI TARI BALIH-BALIHAN ( Kajian Koreografi) (Pendet Dance as Welcome Dance Coreography Research) Astini, Siluh Made; Utina, Usrek Tani
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 2 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i2.789

Abstract

Tari Pendet merupakan salah satu jenis tari putri yang biasa ditarikan secaraberkelompok dan atau berpasangan, dengan menggunakan properti berupa bokor.Pendet termasuk jenis tarian Bali yang memiliki susunan gerak yang simpeL Padaawahiya tari Pendet tergolong ke dalam jenis tari Wali ( tarian sakral ), dengan cirikesederhanaa penggarapan koreografinya. Sifat kesederhanaan muncul padasusunan gerak yang selalu berjalan beriringan dengan penggunaan ruang danwaktu serta tata rias dan busana. Terjadinya perubahan koreografi tari Pendetdisebabkan pula oleh adanya penyesuaian terhadap kepentingan pemenuhankebutuhan akan hiburan, hal ini menuntut seniman Bali untuk dapat kerkreasi padatataran yang lebih tinggi, sesuai dengan perubahan fungsinya dari tari Wali( sakral) menjadi tari balih-balihan (tarian hiburan atau tarian ucapan selamatdatang).Kata Kunci: Tari Pendet, koreografi, Tari Balih-balihan
MAKNA DALAM BUSANA DRAMATARI ARJA DI BALI (Meaning in the Arja Dance Drama Costume in Bali) Astini, Siluh Made
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v2i2.849

Abstract

Busana yang dikenakan oleh penari atau yangs ering disebut denganbusana tari, disamping mempunyai maksud untuk membungkus badanpenari juga dimaknai lain oleh pengamat atau penonton lewat tanda-tandayang ada pada busana tersebut. Adapun tanda-tanda yang terlihat sepertiwarna, disain, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkanantara satu dengan yang lainnya dalam busana tari. Warna dapatmemberikan kesan khususkepada penon ton dalam membedakan keraslembutnya masing-masing peran. Disain, disamping dapat membedakanperan putra dan putri, juga dapat dipersepsikan sebagai tanda daribeberapa organ-organ tubuh manusia. Berbagai macam motif atau ragamhias yang dikenakan pada manusia memberi kesan yang sangat dinamispada kesenian Bali khususnya pada Dramatari Arja.Kata Kunci : Semiotik, warna, desain, ragam hias.
PENGARUH BUSANA TERHADAP GERAKAN TARI OLEG TAMULILINGAN Astini, Siluh Made
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 13, No 1 (2013): (DOI & DOAJ Indexed, June 2013)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v13i1.2536

Abstract

Tari Oleg Tamulilingan merupakan  salah satu warisan nusantara yang muncul di pulau Bali pada tahun 1950-an. Tari ini eksis sampai sekarang karena balutan busananya yang menarik sehingga beberapa teba gerak dipengaruhi oleh balutan busana tersebut, yang memberikan kesan feminim dan maskulin. Kain yang menjulur ke belakang di sela-sela kaki kanan dan kaki kiri, rambut panjang yang berjuntai ke bawah, oncer yang bergelayut di pinggang sebelah kanan dan sebelah kiri, memberikan kesan lemah gemulainya gerakan tari.  Langkah kaki untuk bisa berjalan napak dengan tempo yang pelan dan berjalan jinjit dengan tempo yang cepat sangat dipengaruhi oleh disain kain yang menjulur ke belakang sepanjang 1 meter yang melewati di antara kaki kanan dan kaki kiri.Tari ini menggambarkan percintaan sepasang kumbang yang sedang mengisap sari atau bunga. Sepasang penari putra dan putri merealisasikan tari ini dengan balutan busana yang indah dan gerakan-gerakan yang menarik. Kedinamisan gerak dari sepasang penari  ini juga bisa dilihat dari tempo yang dimainkan seperti cepat, sedang, dan lambat. Tari ini selalu tampil di hotel-hotel atau di beberapa tempat pariwisata yang ada di Bali untuk menghibur wisatawan dan wisatawati yang berkunjung ke Bali. Oleg Tamulilingan dance is one of Indonesian archipelago heritages, which originated in Bali Island in the 1950-s. The dance has been existing up to this present. The dancers wear alluring costumes and the costumes influence the dancers’ dance movement, either feminine or masculine movement. The cloth extending backward between right and left feet, long hair elongating downward, oncer slinging round the right and left waists, giving its suave dance movement. The footsteps to walk on sole in a slow tempo and on tiptoe in a quick tempo is really influenced by cloth design extending backward of 1 meter long between the right and left feet. This dance portrays a love romance between a couple of bees, which were sucking nectars. A couple of male and female dancers communicate this dance by their appealing costumes and movement. The dynamic movement of the dancers could also be noticed from its tempo. This dance is always performed in hotels and several tourism sites in Bali to entertain visitors to Bali.
TARI PENDET SEBAGAI TARI BALIH-BALIHAN ( Kajian Koreografi) (Pendet Dance as Welcome Dance Coreography Research) Astini, Siluh Made; Utina, Usrek Tani
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 2 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i2.789

Abstract

Tari Pendet merupakan salah satu jenis tari putri yang biasa ditarikan secaraberkelompok dan atau berpasangan, dengan menggunakan properti berupa bokor.Pendet termasuk jenis tarian Bali yang memiliki susunan gerak yang simpeL Padaawahiya tari Pendet tergolong ke dalam jenis tari Wali ( tarian sakral ), dengan cirikesederhanaa penggarapan koreografinya. Sifat kesederhanaan muncul padasusunan gerak yang selalu berjalan beriringan dengan penggunaan ruang danwaktu serta tata rias dan busana. Terjadinya perubahan koreografi tari Pendetdisebabkan pula oleh adanya penyesuaian terhadap kepentingan pemenuhankebutuhan akan hiburan, hal ini menuntut seniman Bali untuk dapat kerkreasi padatataran yang lebih tinggi, sesuai dengan perubahan fungsinya dari tari Wali( sakral) menjadi tari balih-balihan (tarian hiburan atau tarian ucapan selamatdatang).Kata Kunci: Tari Pendet, koreografi, Tari Balih-balihan
MAKNA DALAM BUSANA DRAMATARI ARJA DI BALI (Meaning in the Arja Dance Drama Costume in Bali) Astini, Siluh Made
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v2i2.849

Abstract

Busana yang dikenakan oleh penari atau yangs ering disebut denganbusana tari, disamping mempunyai maksud untuk membungkus badanpenari juga dimaknai lain oleh pengamat atau penonton lewat tanda-tandayang ada pada busana tersebut. Adapun tanda-tanda yang terlihat sepertiwarna, disain, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkanantara satu dengan yang lainnya dalam busana tari. Warna dapatmemberikan kesan khususkepada penon ton dalam membedakan keraslembutnya masing-masing peran. Disain, disamping dapat membedakanperan putra dan putri, juga dapat dipersepsikan sebagai tanda daribeberapa organ-organ tubuh manusia. Berbagai macam motif atau ragamhias yang dikenakan pada manusia memberi kesan yang sangat dinamispada kesenian Bali khususnya pada Dramatari Arja.Kata Kunci : Semiotik, warna, desain, ragam hias.
SIMBOL BARONG DALAM KEHIDUPAN SOSIAL­RELIGIUS UMAT HINDU DI BALI (The Barng Simbol in Sosial­Religius Life of Hindunist in Bali) Astini, Siluh Made
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 2 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i2.713

Abstract

Di Bali ada beberapa kesenian yang meanrik untuk diamati, lebih ­lbih p[ada seni pertunjukanya. Barong adalah salah satu seni pertunjukan yang sangat digemari oleh masyarakat Bali sendiri, turis­turis domestik, maupun turis­turis mancanegara yang datang ke Pulau Dewata.  Barong yang dipertunjukkan di tempat profan yang fungsinya hanya untuk menghibur para tamu merupakan barong yang tidak sakral. Barong yang disakralkan adalah barong yang dianggap sebagai pelindung masyarakat karena barong sendiri dianggap mempunyai kekuatan gaib yang terletak pada mata dan anggotanya. sakral tidaknya beberapa barong di Bali, tergantung dari proses pembuatannya. Di samping itu umumnya barong­barong yang telah disakralkan tempatnya selalu berada di tempat suci umat Hindu. Barong­barong yang ada di Bali banyak sekali bentuk dan jenisnya, diantaranya barong macan, barong bangkal, baron landung, danlain sebagainya.Kata Kunci :  Simbol Barong, Jenis­jenis Barong, dan Proses  Pembuatannya
PENGARUH BUSANA TERHADAP GERAKAN TARI OLEG TAMULILINGAN Astini, Siluh Made
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 13, No 1 (2013): June 2013
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v13i1.2536

Abstract

Tari Oleg Tamulilingan merupakan  salah satu warisan nusantara yang muncul di pulau Bali pada tahun 1950-an. Tari ini eksis sampai sekarang karena balutan busananya yang menarik sehingga beberapa teba gerak dipengaruhi oleh balutan busana tersebut, yang memberikan kesan feminim dan maskulin. Kain yang menjulur ke belakang di sela-sela kaki kanan dan kaki kiri, rambut panjang yang berjuntai ke bawah, oncer yang bergelayut di pinggang sebelah kanan dan sebelah kiri, memberikan kesan lemah gemulainya gerakan tari.  Langkah kaki untuk bisa berjalan napak dengan tempo yang pelan dan berjalan jinjit dengan tempo yang cepat sangat dipengaruhi oleh disain kain yang menjulur ke belakang sepanjang 1 meter yang melewati di antara kaki kanan dan kaki kiri.Tari ini menggambarkan percintaan sepasang kumbang yang sedang mengisap sari atau bunga. Sepasang penari putra dan putri merealisasikan tari ini dengan balutan busana yang indah dan gerakan-gerakan yang menarik. Kedinamisan gerak dari sepasang penari  ini juga bisa dilihat dari tempo yang dimainkan seperti cepat, sedang, dan lambat. Tari ini selalu tampil di hotel-hotel atau di beberapa tempat pariwisata yang ada di Bali untuk menghibur wisatawan dan wisatawati yang berkunjung ke Bali. Oleg Tamulilingan dance is one of Indonesian archipelago heritages, which originated in Bali Island in the 1950-s. The dance has been existing up to this present. The dancers wear alluring costumes and the costumes influence the dancers’ dance movement, either feminine or masculine movement. The cloth extending backward between right and left feet, long hair elongating downward, oncer slinging round the right and left waists, giving its suave dance movement. The footsteps to walk on sole in a slow tempo and on tiptoe in a quick tempo is really influenced by cloth design extending backward of 1 meter long between the right and left feet. This dance portrays a love romance between a couple of bees, which were sucking nectars. A couple of male and female dancers communicate this dance by their appealing costumes and movement. The dynamic movement of the dancers could also be noticed from its tempo. This dance is always performed in hotels and several tourism sites in Bali to entertain visitors to Bali.
Tari Kreasi Cangak Congak Liza Anggara Dewi, Ni Made; Astini, Siluh Made; Mawan, I Gede
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 6 No 1 (2020): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cerita Tantri berbingkai dongeng adalah cerita yang kaya akan nilai pendidikan moral. Salah satunya Pedanda Baka atau burung cangak yang tamak yang merupakan sumber ide dari penciptaan tari kreasi, dengan tujuan menampilkan sebuah tari yang juga kaya akan nilai pendidikan. Menggunakan metode penciptaan seni yang terdiri atas eksplorasi, improvisasi dan pembentukan. Tahapan penciptaan seni tari, digunakan untuk membantu menjabarkan secara detail tentang proses kreatif pada penciptaan Tari Kreasi Cangak Congak yang dibawakan oleh 3 orang penari putri dengan mengambil karakter putri keras. Tari kreasi cangak congak ini diiringi oleh gamelan Semarpegulingan, karena mampu memberikan suasana dan aksentuasi gerak seekor burung cangak yang berkarakter tenang dan bijaksana. Struktur tari ini terdiri dari empat bagian, yaitu: Bagian pepeson menggambarkan gerak gerik burung cangak. Bagian pengawak menggambarkan suasana di kolam dengan menampilkan karakter burung cangak yang berpura-pura menjadi seorang yang bijaksana dan karakter ikan penghuni kolam yang terpedaya. Bagian pengecet menggambarkan burung cangak memangsa mangsanya dengan cara dibawa terbang satu persatu. Bagian pekaad menggambarkan kepiting yang dari awal tidak percaya kepada kebaikan burung cangak dibawa terbang oleh burung cangak ke atas bukit, akan tetapi ia melihat tulang belulang dari kejauhan sehingga membuat kepiting marah dan berakhir burung cangak mati. Penyajian dari Tari Cangak Congak ini didukung oleh media penunjang seperti, tata rias panggung dan busana, musik pengiring tari, panggung dan tata lampu.