Claim Missing Document
Check
Articles

Tari Kreasi Cangak Congak Liza Anggara Dewi, Ni Made; Astini, Siluh Made; Mawan, I Gede
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 6 No 1 (2020): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cerita Tantri berbingkai dongeng adalah cerita yang kaya akan nilai pendidikan moral. Salah satunya Pedanda Baka atau burung cangak yang tamak yang merupakan sumber ide dari penciptaan tari kreasi, dengan tujuan menampilkan sebuah tari yang juga kaya akan nilai pendidikan. Menggunakan metode penciptaan seni yang terdiri atas eksplorasi, improvisasi dan pembentukan. Tahapan penciptaan seni tari, digunakan untuk membantu menjabarkan secara detail tentang proses kreatif pada penciptaan Tari Kreasi Cangak Congak yang dibawakan oleh 3 orang penari putri dengan mengambil karakter putri keras. Tari kreasi cangak congak ini diiringi oleh gamelan Semarpegulingan, karena mampu memberikan suasana dan aksentuasi gerak seekor burung cangak yang berkarakter tenang dan bijaksana. Struktur tari ini terdiri dari empat bagian, yaitu: Bagian pepeson menggambarkan gerak gerik burung cangak. Bagian pengawak menggambarkan suasana di kolam dengan menampilkan karakter burung cangak yang berpura-pura menjadi seorang yang bijaksana dan karakter ikan penghuni kolam yang terpedaya. Bagian pengecet menggambarkan burung cangak memangsa mangsanya dengan cara dibawa terbang satu persatu. Bagian pekaad menggambarkan kepiting yang dari awal tidak percaya kepada kebaikan burung cangak dibawa terbang oleh burung cangak ke atas bukit, akan tetapi ia melihat tulang belulang dari kejauhan sehingga membuat kepiting marah dan berakhir burung cangak mati. Penyajian dari Tari Cangak Congak ini didukung oleh media penunjang seperti, tata rias panggung dan busana, musik pengiring tari, panggung dan tata lampu.
Pembelajaran Tari Bapang Saba Pada Masa Pandemi Covid-19 Melalui Kegiatan KKN ISI Denpasar di Desa Saba,Blahbatuh, Gianyar I Gede Mawan; Gusti Ayu Ary Ratna
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 8 No. 2 (2020): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.97 KB) | DOI: 10.31091/sw.v8i2.1176

Abstract

Pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunia memberikan dampak yang luar biasa terhadap kehidupan masyarakat tak terkecuali di Bali. Kegiatan ekonomi, sosial, pemerintahan, bahkan dunia pendidikan pun menjadi terhambat dan lumpuh karenanya. Dalam sektor pendidikan, kegiatan perkuliahan yang biasanya dilakukan secara tatap muka mau tidak mau harus disiasati dengan berbagai cara. Salah satu yang bisa dilaksanakan adalah dengan sistem daring (dalam jaringan), baik melalui video confren, google class room, washap grup, zoom meeting, dan lain sebagainya. Walaupun dalam masa pandemi perkuliahan harus tetap dilaksanakan, termasuk Kuliah Kerja Nyata. Namun pelaksanaannya harus mengacu pada aturan yang berlaku termasuk pemberlakuan protokol kesehatan yang sangat ketat. Pembagian kelompok Kuliah Kerja Nyata ini disesuaikan dengan daerah asal atau daerah tempat tinggal mahsiswa. Tujuannya untuk menghindari mobilisasi massa yang terlalu banyak juga untuk bisa memutus rantai penyebaran covid-19. Walaupun pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata ini bimbingannya dilaksanakan secara daring, namun pelaksanaannya bisa dianggap sukses walaupun tidak sempurna sekali. Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata dalam masa pandemi ini dilaksanakan selama satu bulan penuh mulai dari tanggal 1Agustus sampai dengan tanggan 31 Agustus 2020. Salah satu program kegiatan yang berhasil ditelorkan oleh mahasiswa peserta KKN ini adalah pelatihan tari Legong Bapang Saba yang dilaksanakan di desa Saba, Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar oleh mahsiswa program studi Pendidikan Seni Pertunjukan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan selama satu bulan penuh dengan protokol kesehatan yang ketat yaitu wajib pakai masker, cuci tangan sesering mungkin dan selalu jaga jarak. Kegiatan ini bisa dianggap berhasil melakukan pelatihan dan pembinaan walaupun pada masa-masa sulit seperti sekarang ini. Kegiatan ini bisa dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan di masa-masa mendatang terutama pada masa pandemi seperti sekarang ini.
Pelatihan Tari Rejang Shanti Banjar Desaanyar, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali Ni Wayan Suartini; I Ketut Sariada; I Gede Mawan
Segara Widya : Jurnal Penelitian Seni Vol. 10 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (597.911 KB) | DOI: 10.31091/sw.v10i1.1934

Abstract

PKM Pelatihan Tari Rejang Shanti ini bertujuan untuk memberikan pelatihan tari Rejang Shanti dalam mengiringi upacara piodalan di Banjar Desaanyar, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Keunikan Tari Rejang Shanti terletak pada gerak tarinya yang terinspirasi dari gerak papendetan yang ada di Banjar Desaaanyar. Analisis situasi di lapangan menunnjukkan belum ada tari ritual upacara piodalan seperti Tari Rejang di Pura tersebut. Selain itu tabuh pengiring juga belum dimiliki. Solusinya memberikan pelatihan tari dan tabuh Rejang Shanti kepada masyarakat Banjar Desaanyar, lokasi pelatihannya di Sanggar Seni Shanti Werdhi Gita Banjar Desaanyar. Metode pelaksanaannya dengan ceramah, demonstrasi, dan pendampingan dalam pelatihan. Selain memberikan pelatihan, peserta pelatihan juga diberikan tentang wawasan, filosofi, serta nilai-nilai luhur yang terkandung didalam tarian Rejang Shanti, sehingga dapat mengetahui makna dari tarian tersebut. Sehinga hasil dari pelatihan ini adalah tari Rejang Shanti dan tabuh Rejang Shanti. Dengan penanaman nilai-nilai lewat Tari Rejang Shanti maka masyarakat banjar Desaanyar dapat melestarikan Tari Rejang Shanti serta menjadi identitas bagi masyarakat banjar Desaanyar. Tari Rejang Shanti dilatih oleh tim pelaksana pelatihan merupakan pengajar tari Bali dan Karawitan dari Institut Seni Indonesia Denpasar, dibantu dua mahasiswa jurusan Tari.
Artikel Karawitan Composition Jujug Luang | Komposisi Karawitan Jujug Luang I Putu Oka Rudiana; Ni Ketut Suryatini; I Gede Mawan
GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan Vol 2 No 1 (2022): Maret
Publisher : Pusat Penerbitan LPPMPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of the work of Jujug Luang is to be able to become a motivation in a process of creating a musical compositional work of art that can inspire in terms of art as well as being a medium for taste and aesthetic processing in a process of creating musical works of art. This work was motivated by the stylist's desire to transform the procession of melasti, tawur, nyepi and ngembak geni ceremonies into musicals by using the percussion compositions created by the gamelan semarandhana as a form of creating creative works of Balinese music through a process that requires skills and skills as well as motivation to bring about renewal of tradition. The stages of the process in this creative percussion are the exploration stage, the experimental stage (improvisation), the forming stage. This work uses a creative percussion structure including (1) Pengawit which describes the atmosphere of the melasti procession, (2) Gengenderan which describes melasti by actualizing the atmosphere of the waves, (3) Bapang describes the Tawur, and (4) pengcet describes the Ngembak Geni.
Introduction to "Liput Semara" Creative Composition | Pengantar Komposisi Kreasi “Liput Semara” I Putu Wahyu Mahendra Putra Wahyu; Ni Ketut Suryatini; I Gede Mawan
GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan Vol 1 No 4 (2021): Desember
Publisher : Pusat Penerbitan LPPMPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/jurnalsenikarawitan.v1i4.673

Abstract

Liput Semara's artwork was motivated by a love that the stylist had experienced. Where this love occurs because of a first meeting with a woman which causes mutual liking, to end in a romantic relationship and tie a promise of love that is never broken. The expression of love is used as the basic footing for the stylist to work on the composition of Liput Semara's musical composition. The definition of liput can be interpreted as a mood when carried away by a feeling, and semara which is taken from Hindu mythology as a symbol of love. From this composition, Liput Semara was inspired by the form of the stylist's love for a woman who the stylist once loved. Liput Semara's artwork is a traditional artwork by taking the form of creative compositions using the medium of the gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu. Regarding the structure, the stylist uses the Tri Angga structure which consists of Kawitan, Pengawak and Pengcet as the main structure. The stages of the process of this work go through a process of elaboration of stages, where the stages are taken from the concept of Bambang Sunarto in the book Methodology of Art Creation and Wayan Senen's book entitled Wayan Beratha – Gamelan Kebyar Reformer. So that from the elaboration it produces stages of reasoning, creation, menahin and ngelesin.
Arjuna Tapa: A new creation dance I Ketut Sariada; I Gede Oka Surya Negara; I Gede Mawan
Journal of Aesthetics, Creativity and Art Management Vol. 1 No. 2 (2022): Journal of Aesthetics, Creativity and Art Management
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (843.678 KB) | DOI: 10.31091/jacam.v1i2.1832

Abstract

: Arjuna Tapa New Creation Dance is a new creation inspired by Arjuna Tapa's story. It is about the sending of Arjuna by Yudhisthira to meditate to Mount Indrakila in the hope of obtaining a powerful weapon, which can be used in the face of a major war against the Kauravas. In the hermitage Arjuna received many temptations such as the temptation of a number of angels from heaven, the temptation of the big pig incarnate Momosimuka, and the temptation of the hunter Kirata. But all the temptations can be overcome properly and finally because of Arjuna's determination, Lord Shiva gave Pasupati's Arrow as a gift that would later be able to destroy his enemies. This dance is performed by seven male dancers, carrying arrows. These seven dancers in certain scenes will be divided into two characters, namely five male characters who play the five pandavas, namely Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, and Sahadewa. While the other two dancers play female characters as Dewi Kunti and Dewi Drupadi. The creation process went through the stages of exploration, experimentation, and formation. The structure of the work consists of four parts, namely pepeson, pengawak, pengecet, and pekaad. The dance moves refer to the line dance movements. This dance is accompanied by a gamelan gong that lasts 12 minutes. The message conveyed in Arjuna Tapa New Creative Dance is that a true warrior will succeed in doing his job well and smoothly if he can overcome all the obstacles and temptations he faces in achieving his goals.
Karawitan Composition of "Siwa Lingga" | Komposisi Karawitan “Siwa Lingga" I Made Dwi Permana; I Gede Mawan
GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan Vol 3 No 2 (2023): Juni
Publisher : Pusat Penerbitan LPPMPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/jurnalsenikarawitan.v3i2.1401

Abstract

  And Linga in Sanskrit means a sign, while in Balinese it is interpreted as Linggih, so the author can conclude that Shiva Linga is a place to worship, respect and seek Lord Shiva. The purpose of this work is to realize an idea, a concept that has been thought out and as a place to increase experience in the field of creating works of art, especially in the field of musical art. In realizing this work, it is done by adopting the method described by Alma M. Hawkins in his book Creating Through Dance, that the creation of a work of art is taken through three stages, namely, exploration, improvisation and formation.
TARI KREASI BARIS NADEWA I Gede Gunadi Putra; I Gede Mawan; I Bagus Wijna Bratanatyam
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 2 (2022): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tari kreasi Baris Nadewa merupakan tarian kreasi baru yang dalam penyajiannya dibawakan oleh dua orang penari pria membawa properti tombak yang kedua ujungnya berbentuk pedang dan diiringi instrumen gamelan Gong Kebyar. Tarian ini merepresentasikan kegagahan dan jiwa patriotisme Nakula dan Sahadewa bertempur di medan laga. Terciptanya tarian ini terinspirasi dari tokoh Nakula dan Sahadewa dalam cerita Mahabharata dan ide gerakannya berasal dari pengembangan gerak tari bebarisan yang sudah ada sebelumnya. Terciptanya tarian ini tiada lain karena merespon adanya paham-paham radikalisme yang mulai meracuni nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme para generasi muda pada khususnya, karena dapat memecah persatuan bangsa. Dengan disajikan melalui gerak yang dinamis dan tegas, secara tidak langsung penciptaan karya tarian ini ingin menyampaikan pesan pentingnya menumbuhkan sikap patriotisme, seperti pemberani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif guna mengetahui elemen estetis dan makna dari bentuk penyajian tari kreasi Baris Nadewa.
PEMBELAJARAN INSTRUMEN MUSIK TRADISIONAL TALO BALAK DI SMP NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG Klara Ella Yunia Wati; I Gede Mawan; Agustinus Sani Aryanto
PENSI : Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Vol 3 No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/pensi.v3i2.1449

Abstract

Talo Balak adalah komposisi suara dari keseluruhan rangkaian alat musik dalam skala besar. Namun, sebutan untuk masyarakat Saibatin adalah Gamolan Balak. Penyebutannya berbeda dikarenakan pada masyarakat Saibatin khususnya di daerah Skalabrak dibagi menjadi dua jenis kategori yaitu, Gamolan Balak dan Gamolan Pekhing. Gamolan Pekhing ialah alat musik Lampung yang terbuat dari bambu. Musik Talo Balak di SMP Negeri 1 Kotagajah Lampung menjadi bahan ajar kegiatan belajar intrakulikuler dan ekstrakulikuler sejak Tahun 2013. Adapum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana karakteristik instrumen musik tradisional Talo Balak di SMP Negeri 1 Kotagajah?, 2) Bagaimana proses pembelajaran dan hasil belajar terhadap instrumen musik tradisional Talo Balak menggunakan model pembelajaran discovery learning di SMP Negeri 1 Kotagajah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang pembelajaran musik Talo Balak, karakteristik musik Talo Balak serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran musik Talo Balak di SMP Negeri 1 Kotagajah. Landasan teori dalam penelitian ini adalah teori teori belajar, teori pratikum, teori model belajar discovery learnig, dan teori estetika. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode ceramah, demostrasi, metode discovery learning dan metode tanya-jawab. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi lapangan, wawancara, studi kepustakaan, dokumentasi dan participant observation. Peneliti menganalisis data yang telah dikumpulkan melalui hasil pengamatan yang didapatkan secara langsung di lapangan dengan cara mendeskripsikannya agar lebih memudahkan untuk menguraikan proses tercapainya tujuan pembelajaran. Analisis data menggunakan 1) Reduksi data, 2) Penyajian data, 3) Penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan (1) Karakteristik musik tradisional Talo Balak, terdiri dari sejarah Talo Balak, instrumen musik Talo Balak, nama-nama Tabuhan dan fungsi alat musik Talo Balak (2) Proses dan hasil pembelajaran instrumen musik tradisional Talo Balak menggunakan empat tahapan yaitu tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap latihan, dan tahap penampilan (3) Faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran musik Talo Balak antara lain sesuai dengan apa yang peniliti amati seperti sarana dan prasana yang kurang layak. Berikut simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran musik tradisional Talo Balak bertujuan untuk meningkatkan minat dan bakat siswa di bidang seni budaya khususnya seni musik tradisional Talo Balak dimana peserta didik dapat memantapkan kemampuannya dalam bermain musik dan juga dapat membagun karakter peserta didik agar menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti yang luhur serta mempertahankan warisan budaya di zaman modern seperti saat ini.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING BERORIENTASI TRI HITA KARANA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN SENI RUPA KELAS XI I Putu Wahyu Widiana; I Gede Mawan; I Wayan Diana Putra
PENSI : Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Vol 3 No 1 (2023): Pensi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni - Juni 2023
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/pensi.v3i1.2166

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kreativitas dan inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran seni budaya materi seni rupa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang inovatif guna meningkatkan kreativitas siswa. Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning yang berorintasi pada salah satu kearifan lokal bali yakni Tri Hita Karana. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran seni rupa serta memberikan pembelajaran yang lebih bermakna.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan yang digunakan selama dilaksanakannya penelitian ini adalah pendekatan saintifik. Kajian sumber penelitian ini dengan menggunakan beberapa buku dan jurnal, sedangkan teori yang digunakan adalah teori belajar, dan teori estetika. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Project Based Learmning Berorientasi Tri Hita Karana yaitu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar serta memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik karna siswa belajar menciptakan karya atau produknya sendiri sesuai dengan ide-ide yang dimiliki sehingga nantinya berpengaruh pada peningkatan kreativitas siswa. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pekutatan. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran selama kegiatan penelitian ini adalah metode diskusi kelompok, penugasan serta demonstrasi. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket/kuesioner kreativitas siswa. Berdasarkan hasil angket/kuesioner yang diisi oleh siswa menunjukkan hasil bahwa nilai rata-rata sebesar 4.6 disesuikan dengan kategori Penilaian Acuan Ideal Teoritik (PAIT) berada pada kategori “sangat tinggi” sehingga model pembelajaran Project Based Learning berorientasi Tri Hita Karana dapat meningkatkan kreativitas siswa.