Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KESANTUNAN BAHASA PEREMPUAN PADA NOVEL TEMPURUNG KARYA OKA RUSMINI Astrini Utami, Ni Nyoman; Simpen, I Wayan; Gde Sosiowati, I Gusti Ayu
JOURNAL OF LANGUAGE AND TRANSLATION STUDIES Vol 2 No 1 (2016) Maret 2016
Publisher : S2 Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.705 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan dari prinsip kesantunan oleh tokoh perempuan pada novel Tempurung karya Oka Rusmini dan mencari faktor-faktor yang mendorong tokoh perempuan untuk melanggar serta menaati prinsip kesantunan. Tempurung merupakan novel yang didominasi dengan tokoh perempuan dan dengan latar belakang kebudayaan Bali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik catat.Data yang sudah dikumpulkan dianalisis menggunakan metode padan. Penyajian hasil analisis menggunakan metode informal. Hasil menunjukkan bahwa terdapat pelanggaran dan penaatan pada maksim permufakatan, maksim kesimpatisan, maksim penerimaan, maksim kesederhanaan, maksim kebijaksanaan, dan maksim kedermawanan. Faktor-faktor yang mendorong pelanggaran prinsip kesantunan yaitu, keinginan untuk meminimalisir pilihan dari penutur untuk petutur, menuturkan tuturan secara langsung, jarak sosial, dan memberikan kerugian pada orang lain. Sementara faktor-faktor yang mendorong untuk menaati prinsip kesantunan yaitu, menambahkan keuntungan, keinginan untuk memberikan penghargaan, meminimalisasi penghargaan untuk diri sendiri, dan menghargai keputusan orang lain atau petutur. ABSTRACTThis study isaimed at determining the application of the politeness principle by female characters in the novel Tempurung by Oka Rusmini and finding the factors that encourage female characters to violate and apply the principal politeness. Tempurung is a novel dominated by female characters with the background of the culture of Bali.This study used qualitative approach. Observation method and note taking technique were used in collecting data, while the identity method was conducted to analyze the data. The result of data is presented by using informal method. The results showed that there were violations and compliance of tact maxim, generosity maxim, approbation maxim, modesty maxim, agreement maxim, and sympathy maxim. Factors that encourage the violation of the politeness principle are the desire to minimize the other’s or addresses’s option, the direct speech, social distance, and inflicting damage on the others. While factors that female characters obey the politeness principle are to maximize benefit to others, maximize appreciation to others, minimize appreciation to self, and respect the descisions of others.
ILLOCUTIONARY PERFORMATIVE UTTERANCE IN O’NEIL’S BEYOND THE HORIZON Ni Nyoman Astrini Utami
Humanis Volume 9. No. 1. Oktober 2014
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.314 KB)

Abstract

Judul studi ini adalah "Illocutionary Performative Utterance in O’neil’s Beyon the Horizon". Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa unit komunikasi linguistik adalah produksi simbol atau kata atau kalimat dalam kinerja bahasa , karena ketika pembicara berbicara sebuah bahasa , ia sedang melakukan tindak tutur yang mencakup semua tindakan dilakukan sesuai dengan aturan-aturan tertentu dalam komunikasi linguistik . Ada tiga poin yang dibahas dalam penelitian kualitatif ini meliputi jenis tindakan ilokusi yang ditemukan , klasifikasi ujaran performatif dan jenis ujaran tidak berterima dalam performatif ilokusi. Data penelitian ini dikumpulkan dari dialog-dialog drama yang berjudul Beyond the Horizon yang ditulis oleh dramawan Amerika Eugene O'Neill pada tahun 1920 . Hasil analisis pertama menunjukkan bahwa ada empat dari lima jenis tindakan ilokusi yang ditemukan, yaitu representatives, directives, commisives dan expressive, sedangkan declarative tidak ditemukan dalam sumber data . Analisis kedua tentang ujaran performatif menunjukkan bahwa ada dua jenis tuturan performatif ditemukan, yaitu eksplisit dan implicit performatif. Analisis terakhir menunjukkan bahwa ada dua dari tiga jenis ujaran performatif yang tidak berterima, yaitu misexecutions dan abuse, sementara misinvocations tidak ditemukan dalam sumber data.
ILLOCUTIONARY PERFORMATIVE UTTERANCE IN O’NEIL’S BEYOND THE HORIZON Ni Nyoman Astrini Utami
Humanis Volume 5. No. 1. Oktober 2013
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.314 KB)

Abstract

Judul studi ini adalah "Illocutionary Performative Utterance in O’neil’s Beyon the Horizon". Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa unit komunikasi linguistik adalah produksi simbol atau kata atau kalimat dalam kinerja bahasa , karena ketika pembicara berbicara sebuah bahasa , ia sedang melakukan tindak tutur yang mencakup semua tindakan dilakukan sesuai dengan aturan-aturan tertentu dalam komunikasi linguistik . Ada tiga poin yang dibahas dalam penelitian kualitatif ini meliputi jenis tindakan ilokusi yang ditemukan , klasifikasi ujaran performatif dan jenis ujaran tidak berterima dalam performatif ilokusi. Data penelitian ini dikumpulkan dari dialog-dialog drama yang berjudul Beyond the Horizon yang ditulis oleh dramawan Amerika Eugene O'Neill pada tahun 1920 . Hasil analisis pertama menunjukkan bahwa ada empat dari lima jenis tindakan ilokusi yang ditemukan, yaitu representatives, directives, commisives dan expressive, sedangkan declarative tidak ditemukan dalam sumber data. Analisis kedua tentang ujaran performatif menunjukkan bahwa ada dua jenis tuturan performatif ditemukan, yaitu eksplisit dan implicit performatif. Analisis terakhir menunjukkan bahwa ada dua dari tiga jenis ujaran performatif yang tidak berterima, yaitu misexecutions dan abuse, sementara misinvocations tidak ditemukan dalam sumber data.
Makna Tradisi Tampung Tawar Membangun Rumah Dalam Suku Dayak Ngaju Sibarani, Roy Andreo Admajaya; Ahad, Desi Natalia; Sanasintani; Ni Nyoman Astrini Utami
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 3 No 2 (2023): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54170/dp.v3i2.243

Abstract

This research aims to show the tradition of tampung tawar which is a custom/tradition carried out until now by the Ngaju Dayak tribe. This tradition has a meaning to soothe the owner of the new house and dwelling. Specifically, this research will bring together an understanding of the symbolic meaning of the actions of the Christian Dayak Ngaju community in the text of Genesis 1:1. The researcher used a descriptive qualitative method. Data was obtained specifically discussing the tradition of tampung tawar in building houses in the Christian Ngaju Dayak tribe, both from field data (observations and interviews), as well as from books, journals, or from encyclopedias or dictionaries. The results show that the tradition of tampung tawar and the symbols of some of the requirements and materials that must be followed and prepared to build a house provide a deep and meaningful meaning for those who build a house. Everything on this earth is God's creation. Everything He created is good, including the tampung tawar, the materials/symbols used. Symbols have a very important meaning in culture, because symbols are representatives of the world. This can be seen in the daily lives of individuals.
PENGUATAN KETERAMPILAN ANDRAGOGI PADA SATUAN PENDIDIKAN NON-FORMAL (SPNF) SEJENIS SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN PULANG PISAU Astrini Utami, Ni Nyoman; Bendelina Asalaka, Merry; Sulistyowati, Ratih; Andino Nugrahhu, Putra; Maria Sihombing, Octa; Sartica, Dwi; Jaya Adie Sitinjak, Amos; Albert Timotius, Frenky
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7, No 3 (2024): MARTABE : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v7i3.962-972

Abstract

Satuan Pendidikan Non-Formal (SPNF) Sejenis Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Pulang Pisau provides equality education programs for people who still need to complete their education successfully. An equal education program is essential for people whose education has stopped. The ages of people who have stopped attending school vary widely, from young to adults. The problem in the SPNF Sejenis SKB Kabupaten Pulang Pisau is the difficulty of conveying material to adult students. The knowledge and skills of tutors in teaching, especially adults, are essential. Based on this, it is necessary to carry out training to strengthen andragogy competencies for learning teachers. After strengthening and empowering, tutors are expected to be able to understand adult teaching, find adult learning strategies to be creative in teaching, and carry out teaching using the strategies that have been found. Based on the evaluation of activities that have been carried out, training to strengthen the andragogy competencies of learning teachers has had a positive impact. Teachers learn based on a theoretical understanding of adult teaching and can creatively make teaching materials and deliver material.