Maryam, Hj
Unknown Affiliation

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Idealisme dan Realisme Maryam, Hj
PILAR Vol 3, No 2 (2012): JURNAL PILAR, DESEMBER 2012
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perdebatan-perdebatan filosofis ini pada tahap tertentu telah memunculkan era baru bagi kalangan idealisme. Diawali oleh berkeley dalam dengan pandangan idealisme subjektifnya yang menekankan bahwa keberadaan ide harus bersandar pada akal. Kemudian idealisme ini dilanjutkan oleh kan dengan transenden idealisme yang melihat bahwa Ide adalah sesuatu pikiran yang transenden dalam diri kita. Dan pada tahap berikutnya Hegel berusaha melakukan sintesis terhadap dua kecenderungan antara subjektif dan objektif idealisme dan pada akhirnya memunculkan pandangan Absolut idealisme. Menurutnya realitas dunia adalah refleksi dari sebuah pikiran di mana segala sesuatu jenis bahkan pada ide dan maksud-maksud dari suatu akal yang mutlak. Mungkin pandangan ini seakan kembali pada idealisme ala Plato akan tetapi Hegel telah mengembangkannya pada taraf pemikiran tentang hakikat alam dalam realitas yang absolut sebagai sebuah ide. Menurutnya Ide adalah esensi dari alam dan alam adalah keseluruhan jiwa yang di objektifkan. Alam adalah akal yang mutlak yang mengekspresikan dirinya dalam bentuk luar.Kata kunci idealisme realisme metafisik
Sains di Masa Dinasti Umayya II di Spanyol (Andalusia) Maryam, Hj
PILAR Vol. 14 No. 1 (2023): JURNAL PILAR, JUNI 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/5sgpx305

Abstract

Penaklukan ke wilayah ini oleh Thariq bin Ziad pada tahun 710 M sepertinya tidak mendapat perlawanan yang berarti dari penguasa mereka karena secara politis kekuatan pemerintah mereka pada kondisi yang sangat lemah, di mana posisi  rakvatnya  sedang  bersebrangan dengan penguasanya. Sejak pertama kali berkembangnya kekuasaan dan kepemimpinan Islam di Spanyol , tampaknya  telah memainkan peranan yang sangat besar dalam membangun citra budaya dan peradaban kemanusiaan di wilayah ini.  Masa ini berlansung selama hampir delapan abad (711-1429)Kata Kunci: Andalusia, Dinasti Umayya, Sains
Harun Nasution: Ajaran Dasar dan Non Dasar (Qath'iy Dan Zhanny) Maryam, Hj
PILAR Vol. 3 No. 1 (2012): JURNAL PILAR PILAR, JUNI 2012
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/8k59xw16

Abstract

Bertolak dari realitas keberagaman umat beragama pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya, mendorong pemikir muslim Indonesia untuk melontarkan gagasan baru dalam memakai ajaran Islam secara utuh dan komprehensif. Salah satu gagasan tersebut adalah bahwa ajaran Islam yang sebenarnya terbagi dua kategori, yaitu ajaran dasar dan ajaran non dasar. Ajaran dasar inilah yang memiliki kebenaran absolut, sehingga tidak dapat berubah dengan terjadinya perubahan zaman, tempat, dan keadaan. Namun demikian, di samping ajaran dasar, ada ajaran non dasar yang nilai kebenarannya tidak mutlak atau tidak absolut, sehingga terbuka kemungkinan untuk berubah. Dalam penelaahan Alquran dan hadis sebagai sumber asli dan utama dari ajaran-ajaran Islam, kita akan sampai pada kesimpulan sebaliknya. Maka Harun Nasution termasuk tokoh mu'tazilah di Indonesia yang menempatkan akal sebagai sarana untuk memahami Wahyu.Kata kunci: Harun Nasution, ajaran Islam, Qathi dan Zanni
Islam dan Nasionalisme: Kontribusi Sejarah Islam terhadap Identitas Bangsa Indonesia Maryam, Hj
PILAR Vol. 15 No. 2 (2024): JURNAL PILAR, DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/ey5je987

Abstract

Islam memiliki peran sentral dalam proses pembentukan identitas bangsa Indonesia, khususnya dalam kaitannya dengan lahirnya nasionalisme modern. Sejak kedatangannya ke Nusantara pada abad ke-13, Islam tidak hanya menjadi fondasi spiritual masyarakat, tetapi juga membentuk kesadaran sosial dan politik yang menekankan nilai persatuan, keadilan, serta solidaritas. Ulama, cendekiawan, dan organisasi Islam berkontribusi besar dalam memobilisasi rakyat untuk melawan kolonialisme, sekaligus menanamkan semangat kebangsaan. Peran tokoh-tokoh seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, dan HOS Tjokroaminoto menunjukkan bahwa Islam menjadi motor penggerak kesadaran nasional yang melampaui sekadar ikatan etnis atau kedaerahan. Selain itu, organisasi Islam seperti Sarekat Islam, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama berhasil menggabungkan nilai-nilai Islam dengan cita-cita kebangsaan melalui gerakan pendidikan, kesehatan, dan sosial-politik. Hal ini menjadikan Islam sebagai kekuatan integratif yang mampu menyatukan masyarakat dengan latar belakang beragam. Lebih jauh, dalam proses perumusan dasar negara, Islam berperan signifikan dalam menciptakan konsensus kebangsaan yang melahirkan Pancasila sebagai fondasi bersama. Dengan menggunakan pendekatan historis-analitis, artikel ini menegaskan bahwa hubungan Islam dan nasionalisme di Indonesia bersifat harmonis dan saling menopang. Islam bukanlah kekuatan yang bertentangan dengan nasionalisme, melainkan memberikan legitimasi moral, ideologis, dan sosial bagi terbentuknya bangsa Indonesia. Pemahaman terhadap kontribusi sejarah Islam dalam pembentukan nasionalisme penting untuk memperkuat identitas kebangsaan, sekaligus menjadi landasan pendidikan bagi generasi muda agar mampu menghargai warisan sejarah yang mempertemukan nilai religius dengan cita-cita kebangsaan.
RIBA DAN BUNGA BANK DALAM ISLAM Maryam, Hj
PILAR Vol. 1 No. 2 (2010): JURNAL PILAR, DESEMBER 2010
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/6cdy8f88

Abstract

Riba merupakan sebuah transaksi yang intinya mengarah kepada terjadinya keelebihan atau penambahan dari modal awal atau harga pokok barang tanpa disertai imbalan. Baik itu dalam bentuk utang piutang maupun jual beli. Posisi bunga dalan Islam masih menjadi polemik yang kuat antara ulama kontemporer. Hal ini ada hubungan dan perbedaan mereka dalam melihat atau menggunakan illiat yang menilai status bunga Bank tersebut. Oleh karena itu, dalam melihat masalah dalam bunga bank, perlu dikembalikan kepada person atau negara masing-masing. Karena ini adalah masalah ijtihad yang jelas dalan setiap melakukan muamalah dalam hidup kita harus berjalan dalam prinsip dasar dan etika ekonomi Islam, agar apapun yang kita lakukan senantiasa sejalan dengan semangat dan tujuan syari’at.Kata kunci: Riba; bunga bank; Syariat Islam
Peran Guru Dan Pembina Pondok Pesantren Nurul Yaqin Dalam Menanamkan Nilai Keislaman Santri Di Madrasah Aliyah No 1 Atapange Kabupaten Wajo Maryam, Hj; Usman, Usman
PILAR Vol. 12 No. 1 (2021): JURNAL PILAR, JUNI 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/qb93an82

Abstract

Tujuan dalam penelitian untuk mengetahui peran guru dan pembina dalam menanamkan nilai keislaman santri di Madrasah Aliyah No. 1 Atapange Kab Wajo, untuk mengetahui faktor penghamabat dan pendukung guru dan pembina dalam menanamkan nilai keislaman santri di Madrasah Aliyah No. 1 Atapange Kab Wajo, dan untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru dan pembina dalam menanamkan nilai keilaman santri di Madrasah Aliyah No. 1 Atapange Kab Wajo. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian yaitu: 1) Peran guru dan pembina dalam menanamkan nilai keislaman santri. Peran guru memberikan contoh yang baik atau akhlak yang mulia, serta senantiasa memberikan motivasi, dan bekerja sama dengan orang tua santri. Peran pembina yakni santri yang tinggal di asrama mendapatkan pembelajaran tambahan dan berbagai kegiatan-kegiatan keislaman, serta keberadaan pembina sebagai orang tua ke dua dalam menanamkan nilai keislaman santri. 2) Faktor pendukung dan penghambat guru dan pembina dalam menanamkan nilai keislaman santri di Madrasah Aliyah No. 1 Atapange Kab Wajo Faktor pendukung yaitu dengan adanya ilmu tekhnologi, dorongan dari dewan guru dan fasilitas madrasah. santri untuk senantiasa menanamkan nilai keislaman, faktor penghambat guru adalah pengaruh negative dari luar lingkungan sekolah yakni faktor keluarga, faktor lingkungan dan faktor masyarakat. faktor pendukung pembina adalah Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor penghambat pembina yaitu kurangnya kerja sama antar orang tua santri dengan pembina, kurangnya semangat bekerja dan motivasi belajar. 3) Upaya guru dalam menanamkan nilai keislaman santri yaitu pembiasaan, metode ceramah, pemberian motivasi, sedangkan upaya pembina dalam menanamkan nilai keislaman santri yaitu menanamkan nilai keislaman melalui keteladanan, memberikan motivasi, bekerja sama dengan masyarakat.Kata Kunci: Guru; Pembina; Menanamkan Nilai Keislaman
Idealisme dan Realisme Maryam, Hj
PILAR Vol. 3 No. 2 (2012): JURNAL PILAR, DESEMBER 2012
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/sc5z2229

Abstract

Perdebatan-perdebatan filosofis ini pada tahap tertentu telah memunculkan era baru bagi kalangan idealisme. Diawali oleh berkeley dalam dengan pandangan idealisme subjektifnya yang menekankan bahwa keberadaan ide harus bersandar pada akal. Kemudian idealisme ini dilanjutkan oleh kan dengan transenden idealisme yang melihat bahwa Ide adalah sesuatu pikiran yang transenden dalam diri kita. Dan pada tahap berikutnya Hegel berusaha melakukan sintesis terhadap dua kecenderungan antara subjektif dan objektif idealisme dan pada akhirnya memunculkan pandangan Absolut idealisme. Menurutnya realitas dunia adalah refleksi dari sebuah pikiran di mana segala sesuatu jenis bahkan pada ide dan maksud-maksud dari suatu akal yang mutlak. Mungkin pandangan ini seakan kembali pada idealisme ala Plato akan tetapi Hegel telah mengembangkannya pada taraf pemikiran tentang hakikat alam dalam realitas yang absolut sebagai sebuah ide. Menurutnya Ide adalah esensi dari alam dan alam adalah keseluruhan jiwa yang di objektifkan. Alam adalah akal yang mutlak yang mengekspresikan dirinya dalam bentuk luar.Kata kunci idealisme realisme metafisik
PANDANGAN GURU TENTANG SAINS DAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Maryam, Hj
AL-URWATUL WUTSQA: Kajian Pendidikan Islam Vol. 1 No. 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini menelaah sebuah studi yang mengeksplorasi pandangan guru tentang agama dan sains dalam konteks Islam. Penelitian ini menyoroti pertimbangan ontologis dan epistemologis dari cara-cara di mana para guru sains memahami hubungan pelajaran sain dengan mengacu pada kandungan dalam Al-Qur'an yang membahas tentang sains dan ilmu pengetahuan. Studi ini dibangun di atas skema kategorisasi melalui pengumpulan dan analisis data dan untuk mendapatkan interpretasi para guru sains. Teori multigrounded dan kerangka analitis Roth dan Alexander digunakan untuk menafsirkan bagaimana guru mengakomodasi hubungan antara sains dan agama dalam kepercayaan mereka. Temuan menunjukkan bahwa pandangan narasumber tentang hubungan antara sains dan Islam, menegaskan bahwa keyakinan guru pada pemikiran mereka mengenai sains dan Islam. Para guru tidak menganggap tidak ada kontradiksi dalam sains dan Islam. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keyakinan agama Islam secara pribadi para guru menunjukkan keselarasan yang baik Kata Kunci: Sains; Alquran; Agama Islam
PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI AGAMA ISLAM Maryam, Hj
AL-URWATUL WUTSQA: Kajian Pendidikan Islam Vol. 1 No. 2 (2021): DESEMBER 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan merupakan proses pembentukan manusia secara utuh, baik dari segi jiwa, raga dan spiritual, yang dimaksudkan untuk meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Pendidikan merupakan suatu yang integral dari kehidupan di mana tujuannya adalah memelihara dan membentuk latihan, jadi pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. realitas yang sering temukan ditengah masyarakat baik dari berita-berita yang kita lihat, baik dari televisi maupun surat kabar telah banyak terjadi pergeseran-pergeseran moral seperti kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anak sehingga berdampak pada hilangnya nilai–nilai sepiritual ini mengakibatkan dekadensi moral dan berdampak pada perilaku amoral seperti tidak tau adab sopan santun,tawuran, geng, dan mengarah pada inkondisitas. Hal ini terjadi karena kurangnya pembinaan orangtua terhadap anak. Pendidikan karakter hanya akan menjadi sekadar wacana jika tidak dipahami secara lebih utuh dan menyeluruh dalam konteks pendidikan nasional kita. Bahkan, pendidikan karakter yang dipahami secara parsial dan tidak tepat sasaran justru malah bersifat kontraproduktif bagi pembentukan karakter anak didik. Pendekatan parsial yang tidak didasari pendekatan pedagogi yang kokoh alih-alih menanamkan nilai-nilai keutamaan dalam diri anak, malah menjerumuskan mereka pada perilaku kurang bermoral. Misi kependidikan yang dibawa oleh Al-Qur’an mencakup hakikat pendidikan yang universal dalam arti bahwa kegiatan pendidikan adalah merupakan proses yang abadi dejak keberadaan manusia di dalam dunia (Adam diteruskan pada momentum-momentum historis dalam kisah umat-umat terdahulu) sampai pada akhir zaman. Substansi pendidikan Islam yang dibawa oleh al-qur’an tidak mengalami perubahan, yakni merupakan suatu proses untuk memperteguh keyakinan manusia untuk menerima kebenaran Ilahi dan pengembangan potensi manusia untuk mengembangkan kebenaran tersebut. Secara metodologis dalam al-qur’an terdapat beberapa petunjuk yang bervariasi sesuai dengan tujuan, sasaran, ruang, dan waktu di mana proses pendidikan terjadi.Kata Kunci: Internalisasi Nilai Islam, Karakter Anak, Pendidikan Islam
PERKEMBANGAN KEDOKTERAN DALAM ISLAM Maryam, Hj
AL-URWATUL WUTSQA: Kajian Pendidikan Islam Vol. 2 No. 1 (2022): JUNI 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Studi kedokteran yang berkembang pesat di era modern ini merupakan puncak dari usaha jutaan manusia, baik yang dikenal maupun tidak, sejak ribuan tahun silam. Di zaman pertengahan, peradaban ada di tangan Islam, di mana ilmu pengetahuan mendapat perhatian penuh, tidak terkecuali ilmu kedokteran, ketika penerjemahan dilakukan secara besar-besaran. Konstribusi peradaban Islam dalam dunia kedokteran sungguh sangat ternilai. Di era keemasannya, peradaban Islam telah melahirkan sederet pemikir dan dokter terkemuka yang telah meletakkan dasar-dasar ilmu kedokteran modern. Dunia Islam juga tercatat sebagai peradaban pertama yang mempunyai rumah sakit dan dikelolah oleh tokoh-tokoh profesional. Masa awal perkembangannya, kedokteran Islam melalui tiga periode pasang surut. Periode pertma dimulai dengan gerakan penerjemahan literatur kedokteran dari Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab. Pengalihbahasaan literature medis meningkat drastis di bawah kekuasaan Khalifah Al-Ma’mun dari dinasti Abbasiyah di Baghdad. Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat. Sejumlah RS (RS) besar berdiri, yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru. Karena itu, kajian ini menelaah perkembangan dunia kedokteran di jaman kejayaan Islam sebagai dasar peletakan ilmu kedokteran modern hingga saat ini.Kata kunci: Kedokteran modern, Perkembangan kedokteran, Kejayaan Islam