Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Perbandingan Metode Pembuatan Beton Geopolymer Terhadap Sifat Mekanik dan Porositas Rizky Miftahul; Ketut Aswatama Wiswamitra; Dwi Nurtanto
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol. 8 No. 1 (2022)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/siklus.v8i1.9250

Abstract

Penggunaan semen sebagai bahan konstruksi dinilai kurang ramah lingkungan karena pada proses pembuatan semen menghasilkan karbon dioksida CO2. Untuk mengurangi pencemaran lingkungan maka dibutuhkan alternatif bahan pengganti semen yakni beton geopolymer. Beton geopolymer tersusun atas prekursor fly ash dan alkali aktivator (NaOH dan Na2SiO3). Selain prekursor dan alkali aktivator bahan campuran dalam beton geopolymer adalah zeolit. Geopolymer memiliki struktur yang mirip dengan zeolit. Penggunaan zeolit dapat mempercepat reaksi pengerasan beton dan meningkatkan kuat tekan. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan metode pembuatan beton geopolymer terhadap sifat mekanik dan porositas. prosedur yang digunakan adalah metode pembuatan langsung, metode pembuatan terpisah dan metode penuangan langsung. Hasil yang diperoleh kuat tekan dan kuat tarik belah beton geopolymer tertinggi pada metode pembuatan terpisah yakni 40,89 MPa untuk kuat tekan dan 3,30 MPa untuk kuat tarik belah beton, sedangkan pada metode pembuatan langsung diperoleh kuat tekan sebesar 37,76 MPa dan kuat tarik belah sebesar 3,18 MPa, lalu untuk metode penuangan langsung diperoleh kuat tekan sebesar 36,08 MPa dan kuat tarik belah sebesar 2,62 MPa. Selain itu pada pengujian porositas metode pembuatan terpisah memiliki persentase porositas terkecil yakni 9,37%, dan untuk metode pembuatan langsung dan penuangan langsung berturut-turut sebesar 10,73% dan 11,79%.
Pengaruh Variasi Bentuk Penampang Kolom Terhadap Perilaku Elemen Struktur Akibat Beban Gempa Krisnamurti Krisnamurti; Ketut Aswatama Wiswamitra; Willy Kriswardhana
Rekayasa Sipil Vol 7, No 1 (2013)
Publisher : Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (919.614 KB)

Abstract

Kolom berfungsi sebagai penerus beban–beban dari balok dan pelat ke tanah dasar melalui fondasi. Kolom berfungsi menahan beban aksial tekan dengan atau tanpa momen lentur. Kolom memegang peranan penting pada keutuhan struktur, apabila kolom mengalami kegagalan akan berakibat pada keruntuhan struktur bangunan atas gedung. Kolom persegi dan kolom persegi panjang lebih banyak digunakan daripada kolom lingkaran. Padahal, bentuk kolom lingkaran dipercaya mempunyai kekuatan menahan beban aksial yang lebih besar dibandingkan kolom persegi dan persegi panjang. Kolom bersengkang lingkaran juga terbukti mempunyai daktilitas yang lebih baik dibandingkan kolom persegi dan persegi panjang. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh bentuk penampang kolom terhadap keruntuhan struktur gedung perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kolom mana yang memberikan pengaruh terbaik dalam mencegah keruntuhan struktur gedung. Penelitian ini menggunakan model gedung dengan penampang kolom persegi, persegi panjang dan lingkaran. Beban gempa dihitung dengan menggunakan metode statik ekuivalen. Elemen struktur masing – masing gedung diperiksa kapasitasnya dan dilakukan pemeriksaan keruntuhan setelah ditambahkan beban gempa. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa balok pada struktur gedung dengan kolom persegi panjang lebih cepat runtuh daripada balok pada struktur gedung dengan kolom persegi dan lingkaran, baik pada keruntuhan lentur maupun keruntuhan geser. Kapasitas kolom lingkaran dalam menerima beban aksial lebih besar 11% daripada kolom persegi dan persegi panjang. Dari analisis kapasitas penampang didapatkan bahwa kolom persegi panjang dapat menahan momen arah X lebih baik daripada kolom persegi dan lingkaran, namun sebaliknya kolom persegi panjang lebih lemah dalam menerima momen arah Y daripada kolom persegi dan lingkaran. Kolom persegi dan lingkaran relatif stabil dalam menerima momen dari arah X maupun Y. 
Pengaruh Penambahan Viscosity Modifying Admixture Terhadap Sifat Mekanik Beton Geopolimer SCC Hudha Yuka Mahendra; Dwi Nurtanto; Ketut Aswatama Wiswamitra
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol. 7 No. 1 (2021)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/siklus.v7i1.5847

Abstract

Penggunaan semen yang tidak ramah lingkungan, dan buruknya karakteristik beton segar menjadi salah satu permasalahan pada beton. Beton geopolimer merupakan salah satu teknologi beton yang tidak menggunakan material semen, selain itu bahan tambah berupa viscosity modifying admixture menjadi salah satu solusi dalam menangani permasalahan karakteristik beton segar seperi bleeding, dan segregasi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai bagaimana pengaruh viscosity modifying admixture terhadap karakteristik beton segar dan sifat mekanik beton geopolimer SCC. Persentase VMA yang digunakan pada penelitian ini sebesar 0%, 0.2%, 0.25%, 0.3%, dan 0.35%. Pengujian karakteristik beton segar akan ditinjau berdasarkan nilai workability slump flow, T500, v-funnel, dan L-shaped box. Pengujian sifat mekanik beton terdiri dari pengujian kuat tekan umur 7 dan 28 hari serta kuat tarik belah umur 28 hari. Hasil pengujian workability beton geopolimer SCC yang menggunakan VMA menghasilkan nilai workability yang lebih rendah, sedangkan pada pengujian sifat mekanik dan analisis regresi quadratic didapatkan hasil bahwa VMA memiliki pengaruh terhadap sifat mekanik dengan sifat mekanik tertinggi terdapat pada persentase VMA sebesar 0.3%.
Sifat Mekanik Beton Ringan Menggunakan Geopolymer Dengan Styrofoam Sebagai Substitusi Agregat Kasar Dhita Agustin; Ketut Aswatama Wiswamitra; Dwi Nurtanto
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol. 8 No. 1 (2022)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/siklus.v8i1.9251

Abstract

Material styrofoam dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi beban mati pada struktur bangunan. Selain itu, penggunaan beton geopolymer dapat digunakan sebagai solusi untuk mengurangi penggunaan semen yang tidak ramah lingkungan karena proses produksi semen menghasilkan gas CO2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sifat mekanik beton ringan menggunakan geopolymer dengan styrofoam sebagai substitusi agregat kasar. Diameter yang digunakan pada penelitian yaitu 1-2 mm dan 3-5 mm, kemudian persentase styrofoam yang digunakan yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100%. Pengujian sifat mekanik beton teridi dari pengujian kuat tekan umur 28 hari dan kuat tarik belah umur 28 hari. Hasil yang diperoleh adalah berdasarkan perbandingan diameter styrofoam 1-2 mm memiliki kuat tekan dan kuat tarik belah lebih tinggi daripada diameter styrofoam 3-5 mm. Selain itu, kuat tekan dan kuat tarik belah mengalami penurunan seiring bertambahnya persentase styrofoam. Persentase yang sesuai dengan standar beton ringan struktural adalah 75% untuk diameter 1-2 mm dimana diperoleh kuat tekan dan kuat tarik belah berturut-turut 21,16 MPa dan 6,357 MPa. Selain itu, untuk diameter 3-5 diperoleh kuat tekan dan kuat tarik belah berturut-turut 21,72 MPa dan 4,124 MPa.
Perencanaan Ulang Struktur Gedung Dengan Kombinasi Shear Wall Dan Outrigger System Apartemen Grand Shamaya Surabaya Tower Aubrey Muhammad Amri Imaduddin Maghribi; Ketut A Wiswamitra; Jojok Widodo S
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol. 8 No. 2 (2022)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/siklus.v8i2.9903

Abstract

Grand Shamaya Apartment Building, 44 Floor Apartment, is one of the buildings using a dual system construction. The system includes shear walls and moment-bearing frames (columns and beams) that work side by side to support lateral to gravity loads (earthquake and wind loads). The maximum load shear wall or 75% of the lateral load (wind and earthquake), and the size of the shear wall required is relatively large because it must withstand shear forces and bending moments. More treatment is needed to overcome this problem, namely by modifying the building's structure and adding an outrigger system. The Outrigger System itself is a wall component that functions as a one-floor beam. From the preliminary design, the column design is 1300mm x 1850 mm; beam measuring 900mm x 600 mm; plate thickness of 200 mm; shear wall thickness of 450 mm and outrigger design measuring 600 mm x 2000 mm thick. Then install the Outrigger System with axis positions T1 N ', T1 M', T1 E ', and T1 D' on floors 40 and 44. After re-analysis using the outrigger system, the deviation between floors can show a smaller value than before the outrigger system was applied. P-Delta effect control shows that the P-Delta effect in two structural directions can be neglected or safe because the maximum stability value of the structure in the X and Y directions is less than 0.09091. The latter fulfills the drift control. This result is the maximum value among several models that have been executed.
Analisis Kinerja Struktur Gedung Bertingkat Menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) pada Pembangunan Rumah Susun Cakung Jakarta Timur Hesty Auliya Dewi; Erno Widayanto; Ketut Aswatama Wiswamitra
Rekayasa Sipil Vol. 17 No. 3 (2023): Rekayasa Sipil Vol. 17 No. 3
Publisher : Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rekayasasipil.2023.017.03.2

Abstract

Analysis of the structural performance of the Cakung house in East Jakarta aims to determine the behavior and performance of the building by using the Special Moment Bearing Frame system (SRPMK). Evaluation is carried out on the performance of the building structure by using a structural analysis aid program. And the lateral force capacity that the system can withstand is 1592432.05 Kgf in the X direction and 643948.61 Kgf in the Y direction. Where the pushover analysis using the ATC 40 method, the melting point occurred for the first time at a displacement of 23.57 cm in the X direction and 7.28 cm in the Y direction. And serious damage occurred at the displacement of 77.49 cm in the X direction and 94.84 in the Y direction. The analysis found that the drift ratio value of the maximum total deviation and the maximum inelastic deviation that occurs in the structure is less than 1%. So that the level of performance of the design is in the category of Immediate Occupancy (IO).
Perbandingan Nilai Simpangan Horizontal yang Menggunakan Bresing Tipe Diagonal dengan Inverted V dalam Menahan Gaya Lateral pada Studi Kasus Hotel Loji Kridanggo Boyolali Ratu Adila; Erno Widayanto; Ketut Aswatama Wiswamitra
Rekayasa Sipil Vol. 17 No. 3 (2023): Rekayasa Sipil Vol. 17 No. 3
Publisher : Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rekayasasipil.2023.017.03.3

Abstract

Application of a bracing skeletal system is an additional steel structure that can strengthen a column by transferring weights and force to the received column. The broad use of flensa steel bracing type v diagonally and inverted gradually on each floor. It is possible to determine the junction of the junction if the building is brewed and not braced. The junction to cross section of the building does not use bracing, which USES bracing type v diagonal and inverted is 0.385:0.321:0.294. Bracing inverted type v is more rigid and sturdy than bracing diagonal types shown by the deviation of horizontal bracing the inverted type v smallest and volume 12.5 percent greater than bracing the type diagonal.
Redesign of The Overpass Bridge Structure at Km 839+450 Toll Road Pasuruan-Probolinggo Using Parker Type Truss Bridge Ma'arif, Achmad Zakaria; Wiswamitra, Ketut Aswatama; Widayanto, Erno
BERKALA SAINSTEK Vol 11 No 4 (2023)
Publisher : Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/bst.v11i4.29763

Abstract

The Overpass Bridge Km 839+450 Pasuruan - Probolinggo Toll Road which is located in Leces District, Probolinggo Regency, East Java has a total span length of 144 meters with a Girder I bridge type. This bridge has 5 spans with 4 pillars. The writer want to redesign the bridge into 2 spans to increase the free space under the bridge overpass. The Parker truss bridge type was chosen because it has the lightest self-weight compared to other types of steel truss bridges. This parker type steel truss bridge is planned with a length of 72 m, a width of 12 m, and a height of 13 m. The bridge is designed for 1 lane which has 2 main lanes and 1 emergency lane. From the analysis carried out, the thickness of the vehicle floor plate is 20 cm with concrete fc 30 MPa and reinforcement Fy 410 MPa. The steel structure uses BJ 41 steel quality with profile dimensions on longitudinal girders WF 300.300.10.15, transverse girder profile dimensions using WF 700.300.13.24, main frame girder dimensions using WF 552.500.50.50 & WF 552.475.25.30, transverse wind ties using WF 294.200.8.12, as well as cross wind ties using the L 250.250.35. For the connection, high-strength bolts of type A325 with Fy 820 MPa are used with a diameter of 24 mm and a connection plate which is L 100.100.10, L 120.120.12, and a 25 mm thick plate. on the main frame connection. The placement of the bridge uses the placement of Typer Elastomeric Bearings coated with steel plates with dimensions of 600x600x150 mm. Steel truss bridge parker type has the advantage that the upperstructure's own weight is lighter than the existing bridge, the difference in weight reaches 33,07 %.
Comparison of Behavior of Reinforced Concrete Dual-system Structure (Frame-Shear Wall) and Steel Dual-system Structure (Frame- Special Plate Shear Wall) in High Rise Building (Case Study: IT Mandiri Bumi Slipi Building) Auliya Amir, Ahmad Yusron; Krisnamurti; Wiswamitra, Ketut Aswatama
Rekayasa Sipil Vol. 18 No. 3 (2024): Rekayasa Sipil Vol. 18 No. 3
Publisher : Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rekayasasipil.2024.018.03.13

Abstract

Indonesia is vulnerable to earthquakes due to its location on the “Ring of Fire,” recent research highlights the potential for megathrust earthquakes off the southern coasts of Java and Sumatra. Researching earthquake-resistant building structures' behavior is very important to obtain a more effective and efficient structure. Materials, structural types, and forces such as dead loads, live loads, and earthquake loads influence the structural behavior of high-rise buildings. IT Mandiri Bumi Slipi building, with a height of 149.6 m and 32 floors, exhibits structural irregularities vulnerable to earthquakes. High-rise buildings require earthquake-resistant systems, such as dual-system structures incorporating frames and shear walls. This study compares the behavior of reinforced concrete and steel structures (special plate shear walls) in a 32-story building, focusing on structural weight, beam bending moment, base shear force, and seismic displacement. The analysis used ETABS software and LRFD principles, with spectrum response analysis for seismic loads. Results showed that the reinforced concrete model had seismic base shear forces of 21578.87 kN in the X direction and 21577.91 kN in the Y direction, with drifts of 276.664 mm in the X direction and 141.33 mm in the Y direction, and the largest beam bending moment of 6713.27 kN-m. The steel model shows seismic base shear forces of 10927.52 kN in the X direction and 10929.99 kN in the Y direction, with drifts of 250.31 mm in the X direction and 119.33 mm in the Y direction, and the largest beam bending moment of 4221.82 kN-m. Steel structures are lighter and more effective at resisting seismic loads than concrete, with a weight of 257801.8 kN versus 508305.6 kN and smaller drift and shear force. These findings serve as a reference for innovation in earthquake-resistant construction of high-rise buildings.
ALTERNATIF DESAIN STRUKTUR GEDUNG MONUMEN DAN MUSEUM REOG PONOROGO DENGAN FRICTION PENDULUM SYSTEM Mustika Hari, Hanisya Indah; Wiswamitra, Ketut Aswatama; Widayanto, Erno; Krisnamurti; Nurtanto, Dwi
Jurnal Teknika Vol 17 No 1 (2025): MARET
Publisher : Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/jt.v17i1.1285

Abstract

Kabupaten Ponorogo, yang terletak di pantai selatan Jawa dan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan di selatan, sering mengalami gempa bumi karena berada dekat dengan zona aktif subduksi antar lempeng, ialah Lempeng Eurasia didorong ke utara oleh Lempeng Indo-Australia dengan kecepatan 50 hingga 70 mm/tahun. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko gempa di wilayah Ponorogo. Penelitian ini menekankan pengembangan sistem isolasi dasar FPS sebagai solusi efektif untuk mengurangi dampak gempa. FPS dipilih karena kemampuannya dalam mengurangi gaya gempa, kerusakan struktural, dan top drift. Selain itu, FPS dinilai lebih baik dibandingkan dengan LRB dan HDRB, terutama saat terjadi gempa dekat. Tujuan utama penelitian adalah membandingkan perilaku struktur Monumen dan Museum Reog Ponorogo yang saat ini memanfaatkan sistem ganda SRPMK+SDSK dengan struktur alternatif SRPMK+isolator dasar FPS. Struktur alternatif ini mengganti dinding geser dengan kolom dan balok yang disesuaikan dengan dimensi lantai yang sama. Analisis memanfaatkan metode respons spektrum dengan program ETABS yang memperlihatkan hasil bahwa periode struktur alternatif meningkat 2,47 kali lipat (arah x) dan 2,17 kali lipat (arah y) dibandingkan dengan struktur eksisting. Selain itu, gaya geser struktur alternatif berkurang 46,79% dibandingkan dengan struktur eksisting, sementara simpangan antar lantai menurun secara signifikan, rata-rata 51,52% (arah x) dan 40,76% (arah y). Spesifikasi FPS yang dipergunakan adalah FIP-D M 1750/800 (3700), menegaskan efektivitasnya dalam meningkatkan ketahanan struktural terhadap gempa di wilayah rawan seperti Ponorogo.