Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Uji efek ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) terhadap kadar gula darah tikus Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan Senduk, Cynthia C.C.; Awaloei, Henoch; Nangoy, Edward
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.12291

Abstract

Abstract: Indonesia is a tropical country with more than 9,600 kinds of medicinal plants; one of them is papaya. Extract of papaya leaf (Carica papaya) is presumed to have hypoglycemia effect because it contains flavonoid, alkaloid, saponin, and tannin. This study aimed to evaluate the effect of papaya leaf extract on elevated blood glucose levels on Wistar rats induced with alloxan. This was an experimental study with 18 male Wistar rats as subjects, divided into 6 groups (3 rats in each group). Group 1, the negative control group, was given aquadest only. Group 2, the positive control group, was treated with alloxan 120 mg/kg body weight (BW) followed by novomix 0.2 iu/200 g BW. Group 3 and 4 were treated with alloxan 120 mg/kg BW followed by papaya leaf extract dosing 250 mg and 500 mg/kg BW respectively. Group 5 and 6 were treated with papaya leaf extract dosing 250 mg and 500 mg/kg BW without alloxan induction. Blood glucose levels were measured on day 1, day 2, and day 3 every six hours at 0, 6, 12, 18, and 24 hours. The results showed that 250 mg/kg BW and 500 mg/kg BW of papaya leaf extract could reduce the elevated blood glucose on Wistar rats for 12 hours after treatment. Conclusion: The extract of papaya leaves could reduce blood sugar levels in hyperglicemic Wistar rats induced by alloxan. Keywords: papaya leaves (carica papaya L.), blood sugar levels, alloxan. Abstrak: Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki banyak jenis tumbuhan. Sekitar 9.600 spesies tumbuhan merupakan tumbuhan yang berkhasiat obat, salah satunya ialah pepaya. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) diduga mempunyai efek hipoglikemia karena mengandung flavonoid, alkaloid, saponin, dan tannin. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap kadar gula darah tikus Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan. Jenis penelitian ini eksperimental. Subyek penelitian yang digunakan ialah 18 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok (setiap kelompok terdiri dari 3 tikus). Kelompok 1 (K1) merupakan kelompok kontrol negatif hanya diberikan aquades; kelompok 2 (K2) merupakan kelompok kontrol positif diberikan aloksan dan novomix 0,2 iu/200 g BB; kelompok 3 (K3) dan kelompok 4 (K4) merupakan kelompok perlakuan diberikan aloksan kemudian ekstrak daun pepaya dengan dosis 250 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB; kelompok 5 (K5) dan kelompok 6 (K6) merupakan kelompok perlakuan diberikan daun pepaya dengan dosis 250 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB tanpa induksi aloksan. Data diperoleh dari pemeriksaan kadar gula darah dari semua kelompok tikus Wistar pada hari ke-1, ke-2, dan ke-3 pada jam ke-0, 6, 12, 18, dan 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun pepaya dengan dosis 250 mg dan 500 mg/kg BB tikus berefek menurunkan kadar gula darah tikus wistar selama 12 jam pasca pemberian ekstrak daun pepaya. Simpulan: Ekstrak daun pepaya berpotensi memiliki efek dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus Wistar.Kata kunci: daun pepaya (carica papaya L.), kadar gula darah, aloksan
UJI EFEK EKSTRAK GEDI MERAH (Abelmoschus manihot L. Medik) TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN Adeline, Friska; Wuisan, Jane; Awaloei, Henoch
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.7501

Abstract

Abstract: Epidemiological study in Manado indicated that the prevalence of Diabetes Melitus (DM) was 6.1%. It is necessary to do scientific assessment of the various species of plants which are thought containing medicinal substances (phytopharmaca). Based on the information from the people living in the subdistrict Pineleng Minahasa red gedi leaves (Abelmoschus manihot L.Medik ) can be used as herbal treatment for lowering blood sugar level. This study aimed to evaluate the effect of red gedi leaves extract in lowering blood sugar level on white male rat induced by aloksan. This study used 15 white male rats of Wistar strain with diabetic induced by 200 mg/kg BW aloksan intraperitoneal. The rats were randomly divided into 5 groups; each group were given aquadest 2,5 ml/ 200 g BW, insulin Novomix 0,9 U/Kg BW, red gedi leaf extract 1.25 mg/200 g BW, 2.5 mg/200 g BW, and 3.75 mg/200 g BW, once daily for 24 hours. Blood sugar levels were measured at 6th, 12th, 18th, and 24 th hours after treatment by using glucometer. The result showed that red gedi leaf extract can lower blood level in diabetic white male rat induced by aloksan.Keywords: red gedi leaf extract, blood glucose, aloksan, diabeticAbstrak: Pada penelitian epidemiologis di kota Manado didapatkan prevalensi penderita DM 6,1 %. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian ilmiah terhadap berbagai spesies tumbuhan yang diduga mengandung zat berkhasiat obat (fitofarmaka). Berdasarkan informasi masyarakat di daerah kecamatan Pineleng kabupaten Minahasa daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot L.Medik) dapat dimanfaatkan sebagai penanganan herbal untuk menurunkan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas ekstrak daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot L. Medik) dalam menurunkan kadar gula darah tikus putih jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan. Tikus galur Wistar sejumlah 15 dinduksi dengan aloksan intraperitoneal 200 mg/kg BB dan dibagi secara acak dalam 5 kelompok penelitian yaitu kelompok perlakuan dengan aquadest 2,5 ml/200 g BB, insulin Novomix 0,9 U / Kg BB, ekstrak daun gedi merah 1,25 mg/ 200 g BB, 2,5 mg/ 200 g BB dan 3,75 mg/ 200 g BB. Perlakuan diberikan satu kali sehari selama 6 hari. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke 2, 4 dan 6 setelah perlakuan menggunakan glukometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun gedi merah dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan diabetes yang diinduksi dengan aloksan.Kata kunci: ekstrak daun gedi merah, glukosa darah, aloksan, diabetes
Uji daya hambat ekstrak daun patikan kerbau (euphorbia hirta l.) terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus dan escherichia coli Mahmud, Florencia I.; Mambo, Christi; Awaloei, Henoch
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14654

Abstract

Abstract: Patikan kerbau leaf contains alkaloid, flavonoid, phenol, and tannin can potentially be an antibacterial. The purpose of this research is to test the resisting potency of patikan kerbau leaf extract against Staphylococcus aureus (ATCC25923) dan Escherichia coli (ATCC11229). This was an experimental laboratory study using modified Kirby-Bauer with well diffusion technique at Research and Microbiology Laboratory of MIPA Faculty, Sam Ratulangi University Manado. Patikan kerbau leaf extract was obtained by using 96% etanol maceration. Extract concentrations used in this study were 50 mg/ml, 25 mg/ml, 12.5 mg/ml and 6.25 mg/ml. Ciprofloxacin was used as the positive control and CMC as the negative control. The CMC showed no inhibition zone. Ciprofloxacin had the widest zone of inhibition. The average of inhibition zone diameters produced by ciprofloxacin was 33,3 mm on S. aureus and 33 mm on E.coli. Euphorbia hirta leaf extract concentration of 50 mg/ml resulted in average inhibition zone diameter of 18.83 mm on S.aureus and 17.83 mm on E.coli. Extract concentration of 25 mg/ml resulted in 17.33 mm on S. aureus and 16.83 mm on E.coli. Extract concentration of 12,5 mg/ml resulted in 15.5 mm on S. aureus and 14.83 mm on E.coli. Then, extract concentration of 6.25 mg/ml resulted in 15.16 mm on S. aureus and 13.3 mm on E.coli. Conclusion: Extract of Euphorbia hirta leaf has potential inhibitory effect towards bacterial growth of S. aureus and E. coli. Moreover, the inhibitory effect of Euphorbia hirta extract is greater towards S. aureus rather than E.coliKeywords: antibacterial, patikan kerbau leaf extract, S. aureus, E. coli Abstrak: Daun patikan kerbau mengandung alkaloid, flavonoid, fenol dan tanin yang berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji daya hambat ekstrak daun patikan kerbau terhadap Staphylococcus aureus (ATCC25923) dan Escherichia coli (ATCC11229). Jenis penelitian ini ialah eksperimental laboratorium di Laboratorium Penelitian dan Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi Manado dengan metode Kirby-Bauer yang dimodifikasi dengan sumuran. Ekstrak daun patikan kerbau diperoleh dari proses maserasi dengan etanol 96%. Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam penelitian ialah 50mg/ml, 25mg/ml, 12,5mg/ml dan 6,25mg/ml. Siprofloksasin digunakan sebagai kontrol positif dan CMC sebagai kontrol negatif. Pada penelitian ini CMC yang tidak mempunyai zona hambat. Siprofloksasin memiliki diameter zona hambat yang paling besar. Rerata diameter zona hambat yang dihasilkan oleh siprofloksasin adalah 33,3 mm terhadap bakteri S.aureus dan 33 mm pada bakteri E.coli. Ekstrak daun patikan kerbau konsentrasi 50 mg/ml menghasilkan diameter zona hambat rata-rata sebesar 18,83 mm pada bakteri S.aureus dan 17,83 mm pada bakteri E.coli. Ekstrak daun patikan kerbau konsentrasi 25mg/ml sebesar 17,3 mm pada bakteri S.aureus dan 16,83 mm pada bakteri E.coli. Ekstrak daun patikan kerbau konsentrasi 12,5mg/ml sebesar 15,5 mm pada bakteri S.aureus dan 14,83 mm pada bakteri E.coli. Kemudian, konsentrasi 6,25mg/ml sebesar 15,16 pada bakteri S.aureus dan 13,3 mm pada bakteri E.coli. Simpulan: Ekstrak daun patikan kerbau berpotensi memiliki efek daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus dan E.coli. Daya hambat ekstrak daun patikan kerbau lebih besar pada S.aureus daripada E.coli Kata kunci: antibakteri, ekstrak daun srikaya, S. aureus, E. coli
UJI EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) Allo, Irianto Girik; Wowor, Pemsi Mona; Awaloei, Henoch
eBiomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.1.2013.4565

Abstract

Abstract: This research aims to determine the effect of ethanol extract of guava leaves on levels of total cholesterol of rat that is induced propylthiouracil. This was an experimental research. The sample used was 15 rats were divided into 5 groups (1 group is consist of 3 rats), namely: 1) positive control, 2) extract dose of 200 mg/kgBB, 3) extract dose of 400 mg/kgBB, 4) extract dose of 800 mg/kgBB and 5) negative control. Group 1 to 4 are given propylthiouracil given for 14 days, then given treatment appropiate with the group. The result show that: 1) the average of total cholesterol levels increased after administration propylthiouracil from 156.34 mg/dL to 247.84 mg/dL, 2) at a dose of 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB and 800 mg/kgBB showed a decline in total cholesterol levels by 32.73%, 58.73% and 47.26%, 3) the positive control decreased total cholesterol levels by 39.46% and 4) total cholesterol levels on negative is unstable (there are up and some are down). The result of this research concluse that: guava leaf extract at dose of 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB and 800 mg kgBB have an effect in lowering total cholesterol of rat had been induced prophylthiouracil. Keywords: guava leaves, total cholesterol.     Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari ekstrak etanol daun jambu biji terhadap kadar kolesterol total tikus wistar yang diinduksi propiltiourasil. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Sampel yang digunakan berjumlah 15 tikus wistar yang dibagi menjadi 5 kelompok (1 kelompok terdiri dari 3 tikus wistar), yaitu: 1) kontrol positif, 2) ekstrak dosis 200 mg/kgBB, 3) ekstrak dosis 400 mg/kgBB, 4) ekstrak dosis 800 mg/kgBB dan 5) kontrol negatif. Kelompok 1 sampai 4 diberikan propiltiourasil selama 14 hari, kemudian diberikan perlakuan sesuai kelompoknya. Hasil penelitian yang diperoleh: 1) rata-rata kadar kolesterol total meningkat setelah pemberian propiltiourasil yaitu dari 156,34 mg/dL menjadi 247,84 mg/dL, 2) pada dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB menunjukkan terjadi penurunan kadar kolesterol total sebesar 32,73%, 58,73% dan 47,26%, 3) pada kontrol positif terjadi penurunan kadar kolesterol total sebesar 39,46% dan 4) kadar kolesterol total pada kelompok negatif tidak stabil (ada yang naik dan ada yang turun). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak daun jambu biji pada dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB mempunyai efek dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus wistar yang telah diinduksi propiltiourasil. Kata kunci: daun jambu biji, kadar kolesterol total.
Uji efek antibakteri daun mangrove Rhizophora apiculata terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus Santoso, Vivi P.; Posangi, Jimmy; Awaloei, Henoch; Bara, Robert
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.7415

Abstract

Abstract: Endophytic Fungi are microorganisms that live in the plant tissue systems such as seeds, leaves, flowers, twigs, stems, and roots. Endophytic fungi used in this study was isolated from Mangrove Rhizophora apiculata leaves. R. apiculata is widely grown in coastal areas. This study aimed to determine whether there was an antibacterial effect of endophytic fungi that was isolated from leaves of Rhizophora apiculata against the sample bacteria Pseudomonas aeruginosa and Staphylococcus aureus. This study was conducted in the Pharmacology and Therapeutics Laboratory of Sam Ratulangi University by using experimental methods. The results showed two types of fungi, tusky white endophytic fungi and white filamentous endophytic fungi, isolated from Mangrove Rhizophora apiculata leaves. Both types of fungi showed the presence of bacterial growth inhibition, but the white filamentous endophytic fungi had greater antibacterial effect than the tusky white endophytic fungi.Keywords: endophytic fungi, antibacterial, rhizophora apiculata leavesAbstrak: Jamur endofit merupakan mikroorganisme yang hidup di dalam sistem jaringan tumbuhan seperti biji, daun, bunga, ranting, batang, dan akar. Jamur endofit yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil isolasi dari daun mangrove Rhizophora apiculata. Tanaman mangrove R.apiculata ini banyak tumbuh di kawasan pesisir pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat efek antibakteri jamur endofit yang diisolasi dari daun Rhizophora apiculata terhadap bakteri uji Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Terapi Universitas Sam Ratulangi Manado dengan menggunakan metode eksperimental. Hasil penelitian ini didapatkan dua jenis jamur yaitu jamur endofit berwarna putih gading dan jamur endofit berwarna putih berserabut yang diisolasi dari daun mangrove Rhizophora apiculata. Kedua jenis jamur menunjukan adanya daya hambat pertumbuhan kedua bakteri uji, namun jamur endofit berwarna putih berserabut memiliki efek antibakteri lebih besar dari pada jamur endofit berwarna putih gading.Kata kunci: jamur endofit, antibakteri, daun rhizophora apiculata
UJI EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK MENIRAN (Phyllantus niruri L.) PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI VAKSIN DPT-HB Jansen, Ivana; Wuisan, Jane; Awaloei, Henoch
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.7427

Abstract

Abstract: The aim of this study is to investigate the antipyretic effect of leaf-flower extract (Phyllanthus niruri L.) in Wistar rats induced by DPT-HB vaccine. Samples were 15 Wistar rats as test animals and were divided into five groups of three in each. The negative control group was given orally distilled water, positive control group was given paracetamol and 3 experimental groups were given ethanolic leaf-flower extracts (100 mg, 200 mg and 300 mg /200 g body weight of rats). Pyrexia was induced in rats by intramuscular injection of 0.2 ml DPT-HB vaccine. Antipyretic activity was measured at 0, 30, 60, 90, 120, 150, 180 minutes after administration of leaf-flower extract, paracetamol and distilled water. The results showed that leaf-flower extract at a dose of 300 mg /200 g BW decreased the rectal temperature greater than with doses of 100 and 200 mg /200 g BW for 180 minutes of measurement. Conclusion: Leaf-flower extract has antipyretic effect in Wistar rats.Keywords: antipyretic, phyllanthus niruri, DPT-HB, wistar ratAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek antipiretik ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.) pada tikus Wistar yang diinduksi vaksin DPT-HB. Metode: Hewan uji yang digunakan adalah 15 ekor tikus Wistar yang dibagi ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor tikus. Kelompok kontrol negatif diberikan aquades, kelompok kontrol positif diberikan parasetamol, dan 3 kelompok eksperimental diberikan ekstrak tanaman meniran masing-masing dengan dosis 100mg, 200mg dan 300 mg/200 grBB tikus. Induksi demam pada hewan uji menggunakan vaksin DPT-HB 0,2ml secara intramuskular. Pengukuran suhu rektal dilakukan sebelum dan sesudah pemberian vaksin dan setelah pemberian bahan uji yaitu pada menit ke-30, 60, 90, 120, 150 dan 180. Hasil penelitian memperlihatkan pemberian ekstrak meniran dengan dosis 300 mg/200 grBB menunjukkan penurunan suhu rektal lebih besar dibanding dengan dosis 100 dan 200 mg/200 grBB selama 180 menit pengukuran. Simpulan: Ekstrak meniran memiliki efek antipiretik pada tikus Wistar.Kata kunci: antipiretik, phyllanthus niruri, DPT-HB, tikus wistar
UJI EFEK ANALGESIK EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica (L.) Less.) PADA MENCIT (Mus musculus) Sibarani, Venty Riani; Wowor, Pemsi Mona; Awaloei, Henoch
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4609

Abstract

Abstract: This research aimed to know whether or not the extract of marsh  fleabane leaves possess an analgesic effect on mice. This research used experimental method, with the sample of 15 mice divided into 5 groups. The negative control group is given aquadest, the positive control group is given paracetamol, and 3 experimental group are given marsh  fleabane leaves extract, each is given at dose  150 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, and 600 mg/kgBB. The testing of analgesic effect is done by giving pain stimulation to the mice, by means of applying 55°C  heat. Mice’s response is observed is licking or flicking response. The observation is done for 1 minute. The observation is done before the administration of test substances, and then the observation is done on the 30th, 60th, 90th, and 120th minute after the administration of test substances. The research result showed the amount of response of pain stimulation on the group is given marsh  fleabane leaves extract start decrease on the 30th minute and keep on giving effect on the 60th minute. On the 90th minute the analgesic effect start decrease, but still show analgesic effect. The extract of marsh  fleabane leaves show analgesic effect, but the effect analgesic of marsh  fleabane is lower than paracetamol. Keywords: analgesic, extract of marsh  fleabane leaves, heat stimulation.     Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek analgesik dari ekstrak daun beluntas. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakan 15 ekor mencit yang dibagi ke dalam 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif diberikan aquades, kelompok kontrol positif diberikan parasetamol, dan 3 kelompok eksperimental diberikan ekstrak daun beluntas, masing-masing dengan dosis 150 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB. Pengujian efek analgesik dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri pada hewan uji, berupa rangsangan panas dengan suhu 55°C. Respon mencit yang diamati yaitu gerakan menjilat kaki dan atau melompat. Pengamatan dilakukan selama 1 menit. Pengamatan dilakukan sebelum pemberian zat uji, kemudian berturut-turut pada menit ke-30, 60, 90, dan 120 setelah pemberian zat uji. Hasil penelitian menunjukkan jumlah respon terhadap rangsang nyeri pada kelompok mencit yang diberi ekstrak daun beluntas mulai menurun pada menit ke-30 dan terus memberikan efek pada menit ke-60. Pada menit ke-90 efek analgesiknya mulai menurun, tetapi masih menunjukkan efek analgesik. Ekstrak daun beluntas menunjukkan adanya efek analgesik, namun efek analgesiknya lebih rendah dari parasetamol. Kata kunci: analgesik, ekstrak daun beluntas, rangsang panas
Uji daya hambat ekstrak daun awar-awar (ficus septica burm.f) terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus dan eschericia coli Tuna, Ismiranti D.A.; Wowor, Pemsi M.; Awaloei, Henoch
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14656

Abstract

Abstract: Awar-awar (Ficus septica Burm.F) is one of the plants that used by comunities. Based from the empiric data, this plant is believed have efficacy as a drug and could treat diseases. Staphylococcus aureus dan Eschericia coli are the most frequent causal organism in human bacterial infection. This study aimed to determine whether there is inhibition of leaf extract awar-awar against Staphylococcus aureus and Eschericia coli. This was a laboratory experimental with Kirby-Bauer pitting modification at Phytochemistry and Microbiology Laboratory of Sam Ratulangi University Faculty of Mathematics and natural Science. Awar-awar leaf extract was obtained from maceration process with 96% ethanol. Consentration of thick extract that was used were 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml, 12,5 mg/ml. ciprofloxacin was used as positive control,and aquades was used as negative control. The result showed that the average of inhibition diemeters by awar-awar leaves were 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml, 12,5 mg/ml respectively are 27,5 mm, 24,3 mm, 22,3 mm, 21,8 in Staphylococcus aureus, whereas in Eschericia coli were 24,8 mm, 21 mm, 18,3 mm, 17 mm. Conclusion: Awar-awar leaf extract has a potential inhibion effect on the growth of Staphylococcus aureus and Eschericia coli.Keywords: awar-awar leaves extract, staphylococcus aureus, eschericia coli, inhibition test. Abstrak: Tanaman awar-awar merupakan salah satu tanaman yang digunakan masyarakat untuk pengobatan. Berdasarkan data empiris, tanaman ini dipercaya memiliki khasiat sebagai obat dan bisa mengobati penyakit. Bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli merupakan penyebab infeksi utama pada manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya daya hambat ekstrak daun awar-awar terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Jenis penelitian ini ialah eksperimental laboratorium dengan modifikasi Kirby-Bauer sumuran di Laboratorium Fitokimia dan Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas sam Ratulangi. Ekstrak daun awar-awar diperoleh dari proses maserasi dengan etanol 96%. Konsentrasi ekstrak kental yang digunakan dalam penelitian ini ialah 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml, 12,5 mg/ml. Siprofloksasin sebagai kontrol positif, dan akuades sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian mendapatkan rata-rata diameter zona hambat ekstrak daun awar-awar konsentrasi 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml, 12,5 mg/ml berturut-turut ialah 27,5 mm, 24,3 mm, 22,3 mm, 21,8 mm pada bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan pada bakteri Eschericia coli ialah 24,8 mm, 21 mm, 18,3 mm, 17 mm. Simpulan: Ekstrak daun awar-awar berpotensi memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Kata kunci: ekstrak daun awar-awar, staphylococcus aureus, eschericia coli, uji daya hambat.
Uji efek ekstrak biji alpukat (Persea americana Mill.) terhadap kadar kolesterol total pada tikus wistar (Rattus norvegicus) Suhendra, Abraham T.; Awaloei, Henoch; Wuisan, Jane
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.11376

Abstract

Abstract: Indonesia is a tropical country that has more than 1,000 kinds of medicinal plants. Medicinal plant is the use of part(s) of plants as ingredients in traditional medicine or synthetic drugs. One of the traditional medicine is avocado. Several studies have concluded that the avocado fruit and leaves can reduce total blood cholesterol levels while the seed is used in Nigeria for treating hypertension. This was an experimental study. Samples consisted of 12 male Wistar rats, divided into 4 groups (3 rats in each group). The treated groups were given propylthiouracil (PTU) for 14 days then the rats were given 125 mg/kg or 250 mg/kg of avocado seed extract for 14 days. The positive control group was given PTU 8 mg/rat for 14 days, followed by simvastatin 0.2 mg for 14 days. The negative control group was only given food and water. The results showed that the average level of total blood cholesterol in Wistar rats after treated with 125 mg/kg and 250 mg/kg avocado seed extract decreased by 18.1% and 31.2%, respectively. Conclusion: Avocado seed extract had an effect in reducing total blood cholesterol of Wistar rats.Keywords: avocado seed, total cholesterol levelAbstrak: Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki banyak tumbuhan dimana lebih dari 1000 tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai tanaman obat. Tanaman obat ialah penggunaan bagian dari tanaman atau tumbuhan sebagai bahan dalam pembuatan obat tradisional maupun obat sintetik. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional ialah alpukat. Beberapa penelitian mengenai tanaman alpukat menunjukkan bahwa buah dan daun dari tanaman Alpukat dapat menurunkan total kolesterol dalam darah, sedangkan biji alpukat digunakan di Nigeria sebagai pengobatan untuk hipertensi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Sampel ialah 12 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok (setiap kelompok terdiri dari 3 tikus). Kelompok-kelompok perlakuan diberikan propiltiourasil (PTU) selama 14 hari kemudian diberikan 125 mg/kg atau 250 mg/kg ekstrak biji Alpukat selama 14 hari. Kelompok kontrol positif diberikan PTU selama 14 hari kemudian diberikan simvastatin 0,20 mg/kg selama 14 hari. Kelompok kontrol negatif hanya diberikan pakan dan air. Hasil penelitian memperlihatkan rerata kadar kolesterol total tikus Wistar setelah diberikan 125 mg/kg dan 250 mg/kg ekstrak biji alpukat menurun sebesar 18,1% dan 31,2%. Simpulan: Ekstrak biji Alpukat berefek menurunkan kadar kolesterol total pada tikus Wistar.Kata kunci: biji alpukat, kadar kolesterol total
Uji daya hambat ekstrak biji pala (myristicae fragrans)terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus pyogenes Rumopa, Praisia M.E.; Awaloei, Henoch; Mambo, Christi
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14655

Abstract

Abstract: People of Indonesia especially in North Sulawesi often use nutmeg powder for wound treatment. Comensalist bacterias that live in human skin, like Staphylococcus aureus and Streptococcus pyogenescan infect open wound especially those that are not treatedwell. This study aimed to find out the result of nutmeg extract inhibition test on Staphylococcus aureus and Streptococcus pyogenes. This was a laboratory experimental study using modified Kirby-Bauer wells at Phytochemistry and Micobriology Laboratory of Sam Ratulangi University Faculty of Mathematics and Science. Nutmeg extract was obtained from maceration process with 96% ethanol. Concentrations of the thick extract that was used were 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml, and 12,5 mg/ml. Cefuroxime was used as positive control and aquades was used as negative control. The results showed that aquades had no inhibition zone. Cefuroxime had the widest diameter of inhibition zone. The average of inhibition diameter that was produced by Cefuroxime was 37,33 mm toward S. Aureus bacteria and 42,67 mm toward S. Pyogenes bacteria. Nutmeg extract with 100 mg/ml concentration produced a 25,16 mm inhibition zone diameter on S. Aureus bacteria and 24,16 mm on S. Pyogenes bacteria. Nutmeg extract with 25 mg/ml concentration produced a 19,16 mm diameter on S. Aureus bacteria and 20,66 mm on S. Pyogenes bacteria. While nutmeg extract with 12,5 mg/ml concentration prodyced a 16,16 mm diameter on S. Aureus bacteria and 18,16 mm on S. Pyogenes bacteria. Conclusion: Nutmeg extract has a potential inhibition effect on the growth of S. Aureus and S. Pyogenes bacteria. The inhibition effect of nutmeg extract is stronger on S. Pyogenes than S. Aureus.Keywords: antibacterial , nutmeg extract, staphylococcus aureus, streptococcus pyogenes. Abstrak: Masyarakat Indonesia khususnya di Sulawesi Utara sering menggunakan serbuk biji pala untuk pengobatan luka. Bakteri bersifat komensal yang hidup di kulit manusia, seperti bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes dapat menginfeksi luka terbuka terutama yang tidak dirawat dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji daya hambat ekstrak ekstrak biji pala terhadap Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorium dengan modifikasi Kirby-Bauer sumuran di Laboratorium Fitokimia dan Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi,. Ekstrak biji pala diperoleh dari proses maserasi dengan etanol 96%. Konsentrasi ekstrak kental yang digunakan ialah 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml, dan 12,5 mg/ml. Sefuroksim sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol negatif. Hasil peneltiian memperlihatkan bahwa akuades tidak mempunyai zona hambat. Sefuroksim memiliki diameter zona hambat yang paling besar. Rerata diameter zona hambat yang dihasilkan oleh sefuroksim adalah 37,33 mm terhadap bakteri S.aureus dan 42,67 mm pada bakteri S.pyogenes. Ekstrak biji pala konsentrasi 100 mg/ml menghasilkan diameter zona hambat sebesar 25,16 mm pada bakteri S.aureus dan 24,16 mm pada bakteri S.pyogenes. Ekstrak biji pala konsentrasi 50 mg/ml sebesar 21 mm pada bakteri S.aureus dan 23,16 mmpada bakteri S.pyogenes. Ekstrak biji pala konsentrasi 25 mg/ml sebesar 19,16 mm pada bakteri S.aureus dan 20,66 mmpada bakteri S.pyogenes. Sedangkan ekstrak biji pala konsentrasi 12,5 mg/ml sebesar 16,16 mm pada bakteri S.aureus dan 18,16 mmpada bakteri S.pyogenes. Simpulan: Ekstrak biji pala berpotensi memiliki efek daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus dan S.pyogenes. Daya hambat ekstrak biji pala lebih besar pada S.pyogenes daripada S.aureus. Kata kunci: antibakteri, ekstrak biji pala, staphylococcus aureus, streptococcus pyogenes.