Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN TEH CINA DAN TEH MELATI TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA TIKUS WISTAR Jocom, Edward G.; Wowor, P. M.; Wuisan, Jane
JURNAL KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN TROPIK JKKT Volume 3 Nomor 3 (2015)
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, dan  sebagian besar masih tergantung pada sumber daya alam sekitar, tumbuhan masih sangat dipercaya sebagai obat Tradisional. Salah satu contoh adalah tanaman teh yang sangat banyak digunakan dalam kehidupan masyarakat.  Teh dipercaya memiliki banyak manfaat dalam tubuh. Terdapat juga berbagai jenis teh di Indonesia. Dalam hal ini teh cina dan teh melati yang dipercaya dapat menurunkan kadar gula darah dan juga menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Dari sumber masyarakat Tiong hoa di sekitar, teh cina sangat dipercaya dapat menurunkan kadar gula dalam darah, juga artikel2 yang sering di tulis tentang manfaat teh cina tentang kesehatan, salah satunya adalah menurunkan kadar gula darah. Penelitian in bertujuan untuk melihat efek teh cina (oolong) dan teh melati dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus wistar. Penelitian ini adalah penilitian eksperimental. Hasil penelitian ini menunjukan data yang didapat melalui penelitian berdasarkan beberapa kelompok tikus yang diinduksi aloxan, kelompok 1 yaitu kelompok kontrol negatif, tidak menunjukan efek apapun, kelompok 2, yaitu kelompok yang diberikan alloxan dan teh melati, Setelah diukur kadar gula darah di menit 0, diberikan teh melati melalui oral dengan bantuan NGT, dan diukur lagi gula darah tiap 30 menit sampai dengan menit ke 120. Pada tikus 1 dan 2 tidak terjadi perubahan yang berarti pada kadar gula darah. Pada kelompok 3, yaitu kelompok yang diberikan alloxan dan teh cina, pada tikus 1 tidak terjadi penurunan yang tinggi tetapi pada tikus 2 dan 3 terjadi penurunan sedikit gula darah dari pengujian menit 0 sampai menit ke 120.   Kata Kunci: Gula Darah, Teh Melati, The China, Tikus Wistar
UJI EFEK EKSTRAK GEDI MERAH (Abelmoschus manihot L. Medik) TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN Adeline, Friska; Wuisan, Jane; Awaloei, Henoch
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.7501

Abstract

Abstract: Epidemiological study in Manado indicated that the prevalence of Diabetes Melitus (DM) was 6.1%. It is necessary to do scientific assessment of the various species of plants which are thought containing medicinal substances (phytopharmaca). Based on the information from the people living in the subdistrict Pineleng Minahasa red gedi leaves (Abelmoschus manihot L.Medik ) can be used as herbal treatment for lowering blood sugar level. This study aimed to evaluate the effect of red gedi leaves extract in lowering blood sugar level on white male rat induced by aloksan. This study used 15 white male rats of Wistar strain with diabetic induced by 200 mg/kg BW aloksan intraperitoneal. The rats were randomly divided into 5 groups; each group were given aquadest 2,5 ml/ 200 g BW, insulin Novomix 0,9 U/Kg BW, red gedi leaf extract 1.25 mg/200 g BW, 2.5 mg/200 g BW, and 3.75 mg/200 g BW, once daily for 24 hours. Blood sugar levels were measured at 6th, 12th, 18th, and 24 th hours after treatment by using glucometer. The result showed that red gedi leaf extract can lower blood level in diabetic white male rat induced by aloksan.Keywords: red gedi leaf extract, blood glucose, aloksan, diabeticAbstrak: Pada penelitian epidemiologis di kota Manado didapatkan prevalensi penderita DM 6,1 %. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian ilmiah terhadap berbagai spesies tumbuhan yang diduga mengandung zat berkhasiat obat (fitofarmaka). Berdasarkan informasi masyarakat di daerah kecamatan Pineleng kabupaten Minahasa daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot L.Medik) dapat dimanfaatkan sebagai penanganan herbal untuk menurunkan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas ekstrak daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot L. Medik) dalam menurunkan kadar gula darah tikus putih jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan. Tikus galur Wistar sejumlah 15 dinduksi dengan aloksan intraperitoneal 200 mg/kg BB dan dibagi secara acak dalam 5 kelompok penelitian yaitu kelompok perlakuan dengan aquadest 2,5 ml/200 g BB, insulin Novomix 0,9 U / Kg BB, ekstrak daun gedi merah 1,25 mg/ 200 g BB, 2,5 mg/ 200 g BB dan 3,75 mg/ 200 g BB. Perlakuan diberikan satu kali sehari selama 6 hari. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke 2, 4 dan 6 setelah perlakuan menggunakan glukometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun gedi merah dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan diabetes yang diinduksi dengan aloksan.Kata kunci: ekstrak daun gedi merah, glukosa darah, aloksan, diabetes
UJI EFEK ANALGESIK EKSTRAK KULIT BATANG POHON MATOA (Pometia pinnata) PADA MENCIT (Mus musculus) Lumintang, Rafly F.; Wuisan, Jane; Wowor, Pemsy M.
e-Biomedik Vol 3, No 2 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i2.8620

Abstract

Abstract: Pain is an unpleasant sensation that derives from the complex neurochemical processes in the central and peripheral nervous systems. Side effects of drugs inter alia opioids and NSAIDs can cause serious disorders, therefore, it is necessary to find and develop other effective analgesic drugs with low toxicity. In Indonesia, matoa (Pometia pinnata) is known as a typical plant in Papua especially in West Papua. In some countries, parts of matoa plants are used as traditional medicine. This study aimed to determine the analgesic effect of matoa bark extract (Pometia pinnata) on mice Mus musculus. This was an experimental study. Nine male mice weighed 30 g were divided into 3 groups, each consisted of 3 mice. Group I, the negative control group, was given aquadest; group II, the positive control group, was given aspirin solution; and group III, the treated group, was given matoa bark extract. Analgesic effect was determined by counting the mice movements (licking their back legs or jumping) during 1 minute in a beaker with a temperature of 550C. The results showed that after 30 minutes the average number of movements of the treated group decreased from 22 times to 19.3 times, and continued to decrease until 1 movement after 120 minutes. Conclusion: Matoa bark extract showed analgesic effect on mice Mus musculus.Keywords: analgesic effect, matoa bark, miceAbstrak: Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan yang berasal dari proses neurokimia kompleks di sistem saraf pusat dan perifer. Opioid dan golongan AINS dapat menimbulkan efek samping yang cukup berat; oleh karena itu, diperlukan obat analgesik yang efektif dengan toksisitas rendah. Di Indonesia, matoa (Pometia pinnata) dikenal sebagai tanaman khas Papua terutama Papua Barat. Di beberapa negara, bagian-bagian dari tanaman matoa telah digunakan sebagai obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgesik ekstrak kulit batang pohon matoa (Pometia pinnata) pada mencit Mus musculus. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Sembilan ekor mencit jantan dengan berat rata-rata 30 g dibagi atas 3 kelompok hewan uji yang masing-masing terdiri dari 3 ekor mencit. Kelompok I yaitu kelompok kontrol negatif diberikan akuades; kelompok II yaitu kelompok kontrol positif diberikan larutan aspirin; dan kelompok III yaitu kelompok perlakuan diberikan ekstrak kulit batang matoa. Efek analgesik berupa jumlah gerakan mencit selama 1 menit saat diletakan di dalam beker dengan suhu tetap 550C. Gerakan yang dihitung berupa gerakan menjilat kaki belakang atau meloncat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada menit ke-30 terjadi penurunan rerata jumlah respon gerakan mencit dari 22 kali menjadi 19,3 kali yang terus berkurang hingga menit ke-120 dimana hanya terdapat 1 gerakan. Simpulan: Ekstrak kulit batang pohon matoa memiliki efek analgesik pada mencit Mus musculus.Kata kunci: efek analgesik, kulit batang matoa, mencit
EFEK SERBUK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus) Artho, Lilian N.; Wuisan, Jane; Najoan, J. A.
e-Biomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i3.9518

Abstract

Abstract: Coffee is known as food and drink as well as alternative medicine for various types of wounds. One of the most coffee plants in Indonesia is Robusta coffee (Coffea canephora). This study aimed to determine whether Robusta coffee powder could accelerate the wound healing process. This was an experimental study using four rabbits as subjects. Incisions were made on the rabbit backs, right and left, with a length of 5 cm. Wounds on the left backs, the untreated/control group, were only covered with sterile gauze. Wounds on the right backs, the treated group, were applied with robusta coffee powder and covered with sterile gauze. Robusta coffee powder and gauze were replaced two times a day. Wounds were macroscopically observed for 2 weeks. The results showed that at day 7, the wounds were still equally opened, dry, looked not too deep, and there was a crust on each wound surface. The lengths of the treated wounds were shorter than of the control wounds. At day 14, the edges of the treated wounds looked closer, the crusts were still attached to the wound surfaces and were smaller than of the control wounds. Conclusion: Robusta coffee powder (Coffea canephora) could accelerate the healing process of incised wounds on rabbit skin.Keywords: wound healing, wound incision, robusta coffee powder, coffea canephoraAbstrak: Kopi bukan hanya dikenal sebagai makanan dan minuman saja tetapi bisa juga sebagai obat alternatif dalam menangani berbagai jenis luka. Salah satu jenis tanaman kopi yang paling banyak di Indonesia ialah kopi Robusta (Coffea canephora). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah sebuk kopi robusta mempunyai efek untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan 4 ekor kelinci sebagai hewan coba. Luka insisi dibuat pada punggung kanan dan kiri kelinci dengan panjang 5 cm. Luka pada punggung kiri merupakan luka kontrol yang tidak diberi perlakuan, hanya ditutupi dengan kasa steril. Luka pada punggung kanan merupakan luka perlakuan dengan diberi serbuk kopi robusta lalu ditutup kasa steril. Serbuk kopi robusta dan kasa diganti dua kali sehari. Pengamatan dilakukan selama 2 minggu dengan membandingkan gambaran makroskopik kedua luka. Hasil penelitian memperlihatkan pada hari ke 7 kedua luka masih sama-sama terbuka, kering, tampak sudah tidak terlalu dalam, dan terdapat kerak yang menempel pada permukaan luka. Ukuran luka perlakuan lebih pendek dari luka kontrol. Hari ke 14 kedua luka sudah mulai menutup, kerak masih menempel pada permukaan luka dan ukuran kerak luka perlakuan lebih kecil dari luka kontrol. Simpulan: Serbuk kopi robusta (Coffea canephora) memiliki efek untuk mempercepat penyembuhan luka insisi pada kulit kelinci.Kata kunci: penyembuhan luka, luka insisi, kopi robusta, coffea canephora
Uji konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia Steenis) sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans Warokka, Klaudya E.; Wuisan, Jane; ., Juliatri
e-GiGi Vol 4, No 2 (2016): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.4.2.2016.13766

Abstract

Abstract: Inadequate oral and dental hygiene can cause plaques containing various kinds of bacteria; one of them is Streptococcus mutans which is the main cause of dental caries. Binahong leaf (Anredera cordifolia Steenis) is a medicinal herb that contains antibacterial compounds namely flavonoids, alkonoid, terpanoid, and saponins. This study aimed to determine the minimal inhibitory concentration (MIC) of binahong leaf extract to the growth of Streptococcus mutans. This was a true experimental study with a randomized pretest-posttest control group design. The method used in this study was serial dilution method with turbidimetry and spectrophotometry as the test methods. Binahong leaves were taken from Tempok village and were extracted with maceration method using ethanol 96%. Streptococcus mutans bacteria were obtained from a pure bacterial stock in Microbiology Laboratory of Pharmacy Study Program, Faculty of Mathematics and Natural Science University of Sam Ratulangi Manado. The result showed that the minimal inhibitory concentration (MIC) of binahong leaf extract (Anredera cordifolia steenis) to the growth of Streptococcus mutans was 6.25%.Keywords: Streptococcus mutans, binahong leaf, MIC, tooth cariesAbstrak: Kebersihan gigi dan mulut yang buruk dapat menyebabkan terbentuknya plak yang mengandung berbagai macam bakteri, salah satu diantaranya Streptococcus mutans yang menjadi penyebab utama terjadinya karies gigi. Daun binahong (Anredera cordifolia steenis) merupakan tanaman herbal yang mengandung senyawa antibakteri yaitu flavonoid, alkonoid, terpanoid dan saponin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi hambat minimum (KHM) dari daun binahong terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Jenis penelitian ini ialah eksperimental murni dengan randomized pretest-posttest control group design. Penelitian ini menggunakan metode serial dilusi dengan metode pengujian turbidimetri dan spektrofotometri. Daun binahong diperoleh di desa Tempok, dan diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Bakteri Streptococcus mutans diambil dari stok bakteri murni Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi Manado. Hasil penelitian mendapatkan bahwa KHM daun binahong terhadap pertumbuhan streptococcus mutans ialah pada konsentrasi 6,25%.Kata kunci: Streptococcus mutans, daun binahong, KHM, karies gigi
UJI KEKERASAN KOMPOSIT TERHADAP RENDAMAN BUAH JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA) Sitanggang, Patar; Tambunan, Elita; Wuisan, Jane
e-GiGi Vol 3, No 1 (2015): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.3.1.2015.8198

Abstract

Abstract: Lime (Citrus aurantifolia) contains an acid agent which can affects the surface hardness of composite. Change of surface hardness of composite is caused by infiltration of water containing the acid agent that affects the bonding of matrix to filler of composite.This study aimed to determine the effect of immersed lime on surface hardness of composite. This was an experimental laboratory study with a pre and post test control group design. The samples of resin composite had 5 mm in diameters and 4 mm in thickness (n = 24). Samples were divided into two groups: mineral water as the control group and immersed lime as the trial group. Samples were alternately immersed for 30, 60, 120 minutes. Post immersion, the changes of composite hardness were measured with Mico Vickers Hardness Tester. Post immersion Vickers hardness was compared by using paired t-test. The result showed that immersed lime significantly reduced the surface hardness of composite (p<0.05). Duration of 60 and 120 minutes of lime immersion reduced significantly the surface hardness of composite (p<0.05). It is suggested to reduce the duration of acidic fruit exposure such as lime to the composite.Keywords: resin composite, surface hardness changes, limeAbstrak: Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mempunyai kandungan asa m yang dapat memengaruhi kekerasan komposit. Perubahan kekerasan komposit disebabkan oleh menyerapnya air yang mengandung asam pada komposit yang memengaruhi ikatan matriks dan filler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman buah jeruk nipis terhadap perubahan kekerasan komposit. Jenis penelitian ini ialah eksperimental laboratorium dengan desain pre and post test control group. Jumlah sampel penelitian ialah 24 resin komposit dengan diameter 5 mm dan tebal 4 mm. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol air mineral dan kelompok perlakuan yang direndam dalam sari jeruk nipis dengan 3 durasi waktu yang berbeda 30, 60, dan 120 menit. Setelah perendaman diukur nilai perubahan kekerasan dengan Mico Vickers Hardness Tester. Hasil perendaman berdasarkan uji Vickers diuji banding secara statistik menggunakan uji paired sample t test. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh perendaman buah jeruk nipis terhadap perubahan kekerasan komposit (p<0,05). Pada durasi waktu 60 dan 120 menit terdapat pengurangan yang bermakna dari kekerasan permukaan resin komposit (p<0,05). Disarankan untuk mengurangi durasi paparan komposit terhadap buah-buahan yang mengandung asam seperti jeruk nipis.Kata kunci: resin komposit, perubahan kekerasan permukaan, jeruk nipis
UJI EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK MENIRAN (Phyllantus niruri L.) PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI VAKSIN DPT-HB Jansen, Ivana; Wuisan, Jane; Awaloei, Henoch
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.7427

Abstract

Abstract: The aim of this study is to investigate the antipyretic effect of leaf-flower extract (Phyllanthus niruri L.) in Wistar rats induced by DPT-HB vaccine. Samples were 15 Wistar rats as test animals and were divided into five groups of three in each. The negative control group was given orally distilled water, positive control group was given paracetamol and 3 experimental groups were given ethanolic leaf-flower extracts (100 mg, 200 mg and 300 mg /200 g body weight of rats). Pyrexia was induced in rats by intramuscular injection of 0.2 ml DPT-HB vaccine. Antipyretic activity was measured at 0, 30, 60, 90, 120, 150, 180 minutes after administration of leaf-flower extract, paracetamol and distilled water. The results showed that leaf-flower extract at a dose of 300 mg /200 g BW decreased the rectal temperature greater than with doses of 100 and 200 mg /200 g BW for 180 minutes of measurement. Conclusion: Leaf-flower extract has antipyretic effect in Wistar rats.Keywords: antipyretic, phyllanthus niruri, DPT-HB, wistar ratAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek antipiretik ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L.) pada tikus Wistar yang diinduksi vaksin DPT-HB. Metode: Hewan uji yang digunakan adalah 15 ekor tikus Wistar yang dibagi ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor tikus. Kelompok kontrol negatif diberikan aquades, kelompok kontrol positif diberikan parasetamol, dan 3 kelompok eksperimental diberikan ekstrak tanaman meniran masing-masing dengan dosis 100mg, 200mg dan 300 mg/200 grBB tikus. Induksi demam pada hewan uji menggunakan vaksin DPT-HB 0,2ml secara intramuskular. Pengukuran suhu rektal dilakukan sebelum dan sesudah pemberian vaksin dan setelah pemberian bahan uji yaitu pada menit ke-30, 60, 90, 120, 150 dan 180. Hasil penelitian memperlihatkan pemberian ekstrak meniran dengan dosis 300 mg/200 grBB menunjukkan penurunan suhu rektal lebih besar dibanding dengan dosis 100 dan 200 mg/200 grBB selama 180 menit pengukuran. Simpulan: Ekstrak meniran memiliki efek antipiretik pada tikus Wistar.Kata kunci: antipiretik, phyllanthus niruri, DPT-HB, tikus wistar
Pengaruh berkumur larutan teh hijau dalam menurunkan akumulasi plak pada gigi anak usia 8-10 tahun Nubatonis, Nikhe D.; Gunawan, Paulina N.; Wuisan, Jane
e-GiGi Vol 4, No 2 (2016): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.4.2.2016.13925

Abstract

Abstract: Oral health is still a major problem in Indonesia. Ignorance towards oral health has lead to accumulation of dental plaques. Children aged 8-10 are susceptible to have dental caries because they like to consume rich-sugar foods. Moreeover, these children are in the process of teeth changes and the growth of new teeth. There are many methods to prevent plaque forming besides tooth brushing inter alia oral rinsing which can cover wider surfaces of the oral cavity. This study was aimed to determine the effect of oral rinsing with green tea solution on reducing dental plaque accumulation among children aged 8-10 years. This was a quasi-experimental study with a pre-test and post-test group design. Population of study was students of SDN 126 Manado aged 8-10 years old. Samples were obtained by using total sampling method. There were 32 participants divided into two groups: rinsing with green tea solution and rinsing with 0.2% chlorhexidine solution (control group). The paired t-test stated that the accumulation of plaque was decreased after rinsing with green tea solution significantly (p=0.001). Meanwhile, the t-independent test on green tea solution and chlorhexidine had different scores in reducing plaque accumulation (p=0.004). Conclusion: Oral rinsing with green tea solution could reduce plaque accumulation in students aged 8-10 years, however, the mean reduction of plaque accumulation after rinsing with green tea solution was less than after rinsing with 0.2% chlorhexidine solution. Keywords: dental plaque, green tea Abstrak: Masalah kesehatan gigi dan mulut masih menjadi perhatian di Indonesia. Salah satu penyebab ialah terabaikannya kesehatan gigi dan mulut yang mengakibatkan timbulnya akumulasi plak pada gigi. Usia 8-10 tahun sangat rentan terhadap karies karena anak senang mengonsumsi makanan yang mengandung gula. Pada usia ini diperlukan perawatan lebih intensif karena terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Pendekatan pencegahan yang dikenal selain menyikat gigi ialah dengan berkumur yang mencapai lebih banyak permukaan rongga mulut, sehingga efektivitas kontrol plak meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berkumur dengan larutan teh hijau dalam menurunkan akumulasi plak pada gigi anak berusia 8-10 tahun. Jenis penelitian ialah kuasi-eksperimental dengan pre-test dan post-test group design. Metode pengambilan sampel ialah total sampling Populasi penelitian ialah siswa SDN 126 Manado berusia 8-10 tahun dengan 32 orang responden yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dengan larutan teh hijau, dan kelompok kontrol dengan chlorhexidine 0,2%.. Uji t-paired menyatakan antara sebelum dan sesudah berkumur larutan teh hijau terjadi penurunan akumulasi plak yang bermakna (p=0,001). Berdasarkan uji t-independent larutan teh hijau dan chlorhexidine memiliki penurunan akumulasi plak yang berbeda (p=0,004). Simpulan: Larutan teh hijau dapat menurunkan akumulasi plak pada siswa berusia 8-10 tahun. Rerata penurunan akumulasi plak gigi berkumur dengan larutan teh hijau lebih kecil daripada berkumur dengan chlorhexidine 0,2%.Kata kunci: plak gigi, teh hijau
UJI EFEKTIVITAS JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava) TERHADAP LAJU ALIRAN SALIVA PADA PENDERITA XEROSTOMIA YANG MENGONSUMSI TELMISARTAN Waworuntu, Jemima L.; Wuisan, Jane; Mintjelungan, Christy N.
e-GiGi Vol 3, No 2 (2015): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.3.2.2015.9602

Abstract

Abstract: A study done by National Center for Biotechnologi Information (NCBI) to the user of antihypertension drugs, 50% of the individuals are suffering xerosomia or dry mouth. The reduction of saliva because of xerostomia may increase the risk of tooth damage. Vitamin C contained in red guava (Psidium Guajava) is expected to induce salivary flow rate in Xerostomia patients who consume antihypertensive Telmisartan.The purpose of this study is to acknowledge the effect of red guava in increasing salivary flow rate in Xerosotmia patients who consume antihypertensive Telmisartan. This is a clinical trial study with nonequivalent control group experimental design. Each group has 15 samples from the population of hypertensive patients who consume antihypertensive Telmisartan and are suffering Xerostomia in Pancaran Kasih Hospital and Prof. Dr. RD. Kandou Hospital. The treatment group is given red guava fruit that is already served as pure juice while the control group is only given mineral water. Saliva is collected twice, that is before treatment and after treatment. Saliva is collected by spitting method and the salivary flow rate is measured by using disposable syringe with the measurement of ml/minute.The result of this study shows that the average of salivary flow rate before of control group is 0.23 ml/minute and the average of salivary flow rate after is 0.28 ml/minute. While the average of salivary flow rate before treatmen in treatment group is 0.24 ml/minute and the average of salivary flow rate after treatment is 0.83 ml/minute. It can be concluded that red guava has been proved to be effectively increase salivary flowrate of xerostomia patients who consume antihypertensive Telmisartan.Keywords: xerostomia, red guava, salivary flow rateAbstrak: Sebuah studi yang dilakukan oleh National Center for Biotechnology Information (NCBI) yang melakukan penelitian terhadap pengguna obat antihipertensi, sebanyak 50% menderita Xerostomia atau mulut kering. Laju aliran saliva yang menurun akibat Xerostomia dapat menyebabkan meningkatnya resiko kerusakan gigi. Kandungan vitamin C pada buah jambu biji merah (Psidium guajava) diharapkan dapat meningkatkan laju aliran saliva pada penderita xerostomia yang mengonsumsi obat antihipertensi golongan Telmisartan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek jambu biji merah dalam meningkatkan laju aliran saliva pada penderita Xerostomia yang mengonsumsi Telmisartan. Penelitian ini adalah penelitian uji klinis dengan rancangan eksperimental nonequivalent control group design. Setiap kelompok beranggotakan 15 orang dari populasi pasien pengguna obat antihipertensi golongan Telmisartan yang menderita Xerostomia di RSU Pancaran Kasih dan RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Malalayang. Kelompok perlakuan mengonsumsi buah jambu biji merah yang disajikan dalam bentuk jus murni sedangkan kelompok kontrol hanya mengonsumsi air mineral. Saliva dikumpulkan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah mengonsumsi buah jambu biji merah. Saliva dikumpulkan dengan metode spitting dan laju aliran saliva diukur menggunakan disposable syringe dengan satuan ml/ menit.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata laju aliran saliva awal pada kelompok kontrol yaitu 0,23 ml/menit dan laju aliran saliva akhir kelompok kontrol yaitu 0,28 ml/menit. Sedangkan rerata laju aliran saliva awal pada kelompok perlakuan yaitu 0,24 ml/menit dan laju aliran saliva akhir kelompok perlakuan yaitu 0,83 ml/menit. Dapat disimpulkan bahwa buah jambu biji merah dapat meningkatkan laju aliran saliva pada penderita Xerostomia yang mengonsumsi Telmisartan.Kata kunci: xerostomia, jambu biji merah, laju aliran saliva.
Pengaruh obat kumur beralkohol terhadap laju aliran saliva dan pH saliva Rawung, Feiby; Wuisan, Jane; Leman, Michael A.
e-GiGi Vol 5, No 2 (2017): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.5.2.2017.16538

Abstract

Abstract: Mouthwash is one of the accessible oral healthcare and practical for use by the community. Various commercial products contain more than one active ingredient; the most common one is alcohol with varied concentrations from 6% to 26%. Mouthwash with high concentration of alcohol can cause some effects to some users, like burning and dry sensation of the oral mucosa. Dry oral mucosa caused by reduced saliva production will be more susceptible to irritation. Reduced amount of saliva also causes lower oral pH which leads to increased growth of cariogenic bacteria. This study was aimed to investigate the influence of alcoholic mouthwash to salivary flow and salivary pH. This was a quasi-experiment study with before and after treatment groups. The population study was students of Dental Medical Education Program of Medical Faculty of University of Sam Ratulangi, Manado, batch 2012, with a total of 30 respondents obtained by using purposive sampling method. The T test showed that salivary flow rate before and after treatment had no significant difference (p >0.05) based on T test. Moreover, the Wilcoxon test showed that there was no significant difference of salivary pH between before and after treatment (p >0.05). Conclusion: There was no effect of rinsing with alcoholic mouthwash on salivary flow and salivary pH.Keywords: alcoholic mouthwash, salivary flow rate, salivary pH Abstrak: Obat kumur merupakan salah satu produk perawatan kesehatan gigi dan mulut yang mudah diperoleh dan praktis digunakan sendiri oleh masyarakat. Berbagai produk komersial mengandung lebih dari satu bahan aktif; salah satunya yaitu alkohol dengan konsentrasi bervariasi dari 6% hingga 26,9%. Kandungan alkohol yang tinggi dapat menimbulkan efek bagi sebagian pengguna, seperti sensasi terbakar dan kering di area mukosa mulut disebabkan berkurangnya saliva yang memudahkan terjadinya iritasi. Berkurangnya saliva juga menyebabkan pH mulut rendah sehingga pertumbuhan bakteri kariogenik meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh obat kumur beralkohol terhadap laju aliran saliva dan pH saliva. Jenis penelitian ialah eksperimen semu dengan kelompok sebelum dan sesudah perlakuan. Populasi penelitian yaitu mahasiswa Angkatan Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi Manado yang berjumlah 30 responden, diperoleh dengan purposive sampling. Hasil uji T berpasangan mennunjukkan data laju aliran saliva sebelum dan sesudah perlakuan tidak memiliki perbedaan bermakna (p >0,05). Berdasarkan uji Wilcoxon, data pH saliva sebelum dan sesudah perlakuan tidak memiliki perbedaan bermakna (p >0,05). Simpulan: Tidak terdapat pengaruh berkumur dengan obat kumur beralkohol terhadap laju aliran saliva dan pH saliva.Kata kunci: obat kumur beralkohol, laju aliran saliva, pH saliva