Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

MODIFIKASI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita Flour) DENGAN HIDROLISIS SECARA ENZIMATIS Yeni Sulastri; Syirril Ihromi; Nurhayati Nurhayati
Pro Food Vol. 2 No. 1 (2016): Pro Food
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.714 KB)

Abstract

Yellow pumpkin (Cucurbita moschata) could potentially be used as a source of modified flour material to to reduce the consumption of wheat. One method of modified flour that can be done is the enzymatic hydrolysis process using α-amylase enzyme. This research used α-amylase enzyme of small green pea sprout. Objective of this research is to obtained the best condition incubation periode and addition small green pea sprout. The experimental design of the research employed completely randomized design with two factors, incubation periode with 3 levels of treatment (24, 48, and 72 hours) and addition small green pea sprout (10%, 20%, and 30% (b/b dry flour)). The incubation periode was significantly take affect at level significance 95% to solubility and swelling power but not significantly take affect to water absorbing capacity (WAC), oil absorbing capacity (OAC), and β-caroten content. Addition small green pea sprout was significantly take affect at level significance 95% to solubility and swelling power but not significantly take affect to water absorbing capacity (WAC) and oil absorbing capacity (OAC). In addition, the study confirmed that the incubation periode of 48 hours and small green pea sprout of 30% b/b dry flour were the best condition possible. The results at this condition solubility of 61.45%, swelling power of 31.86%, WAC of 3.04 (g), OAC of 2.62 (g/g), and β-caroten content of 3.08 mg/100 g. Keywords: incubation periode, modified yellow pumpkin flour, small green pea sprout ABSTRAK Labu kuning merupakan salah satu sumber pangan dan sumber pati potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku tepung termodifikasi untuk mengurangi konsumsi terigu. Salah satu metode modifikasi tepung yang dapat dilakukan adalah proses hidrolisis secara enzimatis dengan menggunakan enzim α-amilase. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi terbaik lama inkubasi dan penambahan kecambah kacang hijau melalui proses hidrolisis secara enzimatis. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu lama inkubasi dengan 3 taraf perlakuan yaitu 24, 48, dan 72 jam dan penambahan kecambah kacang hijau 10, 20, dan 30% dari bobot tepung labu kuning yang akan dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan lama inkubasi berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% terhadap kelarutan, swelling power, dan daya serap minyak namun tidak berpengaruh nyata terhadap daya serap air tepung labu kuning termodifikasi. Penambahan kecambah kacang hijau berpengaruh nyata terhadap kelarutan dan swelling power namun tidak berpengaruh nyata terhadap daya serap air dan daya serap minyak. Kondisi terbaik proses modifikasi pati labu kuning secara enzimatis adalah pada lama inkubasi 48 jam dan penambahan kecambah kacang hijau 30%. Pada kondisi ini dihasilkan kelarutan 61,45%, swelling power 31,86%, daya serap air 3,04 (g/g), daya serap minyak 2,62 (g/g), dan β-karoten 3,08 mg/100 g.
PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN TERHADAP SIFAT FISIKO KIMIA TEH DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata) Elsa Wiriana Patin; Mohammad Abbas Zaini; Yeni Sulastri
Pro Food Vol. 4 No. 1 (2018): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.79 KB) | DOI: 10.29303/profood.v4i1.72

Abstract

The aim of this research is to find out the influence of drying temperature variation on physico chemical characteristic of Andrographis paniculata leaf tea which include moisture content, ash content, antioxidant activity, extract level in water and organoleptic (color, flavor And aroma) on the leaves of sambiloto tea (Andrographis paniculata). This study was designed using Completely Randomized Design (RAL) with 5 level treatments and 4 replications. The result of the observation was analyzed by using analysis of variance at 5% significance level. The treatment consisted of one factor that influence the variation of drying temperature 50, 55, 60, 65 and 70°C with 50 minutes drying time. The results showed that the drying temperature of leaf bitter tea had significant effect moisture on content, ash content, antioxidant activity, water extract level, hedonic organoleptic parameters and scores (color, flavor and aroma). The results of this study indicate that drying with temperature 60°C produces leaf sambiloto tea with the best quality of moisture content (8.16%), ash contant (8.04%), antioxidant activity (78.29%), water soluble extract (41,93%) as well as organoleptic aroma (neutral and somewhat typical bitter leaf smell), taste (dislike and very bitter) and color (neutral and brownish yellow).Keywords: drying, sambiloto, tea.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi suhu pengeringan terhadap sifat fisiko kimia teh daun sambiloto (Andrographis paniculata) yang meliputi kadar air, kadar abu, aktivitas antioksidan, kadar ekstrak dalam air, dan organoleptik (warna, rasa dan aroma) pada teh daun sambiloto (Andrographis paniculata). Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan dan 4 ulangan. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis keragaman (Analysis of Variance) pada taraf nyata 5%. Perlakuan terdiri dari satu faktor yaitu variasi suhu pengeringan 50, 55, 60, 65 dan 70°C dengan lama pengeringan yaitu 60 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pengeringan dalam pembuatan teh daun sambiloto memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar air, kadar abu, aktivitas antioksidan, kadar ekstrak dalam air, parameter organoleptik hedonik dan skoring (warna, rasa dan aroma). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeringan dengan suhu 60°C menghasilkan teh daun sambiloto dengan mutu terbaik yaitu kadar air (8,16%), kadar abu (8,04%), aktivitas antioksidan (78,29%), kadar ekstrak larut dalam air (41,93%) serta organoleptik aroma (netral dan aroma daun sambiloto agak khas), rasa (tidak suka dan sangat pahit) dan warna (netral dan kuning kecoklatan).Kata kunci: pengeringan, sambiloto, teh.
PEMANFAATAN TEPUNG UMBI MINOR SEBAGAI ALTERNATIF STABILIZER ALAMI UNTUK MENINGKATKAN MUTU FISIK DAN INDERAWI ES KRIM BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus sp.) Yeni Sulastri; Rucitra Widyasari; Rini Nofrida; Mohammad Abbas Zaini; Zainuri .; Arif Nasrullah
Pro Food Vol. 4 No. 1 (2018): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.516 KB) | DOI: 10.29303/profood.v4i1.74

Abstract

The study aimed to analyze the effect of using some local tuber flour as alternative stabilizer on dragon fruit ice cream through physical and sensory quality. Tuber local utilizing was lombos (porang), meanwhile uwi, talas belitung, and CMC as a control. The research was conducted in three stages: 1) making of flours: lombos, porang, and talas belitung 2) making dragon fruit ice cream in addition of natural stabilizer of lombos flour, porang flour and talas belitung flour under various concentration levels at 0.1, 0.3 and 0.5% w / v and 3) determining of the best treatment from each natural stabilizer. The result showed that was red dragon fruit ice cream with 0.5% porang flour as stabilizer had similar effect to CMC as an ice cream stabilizer. The porang 0,5% treatment was overrun, 87,41% emulsion stability, melting time 95,45 minutes / 100 gram, 54,5 dPa.s viscosity, and 3.95 hedonic score (mildly like to like), 4.33 (like) hedonic texture and 4,53 (mildly gentle to soft) texture with scoring test.Keywords: ice cream, tuber, stabilizerABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh dari penggunaan beberapa tepung umbi lokal sebagai alternatif stabilizer pada es krim buah naga terhadap sifat fisik dan sensori. Umbi lokal yang digunakan adalah umbi lombos (porang), umbi uwi dan umbi talas belitung serta CMC sebagai kontrol. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu 1) pembuatan tepung talas belitung, pembuatan tepung umbi porang, pembuatan tepung umbi uwi, 2) pembuatan es krim buah naga dengan penambahan stabilizer alami berupa tepung umbi talas belitung, tepung umbi porang, tepung uwi pada berbagai tingkat konsentrasi yaitu 0.1, 0.3 dan 0.5 %b/v dan 3) penentuan perlakuan terbaik dari masing-masing penggunaan penstabil alami. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa es krim buah naga merah yaitu jenis penstabil porang dengan konsentrasi 0,5% dan mampu menyamai CMC sebagai penstabil es krim. Pada perlakuan porang 0,5% diperoleh overrun 68,50%, stabilitas emulsi 87,41 %, waktu leleh 97.7 menit/100 gram, viskositas 54.5 dPa s, skor hedonik rasa 3,95 (agak suka mengarah ke suka), hedonik tekstur 4,33 (suka), skoring tekstur 4,53 (agak lembut mengarah ke lembut).Kata kunci: es krim, umbi, stabilizer
RASIO TEPUNG TAPIOKA, TEPUNG KETAN DAN TEPUNG UBI JALAR UNGU TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DODOL: Ratio of Tapioca Flour, Glutinous Flour and Purple Sweet Potato Flour on the Physicochemicals Properties of Dodol Solihatun Hafizah; Ahmad Alamsyah; Yeni Sulastri
Pro Food Vol. 4 No. 2 (2018): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (708.53 KB) | DOI: 10.29303/profood.v4i2.87

Abstract

ABSTRACT The purpose of this research was to determine the effect of the ratio of tapioca flour, glutinous flour and purple sweet potato flour to the physicochemical properties of dodol with chemical quality (moisture content, total anthocyanin, and reduction sugar) and physical quality of the color (L value and oHue value). This study used Randomized Block Design (RBD) consisting of 6 treatments T1= Tapioca Flour 80%: Glutinous Flour 10%: Purple Sweet Potato Flour 10%, T2= Tapioca Flour 70%: Glutinous Flour 15%: Purple Sweet Potato Flour 15%, T3= Tapioca Flour 60%: Glutinous Flour 20%: Purple Sweet Potato Flour 20%, T4=Tapioca Flour 50%: Glutinous Flour 25%: Purple Sweet Potato Flour 25%, T5= Tapioca Flour 40%: Glutinous Flour 30%: Purple Sweet Potato Flour 30%, T6= Tapioca Flour 30%: Glutinous Flour 35%: Purple Sweet Potato Flour 35% with 3 times repetitions. The data of the research were analyzed using the diversity analysis at 5% level using Co-stat software and tested continued using the test of Honest Real Difference (HRD) if there was real difference. The results showed that the ratio of tapioca flour, glutinous flour and purple sweet potato flour gave a significantly different effect on chemical quality (moisture content, total anthocyanin, and reduction sugar), and physical quality of the color (oHue value) but gave no significant effect on physical quality of the color (L value). The result showed that the ratio of tapioca flour 30%: glutinous flour 35%: purple sweet potato flour 35% was the best treatment with moisture contect of 24.21%, total anthocyanin 8.48 mg/100g, reducing sugar 7.83%, L value of 23.85 and oHue value 360.14 Keywords: dodol, glutinous flour, tapioca flour, purple sweet potato flour ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio tepung tapioka, tepung ketan dan tepung ubi jalar ungu terhadap sifat fisikokimia dodol dengan kualitas kimia (kadar air, total antosianin, dan kadar gula reduksi) dan mutu fisik warna (nilai L dan nilai oHue). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan T1= Tepung Tapioka 80% :Tepung Ketan 10% :Tepung Ubi Jalar Ungu 10%, T2= Tepung Tapioka 70% :Tepung Ketan 15% :Tepung Ubi Jalar Ungu 15%, T3= Tepung Tapioka 60% :Tepung Ketan 20% :Tepung Ubi Jalar Ungu 20%, T4= Tepung Tapioka 50% :Tepung Ketan 25% :Tepung Ubi Jalar Ungu 25%, T5= Tepung Tapioka 40% :Tepung Ketan 30% :Tepung Ubi Jalar Ungu 30%, T6= Tepung Tapioka 30% :Tepung Ketan 35% :Tepung Ubi Jalar Ungu 35% dengan 3 kali pengulangan. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis keragaman pada taraf 5% menggunakan software Co-stat dan diuji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) jika terdapat beda nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio tepung tapioka, tepung ketan dan tepung ubi jalar ungu memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap mutu kimia (kadar air, total antosianin dan gula reduksi) dan mutu fisik warna (nilai oHue) namun memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap mutu fisik warna (nilai L). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio tepung tapioka (30%), tepung ketan (35%) dan tepung ubi jalar ungu (35%) merupakan perlakuan terbaik dengan kadar air sebesar 24,21%, total antosianin 8,48 mg/100g, gula reduksi 7,83%, nilai L sebesar 23,85 dan nilai oHue 360,14. Kata Kunci: dodol, tepung ketan, tepung tapioka, tepung ubi jalar ungu.
PENGARUH LAMA PERENDAMAN DALAM LARUTAN NACL DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU TEPUNG TALAS BELITUNG (Xanthosoma sagittifolium): The Effect of NaCl Soaking Time and Drying Time on The Quality of Belitung Taro Flour (Xanthosoma sagittifolium) Suci Suharti; Yeni Sulastri; Ahmad Alamsyah
Pro Food Vol. 5 No. 1 (2019): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.167 KB) | DOI: 10.29303/profood.v5i1.96

Abstract

ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of NaCl soaking time and drying time on the quality of belitung taro flour (Xanthosoma sagittifolium). This study used a factorial design using 2 factors: NaCl soaking time (0, 30, and 60 minutes) and drying time (3, 4 and 5 hours) consisting of 9 treatments and 3 replications. The parameters observed included chemical parameters (moisture, ash, starch, calcium oxalate, and crude fiber content) and physical parameters (yield, bulk density and color value L *). The results of the research data were analyzed using analysis of variance alpha 5% and if there were significant differences it was tested further using the Duncan Multiple Range Test. The results showed that the treatment of soaking time in NaCl solution had a significantly effect on chemical parameters (moisture, ash, starch, calcium oxalate, and crude fiber content) and physical parameters (yield, bulk density, color value L*) . The drying time gave significantly effects on chemical parameters (moisture, ash, starch, calcium oxalate, and crude fiber content) and physical parameters (yield and bulk density). The interaction between NaCl soaking time and drying time gave a significantly effect on calcium oxalate content. The best treatment is 60 menit NaCl soaking time and 5 hours drying time (L3P3) with 3.56% moisture, 1.31% ash, 64.36% starch, 337.82 mg/100g calcium oxalate, 2.5% crude fiber content, 19.31% yield, 0.71 g/ml bulk density, and L* color value 92.28 that has met the SNI quality requirements for cassava flour. Keywords: belitung taro, drying time, flour, NaCl, soaking timeABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dalam larutan NaCl dan lama pengeringan terhadap mutu tepung talas belitung (Xanthosoma sagittifolium). Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial menggunakan 2 faktor yaitu faktor lama perendaman dalam larutan NaCl (0, 30, dan 60 menit) dan faktor lama pengeringan (3, 4 dan 5 jam) yang terdiri dari 9 perlakuan dan 3 ulangan. Parameter yang diamati meliputi parameter kimia (air, abu, pati, kalsium oksalat, dan kadar serat kasar) dan parameter fisik (rendemen, densitas kamba dan warna nilai L*). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis keragaman pada taraf nyata 5% dan apabila terdapat beda nyata maka diuji lanjut menggunakan uji Duncan Multiple Range Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman dalam larutan NaCl memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter kimia (kadar air, abu, pati, kalsium oksalat, dan serat kasar) dan parameter fisik (rendemen, densitas kamba, warna nilai L*). Perlakuan lama pengeringan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter kimia (air, abu, pati, kalsium oksalat, dan kadar serat kasar) dan parameter fisik (rendemen dan densitas kamba). Interaksi antara lama perendaman dalam larutan NaCl dengan lama pengeringan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar kalsium oksalat. Perlakuan terbaik yaitu lama perendaman dalam larutan NaCl 60 menit dan lama pengeringan 5 jam atau L3P3 dengan kadar air 3,56%, abu 1,31%, pati 64,36%, kalsium oksalat 337,82 mg/100g, serat kasar 2,5%, rendemen 19,31%, densitas kamba 0,71 g/ml, dan warna nilai L* 92,28 yang telah memenuhi syarat SNI mutu tepung singkong. Kata Kunci: lama perendaman, lama pengeringan, NaCl, talas belitung, tepung
PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG TEMPE TERHADAP NUTRISI DAN MUTU SENSORI OPAK SINGKONG DARI LOMBOK UTARA: The Effect of Tempeh Flour Concentration on Nutrition and Sensory Quality of Cassava Opak From North Lombok Arindra Pemilia; Dody Handito; Yeni Sulastri
Pro Food Vol. 5 No. 2 (2019): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.803 KB) | DOI: 10.29303/profood.v5i2.99

Abstract

ABSTRACT The objective of this research was to determine the right concentration of tempeh flour to enhance nutrition and sensory quality of cassava opak from North Lombok. The method used in this research was Randomized Complete Block Design (RCBD) with six treatments which adding 0% (P0), 5% (P1), 10% (P2), 15% (P3), 20% (P4), 25% (P5) tempeh flour from tapioca starch weight. The data obtained were analyzed by analysis of variance (ANOVA) at 5% level using SPSS software. If there was any difference, the data tested further by Orthogonal Polynomial Method (OPM) for the nutrient and by Honestly Significant Difference (HSD) for sensory evaluation at 5% level. The result showed that the tempeh flour concentration gave a significant difference on protein content, fat content, carbohydrate content, total calories, hedonic test (colour and taste) and scoring test ( colour, taste and aroma). Based on the result of sensory evaluation, the additional of 15% of tempeh flour was slightly liked by the panelis and it had protein content 5.92%; moisture content 4.10%; ash content 2.60%; fat content 10.89%; carbohydrate content 76.6%; total calories 427.63 Cal/100 g; slightly yellow, slightly crunchy; slightly smells tempeh and slightly tastes tempeh. Keywords: Cassava, opak, protein, tempeh flour ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi tepung tempe yang tepat untuk meningkatkan nutrisi dan mutu sensori opak singkong dari Lombok Utara. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 taraf perlakuan konsentrasi tepung tempe 0% (P0), 5% (P1), 10% (P2), 15% (P3), 20% (P4), 25% (P5) dari berat tepung tapioka. Data hasil pengamatan diuji dengan analisis keragaman (ANOVA) pada taraf 5% menggunakan software SPSS, apabila terdapat perbedaan nyata diuji lanjut dengan menggunakan uji Polinomial Ortogonal untuk uji nutrisi dan Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk uji sensoris pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung tempe memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat dan total kalori serta uji sensoris hedonik (warna dan rasa) dan uji scoring untuk (warna, rasa dan aroma). Berdasarkan hasil uji sensoris penambahan tepung tempe sebanyak 15% adalah perlakuan yang cita rasanya agak disukai oleh panelis dengan kadar protein 5,92%; kadar air 4,10%; kadar abu 2,60%; kadar lemak 10,89%; kadar karbohidrat 76,46%; total kalori 427,63 Kal/100 g; berwarna putih kekuningan; bertekstur agak renyah; agak beraroma tempe dan agak berasa tempe. Kata Kunci: Opak, protein, singkong, tepung tempe
The Study of Chemical and Organoleptic PropertiesTofu Nugget on Various Percentage In Additionto The Seaweed Porridge (Eucheuma cottoni): The Study of Chemical and Organoleptic Properties Tofu Nugget on Various Percentage In Addition to The Seaweed Porridge (Eucheuma cottoni Nurul Asriani; Nurhayati .; Yeni Sulastri
Pro Food Vol. 7 No. 1 (2021): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/profood.v7i1.150

Abstract

ABSTRACT Nugget is a form/kind of processed meat product made from ground meat with mold foursquare pieces and coated with seasoned flour. This study aims to determine seaweed porridge's effect on the chemical and organoleptic properties of tofu nuggets. The method used in this study was an experimental method by conducting experiments in the Laboratory. The design that used in this study was a Completely Randomized Design (CRD) with one factor treatment, namely the addition of seaweed pulp with 6 treatments in making tofu nuggets, namely P0 = 0% seaweed pulp (as a control), P1 = 10%, P2 = 20 %, P3 = 30%, P4 = 40%, P5 = 50%. The result of the Data from observational analysis using diversity analysis at a 5% significance level. If there is a significantly different treatment, further tests (BNJ) are carried out at the same real level. The study results show that the concentration of the addition of seaweed porridge significantly influences the chemical properties (water content and ash content) and organoleptic properties (color and taste) while for protein content, texture and aroma did not significantly affect. The best treatment was obtained at P5 treatment with water content (54.33%), ash content (6.53%), protein content (5.94%) with savoty taste, brown color, soft texture, and preferred aroma. ABSTRAK Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi dengan tepung berbumbu. Penelitian ini bertujuan untu mengetahui pengaruh penambahan bubur rumput laut terhadap sifat kimia dan organoleptik nugget tahu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan melakukan percobaan di Laboratorium. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan satu faktor yaitu penambahan bubur rumput laut dengan 6 perlakuan dalam pembuatan nugget tahu yaitu P0 = 0 % bubur rumput laut (sebagai control) , P1 = 10 %, P2 = 20 %, P3 = 30 %, P4 = 40 %, P5 = 50 %. Data hasil pengamatan analisa menggunakan analisa keragaman pada taraf nyata 5%. Bila ada perlakuan yang berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut (BNJ) pada taraf nyata yang sama. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi penambahan bubur rumput laut berpengaruh secara nyata terhadap sfat kimia (kadar air dan kadar abu) serta sifat organoleptik (warna dan rasa) sedangkan untuk kadar protein, tekstur dan aroma tidak berpengaruh secara nyata. Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan P5 dengan kadar air (54,33%), kadar abu (6,53%), kadar protein (5,94%) dengan rasa gurih, warna coklat, tekstur lembut dan aroma yang disukai.
Peningkatan Kualitas Produk dan Kemasan Gula Cetak dan Gula Semut Rucitra Widyasari; Yeni Sulastri; Hary Kurniawan
WIDYABHAKTI Jurnal Ilmiah Populer Vol. 2 No. 1 (2019): Nopember
Publisher : STIKOM Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (953.874 KB)

Abstract

“Dusun” Kekait Daye, Desa Kekait, Kabupaten Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat adalah salah satu sentra produksi gula aren di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Gula aren diproduksi dalam bentuk “batok”, “briket” dan gula merah. Namun sayangnya, teknologi yang digunakan masih sangat sederhana baik dari segi peralatan maupun kemasan yang digunakan padahal dengan sedikit sentuhan teknologi, produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang lebih tinggi, umur simpan yang lebih lama dan dapat dipasarkan secara luas. Kegiatan ini dilaksanakan meliputi pelatihan cara pengolahan pangan yang baik, metode kemasan yang baik, metode penyimpanan yang baik, transfer teknologi melalui mesin pengaduk gula, penyuluhan untuk lisensi industri rumah tangga, manajemen bisnis dan teknik pemasaran. Dari hasil kegiatan dapat dilihat adanya peningkatan pemahaman mitra mengenai pentingnya cara pengolahan pangan yang baik serta jenis kemasan dan proses labeling produk untuk meningkatkan umur simpan serta memperluas pasar dan kemampuan mitra dalam mengoperasikan dan menggunakan alat pengaduk gula untuk mempercepat waktu pemasakan dan menghemat bahan bakar yang digunakan.