Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PENGARUH KONSENTRASI MESOKARP SEMANGKA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN MIKROBIOLOGI WATER KEFIR SEMANGKA KUNING (Citrullus lanatus (Thunb.)): Effect of Watermelon Mesocarp Concentration on Physicochemical and Microbiology Characteristic of Yellow Watermelon (Citrullus lanatus (Thunb.)) Water Kefir Rhema Nafiri Syalom; Sri Mulyani; Anang M Legowo
Pro Food Vol. 6 No. 2 (2020): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/profood.v6i2.154

Abstract

ABSTRACT Yellow watermelon (Citrullus lanatus (Thunb.)) is a kind of horticulture commodity that contains high water content. There are three parts of yellow watermelon, namely the outer part (exocarp), the middle part with white color (mesocarp), and the fruit flesh (endocarp) that the mesocarp often becomes waste of the consumption of yellow watermelon. One of the development innovations for yellow watermelon is to process it into fermented beverage such as water kefir using the mesocarp so that there is no waste material. This research aims to know the effect of mesocarp concentration on yellow watermelon water kefir physicochemical and microbiology characteristics. The method of research was using Completely Randomized Design with one factor (mesocarp concentration). Treatment variation which is utilized the 0% (v/v), 5% (v/v), 10% (v/v), 15% (v/v), and 20% (v/v) of mesocarp concentration. The research results show that the higher mesocarp concentration can increase the total of lactic acid and lactic acid bacteria, decrease the alcohol content and total of yeast, contribute to give antioxidants on water kefir, and mesocarp concentration does not have a real impact on viscosity. Keywords: Mesocarp, Yellow Watermelon, Water Kefir ABSTRAK Semangka kuning (Citrullus lanatus (Thunb.)) merupakan salah satu komoditas hortikultura dengan kandungan air yang sangat tinggi. Pada semangka kuning terdapat tiga bagian yaitu bagian terluar (eksokarp), bagian tengah berwarna putih (mesokarp), dan daging buah (endokarp) yang mana dalam mengonsumsi semangka, mesokarp seringkali menjadi limbah. Inovasi pengolahan semangka kuning salah satunya dapat dijadikan minuman fermentasi water kefir dengan memanfaatkan mesokarp agar tidak menjadi bahan yang terbuang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi mesokarp terhadap karakteristik fisikokimia dan mikrobiologi water kefir semangka kuning. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan faktor tunggal (konsentrasi mesokarp). Variasi perlakuan yang digunakan adalah konsentrasi mesokarp 0% (v/v), 5% (v/v), 10% (v/v), 15% (v/v), dan 20% (v/v). Hasil penelitian menunjukan semakin tinggi konsentrasi mesokarp mampu meningkatkan total asam laktat dan total bakteri asam laktat, mampu menurunkan kadar alkohol dan total khamir, memberikan antioksidan pada water kefir, dan konsentrasi mesokarp tidak mempengaruhi viskositas. Kata kunci: Mesokarp, Semangka Kuning, Water Kefir
Ekstraksi kolagen dari kulit kerbau menggunakan asam asetat Sri Mulyani; Antonius Hintono; Neisya Rizki Adefatma; Iwan Fajar Pahlawan
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 37, No 2 (2021): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20543/mkkp.v37i2.7025

Abstract

Kulit kerbau berpotensi sebagai bahan baku alternatif pembuatan kolagen halal, pengganti sapi dan babi. Namun, kompleksitas kulit kerbau diduga lebih tinggi dibandingkan kulit sapi maupun kulit babi. Asam asetat merupakan asam lemah yang mampu mengekstraksi kolagen dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan interaksi berbagai konsentrasi asam asetat dan waktu ekstraksi terhadap kualitas kolagen, diantaranya rendemen, kadar air, serta karakteristik kolagen, berdasarkan berat molekul dan gugus fungsi. Materi utama penelitian ini berupa 3 lembar kulit kerbau rawa jantan berumur 3-4 tahun. Studi ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap pola faktorial, yang terdiri dari faktor konsentrasi asam asetat (0,5 M, 1 M, 1,5 M) dan waktu ekstraksi (48 jam dan 72 jam). Seluruh perlakuan direplikasi sebanyak empat kali. Hasil optimum ekstraksi kolagen dari kulit kerbau adalah menggunakan asam asetat dengan konsentrasi 1 M dengan ekstraksi selama 72 jam, dimana menghasilkan kolagen dengan rendemen 1,42±0,27%, berdasarkan faktor konsentrasi, dan 1,70±0,35%, berdasarkan faktor lama ekstraksi, kadar air 4,19±0,14%, serta teridentifkasi bahwa kolagen belum mengalami degradasi menjadi gelatin berdasarkan berat molekul dan gugus fungsi.
KARAKTERISTIK SPONGE CAKE DENGAN PERLAKUAN PENAMBAHAN PASTA BIT (Beta vulgaris L.) Fatika Ambarwati; Sri Mulyani; Bhakti Etza Setiani
Jurnal Agrotek Ummat Vol 7, No 1 (2020): February 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (974.373 KB) | DOI: 10.31764/agrotek.v7i1.2103

Abstract

Abstrak: Bit merah (Beta vulgaris L.) merupakan salah satu komoditas yang memiliki keunggulan sebagai zat pewarna alami dan sumber antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pasta bit merah (beta vulgaris L.) terhadap kualitas mutu sponge cake. Rancangan penelitian ini menggunakan (RAL) dengan 6 perlakuan 4 kali ulangan, perlakuan yang diberikan yaitu perbedaan konsentrasi penambahan pasta bit (b/b) yakni T0= 0% (kontrol) , T1=10%, T2= 20%, T3= 30%, T4= 40% dan T5= 50%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi pasta bit yang berbeda memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap aktifitas antioksidan, morfologi crumb, warna (L*), mutu organoleptik tekstur, aroma dan overall sedangkan untuk parameter daya kembang, warna (a*) dan (b*) dan mutu organoleptik rasa tidak berpengaruh nyata. Penambahan pasta bit yang terbaik yakni perlakuan T5 (50%) dengan nilai daya kembang 74,75±3,50, morfologi crumb baik, aktifitas antioksidan 60%, warna (L*) 64,68, warna (a*) 5,79, warna (b*) 33,12, dan mutu organoleptik rasa manis, aroma tidak langu, tekstur agak lembut, dan Overall suka. Abstract: Red beet (Beta vulgaris L.) is a commodity that has advantages as a natural coloring agent and source of antioxidants. This study aims to determine the effect of the addition of red beet paste (Beta vulgaris L.) on the quality of sponge cake quality.The design of this study uses (CRD) with 6 treatments and 4 replications, the treatment given is the difference in the concentration of the addition of beet paste (b / b) namely T0= 0% (control), T1= 10%, T2= 20%, T3= 30%, T4= 40% and T5= 50%. The results showed that the addition of different concentrations of beet paste gave a significant effect (P <0.05) on antioxidant activity, crumb morphology, color (L *), organoleptic quality of texture, aroma and overall while for the parameters of developt capacity, color (a * ) and (b *) and organoleptic quality of taste have no significant effect. The best addition of beet paste is the treatment of T5 (50%) with a value of developt capacity 74.75 ± 3.50, good crumb morphology, antioxidant activity 60%, color (L *) 64.68, color (a *) 5.79 , color (b *) 33.12, and organoleptic quality of sweet taste, unpleasant aroma, rather soft texture, and overall like.
The Functional Properties of Buffalo skin Gelatin Extracted Using Crude Acid Protease from Cow’s Abomasum Sri Mulyani; Umar Santoso; Yudi Pranoto; Francis M.C. Setyabudi; Anang Mohamad Legowo
Journal of Applied Food Technology Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Dept. Food Technology, Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.88 KB) | DOI: 10.17728/jaft.6464

Abstract

The study was investigated the functional properties of buffalo skin gelatine. Gelatine was extracted from swamp buffalo skin using crude acid protease from cow’s abomasum (CAPC) in concentration variation 0; 2.5; 5; and 7.5 U/mg. The temperature to hydrolysis included at 28 °C, 37°C and 40°C. The emulsion activity index (EAI), Emulsion stability index (ESI), foaming expansion (FE) and foaming stability (FS) were investigated. The interaction between CAPC concentration and hydrolysis temperature has a significant effect (P <0.05) on the emulsion activity index (EAI), emulsion stability index (ESI), foaming expansion (FE) and foaming stability (FS). The highest EAI was obtained in CAPC concentration of 5 U /mg, hydrolysis temperature of 40°C, which was 12.04 m2/g. The higher concentration of CAPC decreased the ESI. The hydrolysis temperature of 40°C produces higher FE than 28°C and 40°C. The highest FE is obtained at CAPC 5U/mg, 37°C hydrolysis temperature, which is 102.93%. The FS values range from 44.91-55.00%. This value is higher than commercial gelatin (bovine skin gelatin) which is 34.90%. The conclusion of this study is that buffalo skin gelatin with the best functional properties was obtained using CAPC 5 U/mg, the hydrolysis temperature of 40°C.
The Physical and Chemical Properties of Marshmallow made from Bufallo (Bubalus bubalis) Hide Gelatin Compared to Commercial Gelatin Umar Santoso; Yudi Pranoto; Yessy Tania Afriyanti; Sri Mulyani
Journal of Applied Food Technology Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Dept. Food Technology, Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.923 KB) | DOI: 10.17728/jaft.5192

Abstract

In recent years, there is increasing demand of gelatin application, particularly in confectionary products such as marshmallow. Due to halal issue of predominant porcine gelatin, alternative gelatin from other source, like buffalo hide, is critically needed. This study aimed to analyze physical and chemical properties of marshmallow made from buffalo hide gelatin, which was compared to commercial marshmallow and those made using commercial gelatin. Conducted in two stages, the first part was gelatin extraction from buffalo hide and its quality analyses. The second was marshmallow preparation from the gelatin and its analyses. Concentration of buffalo hide gelatin was 4%, 5%, dan 6%, whereas commercial gelatin was 7%, 8%, and 9%. The experiment was repeated three times and all determination were performed in duplicated. Results showed that marshmallow from buffalo hide gelatin contained 15,5 – 18,40 % (wb) moisture; 0,64 - 1.16% (db) ash content; 43,34 – 48,83 % (db) total sugar; and 24,25 – 28,73 % (db) reducing sugar. Textural analyses indicated that the highest value of marshmallow hardness (129.50 g/mm2) and highest value of springiness (5.70 mJ/mm2) were obtained by marshmallow made using 5% and 6% buffalo hide gelatin, respectively), thus concluded that buffalo hide is potential halal gelatin source to produce marshmallow
Nilai pH, Viskositas, dan Tekstur Yoghurt Drink dengan Penambahan Ekstrak Salak Pondoh (Salacca zalacca) Yulian Candra Setianto; Yoyok Budi Pramono; Sri Mulyani
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.748 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan nilai pH, viskositas, dan tekstur yoghurt drink dengan penambahan ekstrak salak pondoh. Percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 4 kali ulangan, apabila terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan Uji Wilayah Ganda Duncan. Pada uji tekstur dengan menggunakan uji organoleptik dengan 25 panelis dan dianalisis dengan uji Kruskal Wallis. Perlakuan yang diterapkan adalah pengaruh penambahan ekstrak buah salak pondoh sebanyak 0% (T0), 1% (T1), 2% (T2), 3% (T3), dan 4% (T4). Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan penambahan ekstrak salak pondoh memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pH dan tidak ada pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap viskositas. Hasil analisis Kruskal Wallis menunjukkan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tekstur. Nilai pH 3,72-3,81; viskositas yoghurt drink 56,36 cP-73,43 cP; dan tekstur 4,44-4,80. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas yoghurt drink yang paling baik dengan penambahan 1% ekstrak salak pondoh.
Intensitas Warna dan Aroma Susu Kambing akibat Glikasi dengan D-Fruktosa, L-Fruktosa dan Galaktosa Putra Candra Nugraha; anang mohammad legowo; Sri Mulyani; Ahmad Ni&#039;matullah Al-Baarri
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.598 KB)

Abstract

Rare sugar adalah gula yang tidak lazim terdapat di alam dan dapat diperoleh dari selulosa dan polisakarida. Jenis rare sugar D- dan L-fruktosa memiliki sifat antioksidan yang tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, ketiga jenis gula ini digunakan sebagai meteri penelitian untuk dianalisis nilai browning intensity atau intensitas warna dan aromanya ketika ditambahkan ke dalam susu kambing setelah melalui proses glikasi pada suhu 60˚C selama 10 menit. Nilai intensitas warna dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer dan analisis aroma dilakukan dengan bantuan 25 orang panelis. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil bahwa intensitas warna berkisar antara 0,73 sampai 1,02. Nilai aroma susu kambing setelah reaksi glikasi berkisar antara 1,93 sampai 2,44. Nilai intensitas warna yang tinggi diperoleh pada sampel dengan penambahan D-Fruktosa. Adapun hasil aroma, tidak ada perbedaan antara D-Fruktosa, L-Fruktosa maupun Galaktosa.
SIFAT KIMIA BAKSO BERBAHAN DASAR DAGING BABI DAN ULAT SAGU DENGAN PENGIKAT TEPUNG SAGU Charliany Hetharia; Antonius Hintono; Sri Mulyani
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.294 KB)

Abstract

Tujuandaripenelitianiniadalah untuk mengetahui sifat kimia bakso berbahan dasardaging babi ulat sagu dengan menggunakan tepung sagu sebagai bahan pengikat. Penelitian ini bermanfaat mengetahui formulasi daging babi dan ulat sagu dengan konsentrasi tepung sagu yang tepat dalam pembuatan bakso sehingga dapat mengembangkan potensi lokal yaitu ulat sagu dan tepung sagu. Rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap pola faktorial dengan 2 kali ulangan. Faktor pertama (A) adalah formulasi daging babi ulat sagu ; A0 Formulasi daging babi ulat sagu (100%:0%) (Perlakuan kontrol), A1: Formulasi daging babi ulaat sagu (95%:5%), A2 : Formulasi daging babi ulat sagu (90%:10%), A3: Formulasi daging babi ulat sagu (85%:15%) dan A4 : Formulasi daging babi ulat sagu (80%:20%) dan faktor kedua (B) konsentrasi tepung sagu, yaitu: B1 Kosentrasi Tepung sagu 10%, B2 : Kosentrasi Tepung sagu 20%, dan B3: Konsentrasi tepung sagu 30%. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan analisis ragam (ANOVA), apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan taraf signifikansi 5%. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan formulasi daging babi ulat sagu dan tepung sagu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar protein, perlakuan formulasi daging babi ulat sagu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar air dan protein terlarut sedangkan perlakuan tepung sagu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar air bakso yang dihasilkan. Secara umum formulasi daging babi ulat sagu 90%:10% (A2) dan tepung sagu 10% (B1) dapat menghasilkan bakso dengan sifat kimia terbaik terbaik yaitu kadar air 65,67%; kadar protein 13,99%; kadar protein terlarut 1, 85%.
Aroma dan Warna Susu Kerbau Akibat Proses Glikasi D-psikosa, L-psikosa, D-tagatosa, dan L-tagatosa Diah Rahma Suryani; anang m. legowo; Sri Mulyani
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.937 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aroma dan intensitas warna susu kerbau akibat proses glikasi dengan rare sugar seperti D-psikosa, L-psikosa, D-tagatosa dan L-tagatosa. Rancangan percobaan untuk pengujian intensitas warna adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan (variasi jenis gula: D-psikosa, L-psikosa, D-tagatosa dan L-tagatosa) dan 5 ulangan. Variabel yang diamati adalah aroma dan intensitas warna. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam taraf 5%, jika terdapat pengaruh nyata (P<0,05) pada perlakuan dilanjutkan dengan uji wilayah ganda duncan untuk variabel intensitas warna dan Uji Beda Nyata Jujur untuk variabel aroma. Hasil penelitian aroma menunjukkan bahwa penambahan berbagai jenis rare sugar (D-psikosa, L-psikosa, D-tagatosa dan L-tagatosa) tidak berpengaruh nyata terhadap aroma susu kerbau, sedangkan untuk intensitas warna pada proses glikasi susu kerbau dengan penambahan berbagai jenis rare sugar (D-psikosa, L-psikosa, D-tagatosa dan L-tagatosa) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap intensitas warna sampel. Penambahan rare sugar L-psikosa menunjukkan intensitas warna tertinggi. Penambahan D-tagatosa lebih tinggi dari pada L-tagatosa dan penambahan D-psikosa menunjukkan hasil terendah diantara jenis gula yang lain. kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan rare sugar yang bervariasi dapat meningkatkan intensitas warna pada proses glikasi susu kerbau.
Browning Intensity dan Aroma Whey Susu Kambing akibat Proses Glikasi dengan Penambahan D-psicose, D-fructose dan D-tagatose Galuh Hayu Kinasih; Anang Mohammad Legowo; Sri Mulyani; Ahmad Ni&#039;matullah Al-Baarri
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 4, No 1 (2015): Februari 2015
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.707 KB)

Abstract

Rare sugar yang ditambahkan ke dalam whey susu kambing diduga dapat meningkatkan intensitas pencoklatan, menghilangkan aroma prengus susu kambing dan meningkatkan citarasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan fisik yang berupa warna, dan aroma. Rancangan percobaan untuk pengujian intensitas pencoklatan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 7 ulangan, apabila terdapatpengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji wilayah ganda duncan. Uji sifat organoleptik menggunakan metode uji organoleptik dengan 25 panelis agak terlatih. Perlakuan yang diterapkan adalah pengaruh penambahan rare sugar sebanyak 4% dengan perlakuan (T1) D-psicose, (T2) D-fructose dan (T3) D-tagatose. Hasil penelitian menunjukkanbahwa penambahan rare sugar (D-psicose, D-tagatose, dan D-tagatose) memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap intensitas pencoklatan, berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap organoleptik (aroma). Browning intensity 0,577-0,639; dan organoleptik (aroma) 4,84-5,61. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan D-psicose, D-fructose dan D-tagatose ke dalam whey susu kambing dapat meningkatkan intensitas warna coklat sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas mutu suatu produkpangan.