Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Sukma: Jurnal Pendidikan

Toward A Human Agency-Based Curriculum: A Practical Proposal at School Levels Azhar, Khairil
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/01104.2017

Abstract

Sebagai subjek belajar, siswa bisa diposisikan dalam sebuah kebijakan kurikulum sebagai agen pembelajaran atau sebaliknya cenderung menjadi subyek yang pasif. Secara teoritis, mengikuti teori yang dikembangkan oleh Alexander (2005), siswa bisa menjadi agen pembelajaran jika mereka diposisikan sebagai subyek yang memiliki atau mampu membangun agensi kemanusiaan. Agensi ini mengandaikan adanya kapasitas untuk berkehendak, mengekspresikan diri, dan evaluasi diri berdasarkan nilai-nilai kedirian yang mereka bangun. Berdasarkan kerangka teoritis di atas, penulis membedakan kecenderungan reseptif-reproduktif dan reflektif-transformatif dalam penyusunan kurikulum. Kecenderungan pertama memposisikan siswa sebagai subyek belajar pasif, yakni ‘sekadar’ menerima dan mereproduksi apa yang dipelajari atau diajarkan. Sedangkan yang kedua memberi ruang bagi sikap reflektif pada siswa sehingga menjadi alat bagi perubahan diri dan lingkungan sosialnya, yakni subyek belajar yang aktif dengan agensi kemanusiaan. Dalam berbagai dokumen yang terkait dengan kebijakan kurikulum di Indonesia saat ini, penulis menemukan kecenderungan untuk serba mengatur cenderung dominan, yakni dengan banyaknya ragam instrumen yang terkait dengan pengaturan kurikulum. Namun demikian, terdapat peluang bagi substansiasi kurikulum dengan konsepsi agensi kemanusiaan, yakni jika konsep-konsep yang selaras atau mendukung agensi kemanusiaan dalam berbagai dokumen kebijakan dielaborasi tersebut lebih jauh, sehingga konsep-konsep yang mengkondisikan materi kurikulum reflektif-transformatif menggantikan konsep-konsep yang berkecenderungan reseptif-reproduktif.
Objektifikasi dan Subjektifikasi Murid dalam Tiga Pranata Pendidikan: Keluarga, Sekolah dan Masyarakat Azhar, Khairil; Robandi, Babang
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 6 No. 2 (2022)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/06202.2022

Abstract

This paper tries to show how objectification tends to occur in family, community and school education. Theoretically, objectification is opposed to subjectification. Objectification means positioning children, students or individuals as objects of education. On the other hand, subjectification is their positioning as subjects or active agents of learning. For this reason, a ‘middle way’ conceptualization is needed so that a conception of education in families, schools and communities is obtained that is oriented towards facilitating the natural development of students’ potential or nature
Pengembangan Kurikulum Berbasis Guru di Indonesia, Mungkinkah? Azhar, Khairil; Dewi, Laksmi
SUKMA: Jurnal Pendidikan Vol. 7 No. 1 (2023)
Publisher : Yayasan Sukma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/07106.2023

Abstract

Secara teoretis, peran guru dalam pengembangan kurikulum pada dasarnya mendapat tempat penting dalam literatur karena terkait dengan kualitas implementasi dalam peran mereka sebagai agents of change di dunia pendidikan. Namun demikian, peran tersebut berpeluang tereduksi ketika terjadi sentralisasi penyusunan dan pengembangan kurikulum, seperti ketika diterbitkan rangkaian kebijakan kurikulum nasional. Setelah menelusuri konsep-konsep yang menunjukkan betapa pentingnya peran guru sebagai pengembang kurikulum, penulis menganalisis aturan birokratis perundang-undangan, yakni UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini dilakukan terutama untuk  melihat bagaimana guru diposisikan dalam sistem tersebut dan bagaimana semua itu memungkinkan peluang bagi reorientasi sistem pengembangan kurikulum berbasis guru. Hasil analisis menunjukkan dilema struktural atau bahkan strukturasi, di mana unsur politis dan birokrasi sangat desisif dalam pengembangan kurikulum. Di tingkat sekolah, meskipun terdapat konsep pengembangan kurikulum tingkat satuan Pendidikan (KTSP), strukturasi yang kuat menjadi hambatan utama bagi insiatif dan inovasi kurikuler di tingkat guru.