Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Al-‘Alāqah bayn al-Dīn wa al-Dawlah bi Indūnīsiyā: Tan Malaka wa Ārā’uhu al-Siyāsīyah Khairil Azhar
Studia Islamika Vol 7, No 2 (2000): Studia Islamika
Publisher : Center for Study of Islam and Society (PPIM) Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2798.988 KB) | DOI: 10.15408/sdi.v7i2.711

Abstract

The present article is about the relation between religion and state as it is discussed by a prominent figure whose contributions to Indonesian politic are out of question. He is Tan Malaka, who has been considered as a radical Marxist activist. Through his works, including Madilog: Materialisme, Dialektika, Logika; Islam dalam Tinjauan Madilog Dari Penjara ke Penjara; Naar De Republiek Indonesie; Tan Malaka shows his deep appreciation to Marxism. That is why, in these works, be pays a great attention to liberation movement and freedom for people both from colonial domination and from feudalism rooted in Indonesian culture.DOI: 10.15408/sdi.v7i2.711
KEISTIMEWAAN SUSUNAN SURAH DALAM AL-QUR’AN DAN KEUNIKANNYA MENURUT ABDUL QAHIR AL-JURJANI (NADZAM DALAM IJAZ AL-QUR’AN) Athma Mahmuda Damanik; Nur Atika Zahra; Khairil Azhar; Harun Al Rasyid
Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah Vol. 5 No. 3 (2024): Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4236/tashdiq.v5i3.4346

Abstract

Ringkasan: Kajian Al-Qur'an dalam aspek sastranya tidak dapat dipisahkan dari i'jaz Al-Qur'an itu sendiri. Dimulai oleh Abu Ubaidah Mu’ammar ibn al Matsna yang menulis buku berjudul Majaz al Quran, kata majaz digunakan pertama kali dalam sejarah penelitian balaghah. Kajian ini sangat relevan dengan disiplin ilmu linguistik diantaranya al Bayan, al Ma’ani dan Badi’, bahkan ilmu sharaf dan ilmu nahwu. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui biografi Abdul Qahir al Jurjani dan sejarah pemikirannya mengenai i'jaz al Quran yang dimodifikasi dari teori struktur kebahasaan; (2) mengungkap teori Nadzam dalam i'jaz Alquran menurut Abdul Qahir al Jurjani dan contohnya dalam Alquran. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan tinjauan literatur. Hasil penelusurannya adalah : (1) Abdul Qahir al Jurjani adalah seorang ahli nahwu, seorang ulama kaligrafi dan aliran pemikiran Asy'ary dengan pemikirannya melalui konsep anadzm. (2) Teori Nadzm menyatakan: (a) Al-Qur’an mengandung mukjizat dari aspek balaghah; (b) Kemukjizatan al-Qur’an terletak struktur atau susunan kebahasaan; (c) Karakteristik dan Essensi Nadzm dalam alQur’an tertuang pada hubungan antara lafazh dan makna yang tampak pada bait-bait syair yang mengikuti wazan dan kaidah arudh.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Guru di Indonesia, Mungkinkah? Azhar, Khairil; Dewi, Laksmi
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 7 No. 1 (2023)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/07106.2023

Abstract

Secara teoretis, peran guru dalam pengembangan kurikulum pada dasarnya mendapat tempat penting dalam literatur karena terkait dengan kualitas implementasi dalam peran mereka sebagai agents of change di dunia pendidikan. Namun demikian, peran tersebut berpeluang tereduksi ketika terjadi sentralisasi penyusunan dan pengembangan kurikulum, seperti ketika diterbitkan rangkaian kebijakan kurikulum nasional. Setelah menelusuri konsep-konsep yang menunjukkan betapa pentingnya peran guru sebagai pengembang kurikulum, penulis menganalisis aturan birokratis perundang-undangan, yakni UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini dilakukan terutama untuk  melihat bagaimana guru diposisikan dalam sistem tersebut dan bagaimana semua itu memungkinkan peluang bagi reorientasi sistem pengembangan kurikulum berbasis guru. Hasil analisis menunjukkan dilema struktural atau bahkan strukturasi, di mana unsur politis dan birokrasi sangat desisif dalam pengembangan kurikulum. Di tingkat sekolah, meskipun terdapat konsep pengembangan kurikulum tingkat satuan Pendidikan (KTSP), strukturasi yang kuat menjadi hambatan utama bagi insiatif dan inovasi kurikuler di tingkat guru.
A Model for Developing Political Training Curriculum for Political Parties in Indonesia Azhar, Khairil; Yuliandri, Putrawan; Hartanto, H; Indrawan, Jerry
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol 15, No 2 (2024)
Publisher : Magister Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/politika.15.2.2024.161-179

Abstract

This paper presents a model for developing a political training curriculum within the context of a political party in Indonesia. It underscores the importance of incorporating institutional values, system enhancement, autonomy in decision-making, and public interaction within the party. As stipulated in Indonesia’s constitution, there are two possible focuses depending on the subjects of such training either the party's administrators and cadres or the general public or community. The paper highlights the need for different teaching strategies and content, depending on the target audience, and emphasizes the necessity for both formative and summative evaluations to ensure the curriculum's ongoing relevance and effectiveness. Ultimately, it provides a blueprint for political parties to create effective, relevant political education programs, tailored to their unique objectives and the needs of their constituents.
Toward A Human Agency-Based Curriculum: A Practical Proposal at School Levels Azhar, Khairil
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/01104.2017

Abstract

Sebagai subjek belajar, siswa bisa diposisikan dalam sebuah kebijakan kurikulum sebagai agen pembelajaran atau sebaliknya cenderung menjadi subyek yang pasif. Secara teoritis, mengikuti teori yang dikembangkan oleh Alexander (2005), siswa bisa menjadi agen pembelajaran jika mereka diposisikan sebagai subyek yang memiliki atau mampu membangun agensi kemanusiaan. Agensi ini mengandaikan adanya kapasitas untuk berkehendak, mengekspresikan diri, dan evaluasi diri berdasarkan nilai-nilai kedirian yang mereka bangun. Berdasarkan kerangka teoritis di atas, penulis membedakan kecenderungan reseptif-reproduktif dan reflektif-transformatif dalam penyusunan kurikulum. Kecenderungan pertama memposisikan siswa sebagai subyek belajar pasif, yakni ‘sekadar’ menerima dan mereproduksi apa yang dipelajari atau diajarkan. Sedangkan yang kedua memberi ruang bagi sikap reflektif pada siswa sehingga menjadi alat bagi perubahan diri dan lingkungan sosialnya, yakni subyek belajar yang aktif dengan agensi kemanusiaan. Dalam berbagai dokumen yang terkait dengan kebijakan kurikulum di Indonesia saat ini, penulis menemukan kecenderungan untuk serba mengatur cenderung dominan, yakni dengan banyaknya ragam instrumen yang terkait dengan pengaturan kurikulum. Namun demikian, terdapat peluang bagi substansiasi kurikulum dengan konsepsi agensi kemanusiaan, yakni jika konsep-konsep yang selaras atau mendukung agensi kemanusiaan dalam berbagai dokumen kebijakan dielaborasi tersebut lebih jauh, sehingga konsep-konsep yang mengkondisikan materi kurikulum reflektif-transformatif menggantikan konsep-konsep yang berkecenderungan reseptif-reproduktif.
Objektifikasi dan Subjektifikasi Murid dalam Tiga Pranata Pendidikan: Keluarga, Sekolah dan Masyarakat Azhar, Khairil; Robandi, Babang
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 6 No. 2 (2022)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32533/06202.2022

Abstract

This paper tries to show how objectification tends to occur in family, community and school education. Theoretically, objectification is opposed to subjectification. Objectification means positioning children, students or individuals as objects of education. On the other hand, subjectification is their positioning as subjects or active agents of learning. For this reason, a ‘middle way’ conceptualization is needed so that a conception of education in families, schools and communities is obtained that is oriented towards facilitating the natural development of students’ potential or nature
Teachers Navigating Faith and Inquiry Across Three School Types in Indonesia Azhar, Khairil; Ali, Mohammad; Ropo, Eero; Arwan, Juwintar Febriani
Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran Vol. 11 No. 2 (2025): June
Publisher : LPPM Universitas Pendidikan Mandalika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jk.v11i2.15273

Abstract

This study examines how teachers in three types of Indonesian lower secondary schools—a general lower secondary (SMP), a madrasah (MTs), and a traditional pesantren—navigate the tension between cultivating religious faith and fostering critical inquiry. Qualitatively designed, the study employed purposive sampling to select teachers, principals, and vice principals from three school types under a single educational foundation. Data were gathered through focus group discussions and semi-structured interviews, and analyzed thematically to explore how Islamic education is understood and practiced. The findings of this study indicate that Islamic education in Indonesia’s lower secondary schools—across SMP, MTs, and pesantren—is a dynamic and context-sensitive practice shaped by institutional ethos, teacher interpretations, and local socio-cultural realities. The tension between faith and inquiry, a central theme in Islamic educational theory, is not experienced as a binary but negotiated along a continuum. Teachers support questioning to varying degrees, with SMP allowing guided inquiry, MTs placing faith-based boundaries, and pesantren emphasizing critical thinking within Islamic sciences. Integration of religious and secular knowledge also ranges from ethical linkages to philosophical unification, depending on institutional vision and pedagogical approach. Despite challenges, all three school types show selective adaptation to technological, curricular, and societal changes—preserving Islamic values while engaging with contemporary demands. This confirms that Islamic education in Indonesia is an evolving project—shaped by the people, context, and purposes it serves.
ANALISA PENGEMBANGAN SOFTWARE DENGAN METODOLOGI AGILE Khairil Azhar; Ferdiansyah
TEKNOFILE : Jurnal Sistem Informasi Vol. 1 No. 2 (2023): November 2023
Publisher : PT. ZIVANA CENDEKIAWAN BANGSA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Metodologi Agile telah menjadi pendekatan utama dalam pengembangan perangkat lunak yang menekankan kolaborasi tim, responsibilitas fleksibel terhadap perubahan, dan pengiriman iteratif. Namun, dalam konteks penggunaannya, kinerja dan ketahanan metodologi ini masih menjadi perhatian utama. Makalah ini mengevaluasi dan menganalisis kinerja metodologi Agile, menyelidiki aspek-aspek seperti kecepatan pengembangan, adaptabilitas terhadap perubahan, dan kemampuan untuk mengatasi hambatan yang mungkin timbul. Melalui penelitian empiris dan studi kasus, kami menyajikan analisis mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi Agile di lingkungan proyek yang berbeda. Hasilnya menyoroti tantangan yang dihadapi oleh metodologi Agile, serta strategi untuk meningkatkan kinerja dan ketahanannya. Kesimpulannya memberikan wawasan berharga bagi praktisi dan peneliti yang tertarik dalam meningkatkan efektivitas penggunaan metodologi Agile dalam proyek pengembangan perangkat lunak. Kata Kunci: Agile, Kinerja, Ketahanan, Evaluasi, Pengembangan Perangkat Lunak.
IMPLEMENTASI DAN PELATIHAN APLIKASI P.O.S UNTUK OPTIMALISASI PENGELOLAAN USAHA PADA WARUNG BANG AMAT Khairil Azhar; Jibril, Muhammad; Muhammad Amin; Zulrahmadi; Said Abdul Azis; Syafrizal Thaher
ABDIMAS : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 5 (2024): Mei 2024
Publisher : PT. ZIVANA CENDEKIAWAN BANGSA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini merupakan sebuah pengabdian masyarakat yang membahas proses implementasi serta pelatihan aplikasi Point of Sale (P.O.S) di Warung Bang Amat dengan fokus pada peningkatan efisiensi dan pengelolaan usaha. Melalui pendekatan studi kasus, langkah-langkah implementasi P.O.S dan strategi pelatihan bagi pemilik warung dan stafnya dicatat dan dianalisis. Metode penelitian yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dan analisis data terkait efek penerapan aplikasi tersebut. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dalam efisiensi transaksi, manajemen inventaris, dan pemantauan keuangan setelah implementasi P.O.S. Pelatihan yang diselenggarakan juga berhasil meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam penggunaan aplikasi. Kesimpulannya, penelitian ini memberikan wawasan yang berharga bagi pemilik usaha kecil dalam menerapkan teknologi guna meningkatkan kinerja dan manajemen usaha mereka dalam konteks pengabdian masyarakat.
Al-‘Alāqah bayn al-Dīn wa al-Dawlah bi Indūnīsiyā: Tan Malaka wa Ārā’uhu al-Siyāsīyah Azhar, Khairil
Studia Islamika Vol. 7 No. 2 (2000): Studia Islamika
Publisher : Center for Study of Islam and Society (PPIM) Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sdi.v7i2.711

Abstract

The present article is about the relation between religion and state as it is discussed by a prominent figure whose contributions to Indonesian politic are out of question. He is Tan Malaka, who has been considered as a radical Marxist activist. Through his works, including Madilog: Materialisme, Dialektika, Logika; Islam dalam Tinjauan Madilog Dari Penjara ke Penjara; Naar De Republiek Indonesie; Tan Malaka shows his deep appreciation to Marxism. That is why, in these works, be pays a great attention to liberation movement and freedom for people both from colonial domination and from feudalism rooted in Indonesian culture.DOI: 10.15408/sdi.v7i2.711