Claim Missing Document
Check
Articles

Muhammadiyah: A Preliminary Study Azyumardi Azra
Studia Islamika Vol 1, No 2 (1994): Studia Islamika
Publisher : Center for Study of Islam and Society (PPIM) Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3343.876 KB) | DOI: 10.15408/sdi.v1i2.863

Abstract

This article is a collection of Bibliography reviewer that discuss Muhammadiyah. The following are some of the bibliography were reviewed:A.R. Sukrianta dan Abdul Munir Malkhan, Perkembangan Pemikiran Muhammadiyah dari Masa ke Masa: Menyambut Muktamar ke-41, (Yogyakarta: Dua Dimensi, 1985).A.R. Sukriyanto dan Abdul Munir Mulkhan, Pergumulan Pemikiran dalam Muhammadiyah, (Yogyakarta: Sipress, 1990).Ruslan Abdul Gani. et.al., Cita dan Citra Muhammadiyah, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985).M.T. Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1987).M.T. Arifin, Muhammadiyah: Potret yang Berubah, (Surakarta: Institut Gelanggang Pemikiran Filsafat Sosial Budaya dan Kependidikan, 1990).M. Yusron Asrofie, Kiyai Haji Ahmad Dahlan, Pemikiran dan Kepemimpinannya, (Yogyakarta: Yogyakarta Offset, 1983).Fathurrahman Djamil, Ijtihad Muhammadiyah dalam Masalah-masalah Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Doctoral Dissertation the State Institute of Islamic Studies (IAIN), 1994).Yunahar Ilyas. et.al., Muhammadiyah dan NU: Reorientasi Wawasan Keislaman, (Yogyakarta: LPPI UMY, LKPSM NU, & PP al-Muhsin, 1993).Musthafa kamal, Chusnan Yusuf, dan Rosyad Sholeh, Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, (Yogyakarta: Penerbit Persatuan, 1976).M. Rusli Karim, Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, (Jakarta: Rajawali, 1986).Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh: Suatu Studi Perbandingan, (Jakarta: Doctoral Dissertation the State Institute of Islamic Studies (IAIN), 1989).Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990).Abdul Munir Mulkhan, Pak AR Menjawab 245 Permasalahan dalam Islam, (Yogyakarta: Sipress, 1990).M. Din Syamsuddin, Muhammadiyah Kini dan Esok, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990).H.S. Prodjokusumo, Melestarikan Muhammadiyah, (Jakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1985).Yusuf Abdullah Puar, Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah, (Jakarta: Pustaka Antara, 1989).Sahlan Rosidi, Kemuhammadiyahan untuk Perguruan Tinggi, (Solo: Penerbit Mutiara, 1982).Usman Yatim dan Almisar Hamid, Muhammadiyah dalam Sorotan, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1993).The Central Committee of Muhammadiyah, Mengkaji Muhammadiyah, (Jakarta: 1982).The Central Committee of Muhammadiyah, Menuju Muhammadiyah, (Yogyakarta: 1984). DOI: 10.15408/sdi.v1i2.863
Kesalehan dan Politik: Islam Indonesia Azyumardi Azra
Studia Islamika Vol 25, No 3 (2018): Studia Islamika
Publisher : Center for Study of Islam and Society (PPIM) Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.29 KB) | DOI: 10.15408/sdi.v25i3.9993

Abstract

Thomas B. Pepinsky, R. William Liddle, and Saiful Mujani. 2018. Piety and Public Opinion: Understanding Indonesian Islam. Oxford: Oxford University PressSaiful Mujani, R. William Liddl, and Kuskridho Ambardi. 2018. Voting Behavior in Indonesia since Democratization: Critical Democrats. Cambridge: Cambridge University Press.This article aims to review two books written by four foremost scholars in the field of political science. In the context of understanding Islam and the culture of democracy, these two books can answer questions that are often discussed, that is the relationship between religious piety and political behavior in Indonesia. Quantitatively, 99.7% of total Muslims in Indonesia state that religion is an important element in their lives. However, in terms of political preferences, this fact does not have implications for the votes obtained by Islamic-based political parties, especially in the post-Soeharto elections. They, instead of carrying out their own candidates, tend to be supporters in the presidential election and local leaders elections. To figure out this puzzle, these books are very pivotal works to understand the relationship between Islamic piety and politics. Both of these books show that there has been an increase in the level of piety of the Indonesian Muslims in the past two or three decades. However, creating piety does not affect their political behavior - specifically their voting behavior in elections.
NU: Islam Tradisional dan Modernitas di Indonesia Azyumardi Azra
Studia Islamika Vol 4, No 4 (1997): Studia Islamika
Publisher : Center for Study of Islam and Society (PPIM) Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1893.29 KB) | DOI: 10.15408/sdi.v4i4.770

Abstract

As stated by Abdurrahman Wahid in his introduction, the book under discussion is the first one written in English, not in the Indonesian language, that discusses the Nahdatul Ulama (NU). This is of course very surprising, since the NU is one of the largest Muslim organizations in Indonesia.DOI: 10.15408/sdi.v4i4.770
Civil Society and Democratization in Indonesia: Transition during President Wahid’s Rule and Beyond Azyumardi Azra
Refleksi Vol 3, No 3 (2001): Refleksi
Publisher : Faculty of Ushuluddin Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ref.v3i3.25775

Abstract

Civil society dan demokrasi di Indonesia berada dalam transisi menuju penguatan, atau konsolidasi demokrasi, tapi dengan jalan yang masih berliku. Kendala yang mendasar adalah Indonesia masih diselimuti oleh ketidaktentuan baik dalam ekonomi maupun politik.
REVIEW LITERATURE KEPUASAN KERJA ATAU AKADEMIK PADA TRIJURNAL ONLINE LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Habibah Jannah; Ruth Patricia; Grace Joanca; Vidia Amellia; Azyumardi Azra; Devi Puspitasari; Tiara Puspa
PROSIDING SEMINAR NASIONAL CENDEKIAWAN PROSIDING SEMINAR NASIONAL CENDEKIAWAN 2019 BUKU II
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/semnas.v0i0.5815

Abstract

Tujuan penelitian tentang “Review Literatur Kepuasan kerja atau kepuasan akademik pada Trijurnal Online Lembaga Penelitian Universitas Trisakti” adalah untuk mengetahui perkembangan dari beberapa literatur yang terdapat tema kepuasan kerja atau kepuasan akademik sebagai salah satu variabel yang dibahas selama sepuluh tahun terakhir dan terdapat pada Trijurnal Online yang dikelola oleh Lembaga Penelitian Universitas Trisakti. Sampel dalam penelitian ini sebanyak tiga puluh literatur dengan salah satu tema yang dibahas yaitu kepuasan kerja atau kepuasan akademik yang telah dipublikasi dalam Trijurnal Online. Penelitian ini mencari perkembangan mengenai beberapa aspek yang diangkat untuk diteliti seperti variabel independen, variabel dependen, variabel intervening, sampel yang digunakan, metode penelitian, serta hasil penelitian dari tiga puluh literatur yang telah dipublikasi dalam Trijurnal Online Universitas Trisakti. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, beberapa aspek memiliki kecenderungan yang samayaitu variabeldependen, metodologi penelitian, sampel dan hasil penelitian. Sementara, untuk aspek seperti variabel independen, aspek variabel moderasi, dan aspek variabel intervening memiliki hasil yang cukup beragam.
Kegalauan Identitas dan Kekerasan Sosial: Multikulturalisme, Demokrasi dan Pancasila Azyumardi Azra
EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol 1, No 1 (2012): Empati Edisi Juni 2012
Publisher : Social Welfare Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/empati.v1i1.9656

Abstract

Turmoil identity became one of the most obvious symptoms of Indonesian community in the Post-Soeharto Era. The roots of the turmoil of identity is not only related to changes in political, social, economic, cultural and religious locally internally, but also with the expansion and penetration of the change and globalization. The emergence of social violence, loss of patience, social temper, the decline of respect and obedience to the law, ethics and morals, as well as the nuances of ethnic and religious confl ict showed persistent social crisis that followed the disorientation of cultural identity. Keywords: kegalauan identitas, krisis identitas, kekerasan sosial, multikulturalisme, demokrasi, rejuvenasi Pancasila, bhinneka tunggal ika.
Islamic Persepective on the Nation-state: Political Islam in post-Soeharto Indonesia Azyumardi Azra
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies Vol 39, No 2 (2001)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.2001.392.292-309

Abstract

Paper ini menyoroti hubungan antara Islam dan Negara setelah runtuhnya rejim soeharto. Masa transisiini ditandai dengan menguatnya kembali islam politik.kelompok-kelompok muslim radikal bermunculan seperti lasykar jihad, front pembela islam, hizb al-tahrir, angkatan muhajidin Indonesia dsb yang mendukung diberlakukannya system kekhalifahan islam di Indonesia. Gerakan-gerakan ini menuntut perubahan system pemerintahan sekuler dan bentuk Negara-bangsa menjadi “negara Islam” yang lebih dikenal dengan khilafah. Meski demikian, menurut penulis para pendukung system kekhalifahan ini telah gagal untuk membedakan antara kekhalifahan yang murni dan asli pada masa kekhalifahan khulafa’ al-rasyidin dan kerajaan despotic Umayyah, abbasiyah, dan Turki Usmani. Para intelektual muslim sendiri seperti Rasyid Rida dan al-Maududi berbeda pandangan mengenai system kekhalifahan. Lebih janjut, penulis menelusuri jejak sejarah hubungan islam dan Negara. Perdebatan mengenai dasar Negara Indonesia sudah diperdebatkan secara akademis menjelang dan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pertentangan antara kubu islam dan nasionalis sekuler mengenai hal ini berakhir dengan suatu kompromi bahwa Negara Indonesia bukanlah Negara sekuler dan juga bukan Negara agama (tidak hanya Islam) dalam kedudukan yang terhormat. Namun, kelompok muslim yang tidak puas dengan kompromi ini memanggul senjata untuk mendirikan Negara Islam. Salah satu kelompok tersebut adalah gerakan DI/TII (darul Islam/ Tentara Islam Indonesia) yang bergerilya di daerah jawa barat, Aceh dan Sulawesi selatan. Gerakan ini dapat dipadamkan oleh rejim soekarno. Sejak saat itu sampai masa rejim soeharto politik islam sangat ditekan dan dimusuhi dan tidak diberi ruang dan kesempatan untuk bangkit kembali. Kini, sering dengan keterbukaan dan kebebasan yang diperoleh bangsa Indonesia untuk melontarkan ide dan gagasannya, muncul partai-partai dan gerakan militant islam. Namun, partai islam juga telah gagal karena secara keseluruhan memperoleh kurang dari 50%, bahkan lebih kecil dari suara partai-partai islam yang diperoleh pada pemilu demokratis 1955. Penulis kemudian mengemukakan analisa mengenai penyebab kegagalan partai Islam. Nampaknya, penulis memprediksi bahwa suara untuk partai-partai islam tidak akan beranjak banyak bahkan mungkin merosot karena umat islam Indonesia cenderung melaksanakan “Islam Subtantif” daripada “islam Formalistik”. Dengan maraknya gerakan-gerakan Islam di Indonesia yang seringkali diwarnai dengan kekerasan baik antara maupun interumat, bagaimana prospek demokratisasi di Indonesia. Akankah lebih suram
ISLAMIC EDUCATION AND REINTEGRATION OF SCIENCES: Improving Islamic Higher Education Azyumardi Azra
Media Syari'ah Vol 15, No 2 (2013)
Publisher : Sharia and Law Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jms.v15i2.1779

Abstract

The Noble Prize Winner for Physics, Mohammed Abdus Salam, rightly maintains that there is almost no question that among all civilizations in the present time on this planet, science is weakest in the lands of Islam. In his opinion, the danger of this weakness cannot be underestimated since social development and even the survival of a society depends directly on its strength in science and technology in the condition of the present age. Therefore, Muslim societies have a little chance to survive in the very competitive age of globalization unless they seriously address this grave problem. The weaknesses of science in the Muslim world as whole can be seen in a number of rough indicators that are available since the 1980s when many Muslim countries began to modernize their economy. By and large, up until today, Muslim countries are classified as ‘third world countries’; only few of them can be included among developing countries, let alone ‘developed’ and ‘advanced’ countries. As a result, there is a lot of retardation of social development in the Muslim world.
Terorisme, Radikalisme dan Fundamentalisme Azyumardi Azra
SIASAT Vol. 4 No. 1 (2019): Siasat Journal, January
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (721.757 KB) | DOI: 10.33258/siasat.v4i1.2

Abstract

This article argues, terrorist cell germination occurs because of people in the community who don't want to care or even protect terrorists. There are even community members who take them as sons-in-law. No wonder then that they are very hard to find; and once the place where they kissed the authorities, they had already fled to another place that was not known to security officials. Therefore, once again, the collaboration of all levels of society, the government and various related ministries, security forces, mass organizations, and social leadership is absolutely essential in combating terrorism. Terrorism for any reason cannot be justified; and terrorism is one of the most naked forms of crime against humanity.
The Rise of Muslim Elite Schools: A New Pattern of “Santrinization” Azyumardi Azra
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 64 (1999)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1999.3764.63-78

Abstract

Makalah ini menyoroti gejala baru kemunculan sekolah lslam unggulan baik yang berbentuk madrasah, sekolah umum maupun pesantren sebagai kecenderungan baru "santrinisasi’ masyarakat lndonesia. Di antara sekolah tersebut adalah sekolah Islam Azhar yang dibangun oleh prof. Hamka dan Sekolah Islam Azhar yang merupakan pecahan dari sekotah pertama, SMU Madania yang dikelola oleh para aktivis yayasan paramadina, dan SMU lnsan Gendekia yang dibangun oleh para ilmuwan dari Badan pengembangan dan Penerapan Teknologi (BPPT). Di samping sekolah umum, sejumlah madrasah juga mengembangkan sekolah unggulan. Di antaranya adalah Madrasah pembangunan tingkat lbtidaiyah Negeri (MIN) I Malang, Jawa Tirnur yang semula merupakan "sekolah pelatihan swasta bagi para siswa Pendidikan Guru Agama ditingkatkan menjadi madrasah unggulan. Kementerian Agama juga akan membangun 57 model Madrasah Tsanawiyah dan 35 model Madrsah Aliyah.di berbagai propinsi di Indonesia. Kemuculan sekolah unggulan ini ikut meningkatkan “santrinisasi” masyarakat Indonesia. Karena mahalnya biaya pendidikan, kebanyakan siswa berasal dari keluarga "kelas menengah.". Mereka akan membawa pengetahuan dan kesadaran keislarnan ke rumah yang pada gilirannya dalam banyak kasus mendorong orang tua murid untuk meningkatkan pengetahuaan dan aktivitas keislaman mereka.