Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT BAJO DALAM MEMBUAT ATAP DAUN NIPAH (nypa fructicans) Muhammad zakaria Umar; Irma Amryana Suhartiwi; Ali Fitrah; Zamiul Zamiul
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.89 KB)

Abstract

Konsep rancang bangun yang bernuansa lokal tidak lagi tertumpu pada kearifan lokal, karena tren bagi perancang lokal agar terlihat moderen diambil dengan cara meniru konsep asing. Salah satu kearifan lokal yang dimanfaatkan sumber daya hayatinya dan masih digunakan oleh masyarakat pesisir adalah material atap daun nipah. Material atap daun nipah digunakan juga oleh masyarakat Kampung Bajo, Kelurahan Petoaha, Kecamatan Abeli, Kota Kendari. Budaya menjahit atap daun nipah telah dilakukan dengan metode turun-temurun. Pohon nipah-pohon nipah di daerah tersebut telah mengalami kepunahan karena reklamasi pantai. Sehingga, daun nipah diambil dari kampung lain yang masih melimpah. Material atap daun nipah masih dibuat dengan metode tradisional seperti bahan-bahan, alat-alat kerja, dan tahap pembuatannya. Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi dan mengkaji kearifan lokal masyarakat Kampung Bajo dalam membuat atap daun nipah. Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan dengan cara observasi dan diskusi mendalam. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif naratif. Penelitian ini disimpulkan bahwa atap daun nipah mengandung kearifan lokal, sebagai berikut: Alat-alat kerja yang digunakan sederhana seperti parang, gergaji, dan pisau; Bahan-bahan yang digunakan menciptakan kelestarian lingkungan seperti daun nipah dan kayu bambu, dan; Tahap-tahap material atap daun nipah dibuat bersifat tradisional seperti tahap daun nipah direndam air laut, tahap daun nipah dijahit, dan tahap daun nipah dikeringkan.Kata kunci: Material atap daun nipah
Desain Mandi Cuci Kakus (MCK) Umum di Kampung Eks Suku Bajo Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo Kota Kendari Muhammad Zakaria Umar; Ishak Kadir; Satria Wibowo; Rony Rony
Jurnal Malige Arsitektur Vol 2, No 2 (2020): Jurnal Malige Arsitektur
Publisher : Jurnal Malige Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Kota Kendari terdapat permukiman kampung eks suku Bajo yang didaratkan. Kampung ini terletak di Jalan Gaya Baru, RT 07, RW 03, Kelurahan Petoaha, Kecamatan Nambo, Kota Kendari. Pada pemukiman ini dibangun lima unit Mandi Cuci Kakus (MCK) umum. Namun, MCK umum tampak terbengkalai karena masyarakat lebih senang melakukan aktifitas MCK di laut atau di belakang rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain MCK umum yang sesuai dengan karakteristik masyarakat eks Suku Bajo dengan penerapan sistem pengelolaan limbah yang efektif dan efisien. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Sumber data primer terdiri dari bangunan MCK lama, data eksisting tapak, dan toilet cemplung warga. Data sekunder berasal dari SNI 03-2399-2002. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi. Data dianalisis dengan data direduksi, data disajikan, dan data disimpulkan. Berdasarkan hasil desain penelitian ini disimpulkan bahwa desain MCK umum diadaptasi dari toilet cemplung seadanya dengan mencuplik dan memodifikasi beberapa bagian bangunan, serta menerapkan sistem pengelolaan limbah yang ramah lingkungan.
PENERAPAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 519/MENKES/SK/VI/2008 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PASAR SEHAT TERHADAP DESAIN PANGKALAN PENDARATAN IKAN DI KOTA KENDARI Muhammad Zakaria Umar; Arman Faslih; Ainussalbi Al Ikhsan; Rommy Sutanto
Jurnal Malige Arsitektur Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Malige Arsitektur
Publisher : Jurnal Malige Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Kota Kendari mempunyai kondisi yang cenderung kurang baik. PPI di Kota Kendari penting untuk direncanakan sebagai berikut: (1) agar sesuai dengan standar pasar sehat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519 Tahun 2008; (2) untuk mengantisipasi terjadi penyebaran dan penularan penyakit berpotensial wabah. Penelitian ini ditujukan untuk menerapkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 519/MENKES/SK/VI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat terhadap desain PPI di Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Sumber data terdiri dari data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara triangulasi. Data dianalisis dengan cara data direduksi, data disajikan dan data disimpulkan. Berdasarkan hasil desain penelitian ini disimpulkan bahwa semua komponen-komponen pasar sehat terpenuhi dalam variabel situasi, denah tapak, denah, tampak, dan sanitasi pada desain PPI Kota Kendari kecuali lokasi yang rawan bencana alam.  
IDENTIFIKASI CARA MEMASANG MATERIAL RANGKA ATAP BAJA RINGAN PADA RUMAH TIPE 36 Muhammad Zakaria Umar; Sitti Rosyidah
Jurnal Malige Arsitektur Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Malige Arsitektur
Publisher : Jurnal Malige Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.949 KB)

Abstract

Contoh perwujudan aspek modernisasi yang bernilai paling efisien adalah besi dan baja. Hampir sebagian perumahan di kota-kota besar di Indonesia sudah menggunakan rangka atap baja ringan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengkaji peralatan kerja, bahan-bahan, dan cara merangkai rangka atap baja ringan di rumah tipe 36. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data didapat dengan cara observasi di lapangan dan diskusi mendalam terhadap tukang. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif naratif. Penelitian ini disimpulkan bahwa merangkai atap baja ringan pada rumah tipe 36 menggunakan alat-alat kerja yang sederhana, bahan-bahan kerja ekonomis dan tersedia, serta tahap-tahap perangkaian mudah dan cepat.  Kata kunci: Rangka atap baja ringan, merangkai
PEMBUATAN ALAT CETAK BATAKO BETON MANUAL YANG EFEKTIF Andi Fadli; Wirya Islami Bhakti; Hapsa Rianty; Muhammad Zakaria Umar
Jurnal Malige Arsitektur Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Malige Arsitektur
Publisher : Jurnal Malige Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.664 KB)

Abstract

Alat cetak batako beton yang terjual di toko bangunan Kota Kendari cenderung sulit digunakan oleh tukang beton komersial karena terangkai menjadi beberapa bagian dan menggunakan baut, sehingga tidak efektif. Penelitian ini ditujukan untuk membuat alat cetak batako beton yang efektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan pendekatan kuantitatif. Tahap-tahap penelitian ini adalah tahap persiapan bahan penelitian, tahap persiapan alat-alat kerja, tahap pembuatan cetakan, dan tahap pengujian. Penelitian ini disimpulkan bahwa alat cetak batako manual yang dimodifikasi lebih efektif dibandingkan dengan alat cetak batako beton yang terjual di pasaran. Kata kunci: Alat cetak batako beton, efektif
ANALISIS TAPAK PADA DESAIN GEDUNG KANTOR KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DI KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN Muhammad Zakaria Umar; Dimas Jaya Ningrat
Jurnal Malige Arsitektur Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Malige Arsitektur
Publisher : Jurnal Malige Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam perancangan arsitektur terdapat analisis tapak yang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah rancangan. Di sisi lain, pada tahap pertama Gedung Kantor KPUD Kabupaten Konawe Kepulauan penting dianalisis tapak bangunan. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis tapak bangunan Gedung Kantor KPUD Kabupaten Konawe Kepulauan agar dihasilkan bangunan yang proporsional. Penelitian ini menggunakan metode perancangan arsitektur dengan pendekatan kualitatif. Sumber data primer dalam penelitian ini antara lain kondisi eksisting dan sirkulasi, sedangkan sumber data sekunder antara lain aturan-aturan bangunan serta studi preseden. Sumber data primer dan sekunder pada teknik wawancara dilaksanakan dengan mewawancarai tokoh masyarakat. Sumber data sekunder yang dikumpulkan dengan cara teknik dokumentasi dilaksanakan dengan mendapatkan dari relasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara data direduksi, data disajikan, dan data disimpulkan. Berdasarkan hasil analisis tapak penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: pertama, pada analisis tapak tentang kondisi eksisting tapak antara lain diketahui luas tapak sekitar 8.214,846 m2; kedua, pada analisis tapak orientasi matahari antara lain bentuk atap tritisan dibuat dengan bentuk lebar-lebar; ketiga, pada analisis tapak angin antara lain menghasilkan konstruksi rangka atap dibuat dengan sambungan yang kuat; keempat, pada analisis tapak view menghasilkan bentuk fasad didesain estetis, formal, dan berwibawa; kelima, pada analisis tapak sirkulasi antara lain pembuatan sirkulasi kendaraan utilitas. 
Pembangunan Rumah Tinggal dengan Sistim Arisan di Desa Pangan Jaya Muhammad Zakaria Umar
EMARA: Indonesian Journal of Architecture Vol. 3 No. 1 (2017): EIJA | August ~ October 2017 Edition
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (788.361 KB) | DOI: 10.29080/emara.v3i1.96

Abstract

The effort to find national identity based on local wisdom became important. One of the local wisdom that can be found in Pangan Jaya villages is Arisan system in building the villager houses. The village of Pangan Jaya were inhabited by former transmigration communities from Lamongan and Bojonegoro districts in East Java Province. Soon as their arrival at transmigration area called Pamandati, those peoples experienced difficulties in daily life. The condition creates a sense of togetherness spontaneously, because their mutual sense in cultivated the farmland. They embody solidarity and mutual assistance (gotong royong) in the form of Arisan that represents their homelands culture. They felt the mutual cooperation habit that they have done in their homeland need to be applied in their new village even though they did not know each other before. The houses built by Pangan Jaya peoples were the result of mutual cooperation in the form of Arisan. The research aimed to study the form of Arisan system among the people of Pangan Jaya village in building their houses. This was a qualitative study with case study approach and data were collected through observation as well as in-depth interviews. The result of the research indicated that the Arisan system on houses construction came in the form of building materials and cash money. This Arisan system can run well because of the similarity of background, life principle and Javanese culture among Pangan Jaya villagers and supported by their healthy economy condition.
Sarapataanguna Pre- and Post-Islamic Philosophy as the Philosophy of the Traditional House of the Buton People of the Walaka Muhammad Zakaria Umar
EMARA: Indonesian Journal of Architecture Vol. 3 No. 2 (2017): EIJA | December 2017 `~ February 2018 Edition
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.337 KB) | DOI: 10.29080/emara.v3i2.151

Abstract

Since the issuance of the "Ijtihad (command) Sultan" to the royal Sara (device), harmony and brotherhood (Sara Pataanguna) in Islam were manifested in the form of a typical Buton house. The royal Sara's and wood carpentry experts in the kingdom based on "Ijtihad Sultan" together performed ed deliberations. Deliberation aims to find a building form for the house, which follows the philosophy of Sara Pataanguna. In conventional Buton homes. The notion of significance and helpful ideals was embodied in both the pre-Islamic and post-Islamic Sara Pataanguna worldview. Based on the role-sharing functions, the Butonesse traditional house is divided into two types, houses of Kaomus / Walakas with public roles and houses of common Kaoumus / Walakas without public roles. This research aimed to analyze d the philosophy and symbolic meaning of the houses of the Kaomus / Walakas with public roles. The research used qualitative research with a case study approach. The result concluded that Sara Pataanguna became Walakas Butone 's traditional houses, especially for the owners who hold public positions because the Sara Pataanguna principles were contained in the meaning and function of the house symbols.
Identifikasi Koeksistensi Arsitektural pada Rumah Tradisional Walaka dan Bangunan DPRD di Kota Baubau Muhammad Zakaria Umar; La Ode Abdul Rachmad Sabdin Andisiri
EMARA: Indonesian Journal of Architecture Vol. 4 No. 1 (2018): EIJA | August ~ October 2018 Edition
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1067.06 KB) | DOI: 10.29080/emara.v4i1.221

Abstract

Coexistence in architecture was considered as the process of cooperation between two or more different architectural styles and synergized each others. The Old Buton society consists of Kaomu, Walaka, Maradika, and Batua. The social stratification system in Buton society was reflected in its dwelling. In the architectural context, various attempts to rediscover the identity in each of his work were very pronounced, with varying results. The study was aimed to identified coexistence between Walaka’s house and parliament building using a comparative causal approach. The results concluded that the coexistence between the Walaka’s houses and parliament building could be found in the form of philosophical, meanings, symbols, function on the modified floor plan, view, and sections.The coexistence between the house of Walaka’s with govermental position and parliament building could not be found between under the Walaka’s house and the parliament building foundation, tangkebala sasambiri and overstek console at parliament building and the Walaka’s box-shaped pabate and the overstek console from parliament building. The philosophical coexistence was also not founded between wide large and latticed windows at Walaka’s house with ones at parliament building, the Walaka’s bosu bosu and the overstek console without ornament at parliament building, as well as the Walaka’s double-decker roof and the parliament’s double-decker roof.
DESAIN GELANGGANG OLAHRAGA LAPANGAN FUTSAL DENGAN KONSEP BAJA MASUK DESA Muhammad Zakaria Umar
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 5, No 1 (2022): Vol 5, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2022
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v5i1.39319

Abstract

The building structure should be effective. The IWF steel profile structure is more effective for use in the futsal field sports arena. The futsal building is a wide span building. On the other hand, the euphoria of futsal is not only in big cities, but also in rural areas such as in Pangan Jaya Village, Lainea District, South Konawe Regency. This study was aimed at designing a futsal field sports arena with an IWF steel profile structure in Pangan Jaya Village. This study uses architectural (design) methods with a qualitative approach. The data sources in this study consist of primary data sources and secondary data sources. Data collection techniques were carried out by means of observation, interviews, and documentation. The data analysis technique was carried out by collecting data, reducing data, presenting data, and summarizing data. Based on the results of this research design, it is concluded that the futsal field sports arena is designed with the concept of Steel Entering the Village (SEV) as follows: First, the author wants to socialize steel materials in rural communities; Second, steel structures are quite effective for use in buildings; Third, steel poles using IWF iron and H-beam; Fourth, the middle structure consists of steel poles, steel beams, and reinforcing cables; Fifth, the upper frame structure system uses a portal frame.