Syam Rachma Marcillia
Departemen Teknik Arsitektur Dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PLACEMAKING KAWASAN PERMUKIMAN DOME NGLEPEN SEBAGAI KAWASAN DESA WISATA Pratama, Dandi Raviandaru; Marcillia, Syam Rachma
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan (JUARA) Vol 2, No 2 (2019): September (Jurnal Arsitektur dan Perencanaan)
Publisher : Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/juara.v2i2.990

Abstract

Dome house is a settlement relocation post-earthquake disaster housing in Nglepen, Yogyakarta. The ability of residents to restore the situation makes this settlement now better known as a tourist village. Placemaking is happening to change the settlement that was built with the concept of relocation of housing into a tourist village. Even from the tourism of these settlements benefit. This study aims to find out how placemaking occurs and the factors that affect in dome settlements. The method used is a qualitative method by identifying the points of variables and indicators in the study area in accordance with the conditions of observation in the field, then process the data generated and analyze it based on related theories. The approach taken is to raise the theory of placemaking. The results showed that the occurrence of placemaking in dome settlements became a tourist village is very high so the need for direction of the development of placemaking can be applied so that the image of dome settlements is maintained.
KETERKAITAN KUALITAS RUANG DENGAN ADAPTASI SPASIAL DI ASRAMA SEKOLAH LUAR BIASA Widodo, Eko; Marcillia, Syam Rachma
MODUL Vol 20, No 01 (2020): MODUL vol 20 nomor 1 tahun 2020 (10 articles)
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.126 KB) | DOI: 10.14710/mdl.20.01.2020.66-74

Abstract

Kualitas lingkungan merupakan aspek penting yang memiliki kontribusi bagi kebutuhan akomodasi yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang, termasuk diantaranya kesehatan mental dan fisik. Belum tersedianya standar baku perencanaan asrama sekolah berimplikasi pada variasi setting fisik yang beragam, sehingga menarik untuk dikaji terkait beberapa aspek kualitas lingkungannya. Studi ini dilakukan di tiga asrama sekolah luar biasa yang memiliki setting fisik berbeda dengan fokus amatan adalah anak tunagrahita. Metode penelitian dilakukan dengan menerapkan konsep Habitability Threshold yang terdiri dari psychological, functional, dan physical comfort pada kuesioner untuk memperoleh data persepsi dan penilaian kualitas asrama SLB dari anak tunagrahita. Selanjutnya data tersebut akan direkonsiliasikan dengan pemanfaatan ruang dan adaptasi spasial di ruang-ruang terukur (privat, semipublik, dan publik) berdasarkan pemetaan perilaku place centered mapping. Hasil studi menunjukkan, bahwa kualitas ruang yang dimiliki oleh ketiga lokasi studi terbilang baik. Hal ini dapat dilihat dari angka penilaian yang diperoleh, serta besaran prosentase pemanfaatan ruang yang lebih tinggi daripada adaptasi spasial yang dilakukan anak tunagrahita. Walaupun demikian, beberapa aspek masih menjadi perhatian penting, antara lain voice control, luasan. dan temperature.
CITRA UBUD BALI BERDASARKAN PETA KOGNISI MASYARAKAT Anggi, Mutiara; Pramitasari, Diananta; Marcillia, Syam Rachma
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 7, No 1 (2020): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4229.962 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v7i1.34859

Abstract

Berbagai kota maupun wilayah di Indonesia banyak memiliki potensi pariwisata yang menarik sehingga dikunjungi oleh turis dari berbagai macam negara. Salah satunya adalah area Ubud Bali yang memiliki banyak destinasi wisata dan terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan pariwisatanya. Perkembangan yang pesat tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan kepadatan lingkungan yang tidak terkendali dan berubahnya citra Ubud sebagai kawasan alam dan pedesaan yang tenang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui citra Ubud berdasarkan kognisi spasial yang tergambar melalui peta kognisi (cognitive map) masyarakatnya. Citra Ubud tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk perkembangan area Ubud nantinya. Penelitian yang dilakukan di area Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali ini menggunakan metode penelitian pemetaan kognisi (cognitive mapping). Melalui metode ini sebelas responden diminta untuk menggambarkan sketsa peta area Ubud dengan menunjukkan lima elemen kota menurut Kevin Lynch, yaitu landmark, node, path, district, dan edge. Dari sebelas cognitive map yang tergambar, didapatkan hasil bahwa Ubud memiliki citra kawasan sebagai kawasan wisata yang masih memegang kuat budayanya. Hal ini ditunjukkan melalui perempatan Ubud dan Monkey Forest sebagai elemen spasial yang tertanam kuat dalam kognisi responden.IMAGE OF UBUD BALI BASED ON COGNITIVE MAP OF THE DWELLERSVarious regions in Indonesia have many attractive tourism potentials and are visited by tourists from various countries. One of them is the area of Ubud, Bali, which has many tourist destinations and continues to grow to meet the needs of tourism. This rapidly growing tourism will raise some concerns about uncontrolled urban density and the alteration of Ubud’s image as a peaceful and natural rural area. Therefore, this research was conducted to find out the image of Ubud based on the dwellers’ spatial cognition, which is drawn through their cognitive maps. This image of Ubud is expected to be used as a consideration for the development of the Ubud area. The research was conducted in the area of Ubud, Gianyar, Bali, and used cognitive mapping as the research method. Through this method, eleven respondents were asked to sketch the maps of Ubud area by showing five city’s elements, according to Kevin Lynch. Those elements are landmark, node, path, district, and edge. From eleven cognitive maps drawn, the obtained result is that Ubud has the image of a tourist area that still holds a strong culture. This is shown through the intersection of Ubud and Monkey Forest as spatial elements that are firmly embedded in the respondents’ spatial cognition.
MEKANISME PEMANFAATAN RUANG PADA SHARED TERITORIES KOMUNITAS TRADISIONAL BETWEEN TWO GATES KOTAGEDE Marcillia, Syam Rachma; Modouw, Mesabia Pramudhita
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan (JUARA) Vol 3, No 2 (2020): September (Jurnal Arsitektur dan Perencanaan)
Publisher : Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/juara.v3i2.1305

Abstract

Komunitas Between Two Gates di Kotagede merupakan komunitas tradisional yang memiliki karakter unik dimana lahan atau ruang pribadi direlakan untuk kepentingan umum yaitu ruang bersama.  Studi ini memiliki tujuan untuk memahami seperti apa pemanfaatan ruang bersama tersebut dan bagaimana mekanisme pemanfaatannya. Penelitian ini menggunakan metode deduktif kualitatif dengan observasi lapangan dan wawancara. Keseluruhan rumah berjumlah 9 kasus pada komunitas tersebut menjadi amatan. Hasil menunjukan bahwa teritori bersama yang digunakan untuk kepentingan pribadi maupun publik sehingga pemilik rumah memiliki mekanisme dalam mengatur privasinya untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya. Mekanisme ini terdiri dari konsensus bersama, batasan teritori fisik yang jelas baik secara fisik maupun behavioral untuk menciptakan hubungan kekerabatan, kerukunan dan semangat berbagi serta sikap persatuan dalam komunitas tersebut.
KARAKTERISTIK ELEMEN FISIK PADA AKTIVITAS KRIMINAL DI KAWASAN PASAR SANGGENG, MANOKWARI BARAT Syifaullinnas, Syifaullinnas; Marcillia, Syam Rachma
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 4, No 3 (2021): Vol 4, No 3 (2021): Jurnal Arsitektur Zonasi Oktober 2021
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v4i3.37633

Abstract

Perubahan lingkungan fisik perkotaan dengan kondisi tertentu diiringi dengan terjadinya peningkatan aktivitas kriminal. Kawasan Pasar Sanggeng merupakan kawasan yang berkembang pesat sebagai pusat perekonomian di Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat dengan tingkat kriminalitas tinggi. Salah satu upaya pencegahan aktivitas kriminal adalah menerapkan konsep CPTED yang mengkaji aspek pencegahan melalui pendekatan desain. Peneliti bertujuan mengidentifikasi karakter elemen fisik kawasan pada aktivitas kriminal di Kawasan Pasar Sanggeng dengan menggunakan metode deduktif kualitatif. Temuan karakteristik elemen fisik pada titik terjadinya aktivitas kriminal adalah bangunan tanpa pagar, orientasi fasad menghadap jalan, pencahayaan fasad tidak memadai, bukaan tidak sesuai standar, fasad masif, kondisi bangunan terawat, dan tidak memiliki pencahayaan jalan. Kondisi tersebut dipengaruhi tingkat aksesibilitas kawasan yang tinggi disertai rendahnya nilai akses kontrol kawasan, teritorialitas rendah, serta kurangnya pengawasan alami. Berdasarkan hasil temuan tersebut, diharapkan Pemerintah Manokwari dan perencana dalam pengembangan Kawasan Pasar Sanggeng turut memperhatikan elemen-elemen fisik kawasan sebagai alat untuk mengurangi terjadinya aktivitas kriminal. Kata Kunci: Aktivitas Kriminal; CPTED; Elemen Fisik: Pencegahan Kriminal.
Kepuasan Individu Terhadap Preferensi Tempat Duduk di Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Fadhilah Siti Aniisah Haryono; Kartika Tristanto; Norma Melinda; Syam Rachma Marcillia
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 9, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.76 KB) | DOI: 10.22441/vitruvian.2020.v9i3.003

Abstract

Perpustakaan merupakan tempatp yang pada umumnya digunakkan untuk meminjam buku, aktivitas belajar dan mengerjakan tugas. Aktivitas belajar dan mengerjakan tugas membutuhkan kenyamanan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas karena pengguna bisa lebih fokus dan berkonsentrasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan individu terhadap prefensi tempat duduk di perpustakaan Universitas Gadjah Mada. Studi penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan yang kemudian hasil data tersebut diolah menggunakan skala diferensial semantik 5 poin. Kemudian data tersebut disesuaikan dengan tempat duduk yang dipilih pengguna. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa  pengguna perpustakaan dalam melakukan kegiatan belajar mandiri, lebih puas menggunakan tipe kursi individu dibandingkan dengan kursi grup. Data menunjukkan bahwa tingkat privasi memiliki defisit yang cukup tinggi, sedangkan furnitur dianggap tidak begitu penting karena memiliki defisit yang rendah. Berdasarkan data pemilihan tempat duduk, hasil terbanyak adalah yang jauh dari jalur sirkulasi yang memungkinkan adanya gangguan terhadap privasi. Meski begitu pada kenyataanya, tempat duduk tersebut masih belum memenuhi harapan mereka.
Ekspresi Bangunan Sebagai Perwujudan Kepercayaan dan Kearifan Lokal Pada Bangunan Tradisional Nusantara Eugenius Pradipto; Syam Rachma Marcillia
Tesa Arsitektur Vol 17, No 2: Desember 2019
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v17i2.1274

Abstract

Traditional buildings in Indonesia consist of various types and expressions, with one common thread, namely that each building has the same belief in the big world and the small world. This belief is represented in the building as the head (top), body (center) and feet (bottom) as a part of the building. In the common spatial relationship, the building's central space as the center point, the balance point between the upper and lower rooms as well as the decotomic part around them. This paper aims to describes local wisdom that is manifested in buildings as a form of expression of community trust in responding to situations and conditions of the natural environment and local climate. The content analysis method was carried out to study the influence of different tropical climate types in the western and eastern parts of Indonesia. The results of the analysis show that the influence of tropical humid climate types in the western and eastern parts of Indonesia on buildings is distinguished by the expression of the shape of the roof, walls and floors. Buildings in the western part of Indonesia are affected by a humid tropical climate with more rainfall and higher humidity than in the eastern part of Indonesia.
Application of Adaptive Structure based on Natural Inspiration on Biomimicry Architecture Riri Chairiyah; Ahmad Sarwadi; SyamRachma Marcilia
Journal of Architectural Design and Urbanism Vol 1, No 1 (2018): September 2018
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering, Universitas Diponegoro, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jadu.v1i1.3247

Abstract

Today the advancement of technology and human science has developed rapidly. These developments give a number of technological innovations that were used to solve and facilitate human life. One of the advances in technological innovation is the development of buildings that are designed and established using modern technology. However, the development of these advances, especially man-made buildings, on the contrary, also have a lot of adverse effects on the environment in which humans live. These adverse impacts cause environmental degradation to result in the extinction of a number of natural species around human habitation. These problems are mostly sourced from people who lack environmental awareness. A number of experts to scientists, especially those in charge of development problems, began to look for ways to reduce these adverse impacts. One way that is done especially by architects is to study the process of natural adaptation with its environment which is included in the Biomimicry Architecture. The adaptation process carried out by nature is reflected in how forms, processes and systems that nature uses to respond to its environment. The inspiration was then applied by the architect into the building. Architects in terms of building design must pay attention to three important aspects that exist in the building design process, namely aesthetics, function and strength. However, the aspect of power design in the discussion of biomimicry architecture has a smaller portion than aesthetics and function. While the need for building strength innovations in this regard is very necessary in the building structure against the background of the lack of innovative and environmentally friendly structural design aspects. Based on this problem, this study then used content analysis method with qualitative inductive type. The study was conducted by analyzing written information data that discussed the case of selected buildings, namely The Eden Project Building, The Gherkin Tower and The Eastgate Center. The results of the research are descriptive explanations related to how the adaptive principles applied by the architect into the building use natural inspiration. The benefits of this research are expected to provide an illustration for architects to design buildings that are adaptive to the environment, especially from structural systems and can expand the science of Biomimicry Architecture.
Persepsi terhadap Kondisi Pelestarian Bangunan Cagar Budaya yang Menjadi Atraksi Wisata di Kotagede Lathifa Nursyamsu; Syam Rachma Marcillia
ATRIUM: Jurnal Arsitektur Vol. 8 No. 1 (2022): ATRIUM: Jurnal Arsitektur
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/atrium.v8i1.171

Abstract

Title: Visitor's perceptions on the shift condition of cultural heritage buildings in Kotagede as tourist attraction   Kotagede is one of the 5 Cultural Conservation Areas (KCB), with many Cultural Heritage Buildings (BCB) in Yogyakarta. Despite being a KCB, Kotagede is also one of the most popular tourist destinations in Yogyakarta. There are enormous tourist attractions with historical and cultural values, some of which are listed BCB. However, it is very unfortunate that the condition of BCB preservation at KCB Kotagede is considered as the worst among other KCBs in Yogyakarta. Therefore, further research about the condition of BCB is needed to be conducted to find out how good or not - the preservation condition is and how tourism influences it. This study implements the qualitative research methods with data collection through in-depth interviews with the caretaker. The results of this study indicate that the preservation of BCB in tourist attractions in Kotagede is in good condition. One of the efforts to preserve BCB is using it in the tourism sector. In this study, it was found that tourism has a positive impact on the preservation of BCB in Kotagede because it motivates the caretaker to maintain BCB properly to give satisfaction to the visitors. In addition, tourism also gives economic benefits that can be used for BCB further preservation.
IDENTIFIKASI PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUANG PADA CO-WORKING SPACE Tiya Suryadi Putri
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 5, No 2 (2022): Vol 5, No 2 (2022): Jurnal Arsitektur Zonasi Juni 2022
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v5i2.45653

Abstract

Pandemi COVID-19 yang muncul pada akhir tahun 2019 telah memberikan perubahan yang besar, terutama dengan diwajibkannya penerapan protokol kesehatan.adanya penerapan protokol kesehatan ini ternyata menimbulkan perubahan spasial, terutama pada co-working space. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat strategi-strategi yang dilakukan oleh manajemen co-working space dalam menerapkan protokol kesehatan yang mengarah pada adanya perubahan spasial pada tiap ruang yang ada di co-working space. Ruang-ruang yang ada di co-working space akan di identifikasi menjadi tiga jenis, yaitu primary space (ruang kerja utama), secondary space (ruang multifungsi) dan service space (ruang servis). Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta dengan dua objek penelitian, yaitu Sinergi Co-Working Space dan Relasi Co-Working Space.  Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu kualitatif, dimana teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara untuk mendapatkan data penerapan protokol kesehatan baik fisik maupun non fisik dan juga observasi, dimana bertujuan untuk memastikan hasil wawancara dan memetakan penerapan protokol kesehatannya. Adapun hasil yang ditemukan menujukkan bahwa penerapan protokol kesehatan baik di Sinergi Co-Working Space dan Relasi Co-Working Space yang paling tinggi yaitu berada di secondary space lalu diikuti oleh service space dan yang terakhir primary space dimana tidak terlihat adanya perubahan spasial apapun akibat dari adanya penerapan protokol kesehatan.