Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Status Populasi Satwa Primata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Halimun Salak, Jawa Barat Fitriah Basalamah; Achi Zulfa; Dewi Suprobowati; Devi Asriana; Susilowati .; Agnes Anggraeni; Rahmalia Nurul
Jurnal Primatologi Indonesia Vol. 7 No. 2 (2010)
Publisher : Pusat Studi Satwa Primata LPPM-IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.859 KB)

Abstract

Abstrak. Taman nasional mempunyai peran penting dan strategis dalam melestarikan biodiversitas alam, salah satunya hewan primata. Primata memiliki fungsi  utama sebagai penyebar biji dan menjaga keseimbangan ekosistem. Beberapa indikasi gangguan yang terjadi pada ekosistem area konservasi (Taman Nasioanl Gunung Gede – Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun - Salak) yaitu kepadatan penduduk, kerusakan habitat dan aktivitas ekowisata. Monitoring tahunan yang dilakukan pada kedua area konservasi menggunakan metode line transect dan fruit trail dimulai  pada tahun 2000 hingga 2006 menunjukkan adanya penurunan populasi dari lima jenis primata yang signifikan. Penurunan populasi tersebut diduga akibat dari fluktuasi jumlah pengunjung dan ketersediaan sumber pakan.Abstract. The national park plays an important and strategic role in conserving the biodiversity; for which primates are very important. Primates have a primary function in dispersing seeds of fruit trees and balancing the ecosystem. There are several indications of ecosystem disturbances in two conservation sites, Gede Pangrango National Park and Halimun Salak National Park. These two sites underwent urbanization, habitat destruction and increase of ecotourism activities. Annual monitoring of primates at the two conservation sites using line transects and fruit trail methods (2000-2006) showed that availability of primate food resources was fluctuating and five primate species suffered from a severe population decline.Key words: primate density, conservation, ecotourism, Mountain Gede-Pangrango National Park, Halimun-Salak National Park
The ecological characteristics of mineral lick associated with animals in Belantikan Hulu Area, Central Kalimantan, Indonesia Wicaksono, Gusti; Setia, Tatang Mitra; Yanuar, Achmad; Basalamah, Fitriah; Sapari, Iman
Genbinesia Journal of Biology Vol. 1 No. 3 (2022): July 2022
Publisher : Generasi Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55655/genbinesia.v1i3.18

Abstract

Mineral licks are areas rich in essential minerals where wildlife such as mammals and birds frequent to lick or eat soil (geophagy). Mineral licks are a beneficial site for animals since the behavior increases mineral intake and emulsifies toxins that enter the digestive system. The Belantikan Hulu area is known to have mineral licks in its forest area, two of which are frequently visited by various animals. The purpose of this research is to provide an overview of the ecological characteristics of two different mineral licks, as well as to identify the diversity of animals that use the area. The study was carried out in the Belantikan Hulu area, using the capture and recapture method as well as the laboratory process to identify minerals in mineral licks. The results of the sample analysis revealed that the mineral licks in the two areas contain Na, K, Ca, and Mg. When compared to other locations, the Penggaraman area has the highest concentration of three minerals. During the research period, 2.133 independent photos were captured at two mineral lick sites. A total of 16 animal species were recorded, including 10 species of mammals and six species of birds. There is a symbiotic interaction of mutualism between mammals and birds at the mineral lick, as well as a sympathetic interaction in primates. The ecological characteristics of mineral licks, such as minerals and distance from human activity, affect wildlife visits to mineral lick sites.
Differences in Knowledge, Attitude, and Practice of The Community Parrots in Ternate and Sofifi, North Maluku Ramadani, Annisa; Setia, Tatang Mitra; Mangunjaya, Fachruddin M.; Siregar, Benny A.; Basalamah, Fitriah
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol. 18 No. 1 (2025): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v1i1.38275

Abstract

 Abstract The community's habit of owning wild animals is still ongoing until now. This has become one of the threats to the existence of wildlife in their natural habitat. Parrots, with their ability to imitate surrounding sounds, have become a popular pet choice. Therefore, the purpose of this study is to determine the influence of knowledge, attitudes, and practices about parrots on the profile of the community. The study differentiates between those who owner bird and those who do not. Data collection was conducted for two months in Ternate and Sofifi, North Maluku. The method used was purposive sampling, interviewing as many as 104 respondents who had been determined. The interview data was processed into multiple linear regression values and canonical correlations. The results of this research identified that the majority of those who owned parrots were aged between 42–57 (36%); female (52%); with high school graduates (46%); and engaged in various professions, such as housewives or entrepreneurs (71%). On the other hand, those who were non-owner parrots were dominated by individuals aged 10–25 (46%); male (65%); with undergraduate degrees (62%); and categorized as students (38%). The results of this study show that knowledge and attitudes have an influence on education, profession, and age of the community on the topic of curly-billed bird maintenance. Abstrak Kebiasaan masyarakat memiliki satwa liar masih berlangsung hingga sekarang. Hal ini menjadi salah satu ancaman terhadap keberadaan satwa liar di habitat aslinya. Burung paruh bengkok memiliki kemampuan meniru suara di sekitarnya, dan menjadi satwa liar yang populer sebagai peliharaan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, sikap, dan kesadaran tentang pemeliharaan burung paruh bengkok terhadap profil masyarakat. Studi ini membedakan, antara masyarakat yang memelihara burung dan yang tidak. Pengumpulan data dilakukan selama dua bulan di Kota Ternate dan Sofifi, Maluku Utara. Metode yang digunakan purposive sampling, mewawancarai sebanyak 104 responden yang telah ditentukan. Data wawancara tersebut diolah menggunakan software SPSS 22.0 untuk memperoleh nilai regresi linier berganda dan kolerasi kanonikal. Hasil penelitian, mengidentifikasi bahwa mayoritas dari mereka yang memiliki burung paruh bengkok berusia antara 42–57 (36%); berjenis kelamin perempuan (52%); tingkat pendidikan SMA (46%); dan memiliki profesi lainnya, seperti ibu rumah tangga atau pengusaha (71%). Di sisi lain, masyarakat yang tidak memelihara burung paruh bengkok, didominasi yang berusia 10–25 (46%); berjenis kelamin laki-laki (65%); tingkat pendidikan sarjana (62%); dan lebih ddidominasi oleh pelajar/mahasiswa (38%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap memiliki pengaruh dengan pendidikan, profesi, dan usia masyarakat terhadap topik pemeliharaan burung paruh bengkok.
Pengembangan Model Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Pemukiman menuju Nirlimbah di Kelurahan Sindang Jaya Bandung Basalamah, Fitriah; Saribanon, Nonon; Lestari, Rahayu; Lindayu, Feriska; Krisna, Arindya A’isy
Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 5 No. 6 (2025): November 2025 - Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Indonesian Scientific Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59395/altifani.v5i6.944

Abstract

Mengembangkan peran partisipasi masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat untuk mengurangi sampah dan mengubahnya menjadi sumber daya ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari program ini. Tahapan metode yang digunakan adalah sosialisasi dan pelatihan tentang pentingnya pengolahan sampah, implementasi, serta monitoring dan evaluasi. Pengabdian kepada Masyarakat ini juga diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan kesadaran dan literasi lingkungan, memperkuat ekonomi sirkular dan inovasi berbasis sampah, menerapkan teknologi ramah lingkungan seperti penghancur sampah, serta memperkuat infrastruktur dan kebijakan pengelolaan sampah. Program ini dilaksanakan di area Pengolahan Limbah Rumah Tangga di Tamansari Bukit Bandung, Kelurahan Sindang Jaya, Bandung. Kegiatan workshop dan pelatihan pengoperasian teknologi berupa mesin penghancur sampah organik dan anorganik serta proses fermentasi dan penguraian untuk mengolah sampah organik menjadi kompos, berdampak signifikan terutama dalam mengurangi timbunan sampah organik berupa dahan dan daun pohon, karena wilayah program memiliki banyak pohon yang menghasilkan daun tumbang dalam jumlah yang relatif banyak setiap harinya