Norma Yuni Kartika
Universitas Lambung Mangkurat

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Engagement and commitment in Eco-Campus activities of pre-service teachers: Confirmatory factor analysis Hanifah Mahat; Nasir Nayan; Mohmadisa Hashim; Yazid Saleh; Saiyidatina Balkhis Norkhaidi; Ellyn Normelani; Yulian Firmana Arifin; Nasruddin Nasruddin; Norma Yuni Kartika; Rosalina Kumalawati
International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE) Vol 11, No 3: September 2022
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijere.v11i3.22001

Abstract

This study was conducted to confirm the instrument of sustainability engagement and commitment in Eco-Campus activities of pre-service teacher. Respondents consisted of 500 pre-service teachers who were selected using stratified sampling techniques. The variables studied or the factors generated from exploratory factor analysis (EFA) of this study include knowledge, attitude, engagement, and commitment. Data were analyzed descriptively to obtain the reliability of the Cronbach's alpha value and confirmatory factor analysis (CFA) was used to obtain a four-factor solution using SPSS 22 and AMOS 20 software. The results of the analysis showed that the Cronbach's alpha value was in the high classification of more than 0.80. The results of the CFA analysis for the measurement model showed that the four-factor solution was compatible and acceptable based on the recommended fit indices (CMIN=214.073, DF=49, CMIN/DF=4.369, p=.000, GFI=.941, CFI=.971, TLI=.961, RMSEA=.082). As a result, the 36-item measuring model created was suitable for assessing sustainability participation and commitment in Eco-Campus activities, particularly among pre-service teachers in Malaysia.
PENDIDIKAN PEREMPUAN : SEBAB ATAU DAMPAK PERKAWINAN ANAK DI KALIMANTAN SELATAN? (Analisis Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012) Norma Yuni Kartika; Muhajir Darwin; Sukamdi Sukamdi
JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.494 KB) | DOI: 10.20527/jpg.v4i2.3028

Abstract

Pepatah mengatakan “ketika anda mendidik seorang wanita, sama dengan anda mendidik bangsa”. Pencapaian pendidikan, bahkan pada tingkat dasar, memiliki implikasi positif yang besar dalam pembangunan manusia. Seperti diketahui bersama bahwasannya pendidikan memiliki peran yang penting dalam struktur pembangunan manusia Indonesia, juga pembangunan manusia di Provinsi Kalimantan Selatan sebagai satu dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Sedangkan variabel penting dalam mengendalikan kuantitas penduduk adalah mendewasakan usia menikah pertama perempuan Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui data awal apakah pendidikan perempuan sebagai sebab atau dampak dari perkawinan anak di Provinsi Kalimantan Selatan.Data sekunder yang digunakan dalam tulisan ini adalah data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012. Variabel dalam tulisan ini ada dua, yaitu pencapaian pendidikan perempuan dan perkawinan anak. Pencapaian pendidikan perempuan terdiri dari tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tidak tamat SMP, tamat SMP, dan tamat SMA/PT. Perkawinan anak perempuan adalah perempuan usia 15-49 tahun yang usia perkawinan pertamanya di bawah 18 tahun. Populasi tulisan ini adalah semua perempuan 15-49 tahun baik yang menikah sah sesuai undang-undang perkawinan yang berlaku di Indonesia dan perempuan yang hidup bersama.  Data SDKI tahun 2012 dianalisis dengan distribusi prosentase.  Diperoleh hasil yaitu (1)  persentase tertinggi perempuan menikah di bawah 18 tahun tidak tamat SD; (2) persentase tertinggi perempuan menikah di atas 18 tahun adalah tamat SMP; (3)  perempuan menikah di bawah 18 tahun yang tidak sekolah 3 kali perempuan yang menikah di atas 18 tahun;(4) ketimpangan persentase yang besar antara perempuan yang  menikah di bawah 18 dan di atas 18 tahun adalah tamat SMP dan tamat SMA/PT. Kata kunci: pendidikan, perempuan, sebab, dampak, perkawinan anak
INDIKATOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN DINI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Dwi Ratnasari; Norma Yuni Kartika; Ellyn Normelani
Jurnal Geografika (Geografi Lingkungan Lahan Basah) Vol 2, No 1 (2021): GEOGRAFIKA
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.366 KB) | DOI: 10.20527/jgp.v2i1.3169

Abstract

Pernikahan adalah penyatuan pria dan wanita dalam suatu hubungan berdasarkan hukum tertentu. Bagi orang yang ingin menikah, ada beberapa aturan dari negara tersebut, salah satunya adalah usia minimal untuk menikah. Hal tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 sebagai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Menurut peraturan terbaru, usia perkawinan minimal 19 tahun bagi laki-laki dan perempuan. Pernikahan dini mengalami penurunan yang cukup banyak dalam tiga puluh tahun terakhir, namun nyatanya masih banyak daerah di Indonesia yang masih mempraktikkan pernikahan, khususnya Kalimantan Selatan. Berdasarkan data BPS, prevalensi kawin anak di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 24 persen. Pada tahun 2015, prevalensi kawin anak hanya menurun sekitar 1 persen. Penurunan prevalensi perkawinan anak di Indonesia tergolong lambat. UNICEF dalam laporannya tahun 2014 menyatakan bahwa dalam tiga dekade terakhir, pernikahan anak di Indonesia mengalami penurunan kurang dari setengahnya. Berdasarkan data BPS tahun 2018, Kalimantan Selatan merupakan provinsi dengan jumlah kasus kawin usia dini tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 22,77%. Data inilah yang menjadi dasar penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat dua penelitian sebelumnya mengenai studi bertema pernikahan muda di Kalimantan Selatan kemudian membandingkannya dengan data BPS tahun 2018 tentang pernikahan dini itu sendiri. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah aspek ekonomi seperti kebanyakan daerah lainnya, aspek pendidikan sebagai faktor utama penentu keputusan menikah dini,
KARAKTERISTIK PELAKU PERKAWINAN REMAJA PUTRI (STUDI PADA MASYARAKAT KELURAHAN RAYA BELANTI KABUPATEN TAPIN) Norma Yuni Kartika; Muhammad Efendi; Sopyan Sopyan; Muhammad Yusri; Nurin Maulida
Jurnal Geografika (Geografi Lingkungan Lahan Basah) Vol 2, No 2 (2021): GEOGRAFIKA
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jgp.v2i2.4987

Abstract

Tujuan tulisan ini untuk menganalisis karakteristik pelaku perkawinan remaja putri di Provinsi Kalimantan Selatan.  Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan sampel 160 responden, 113 responden diantaranya merupakan perempuan yang menikah remaja (di bawah 19 tahun) dan 47 responden tidak menikah di usia remaja (19 tahun keatas).  Terjadinya ketimpangan jumlah sampel dikarenakan tingginya kasus perkawinan remaja di lokasi penelitian.  Dari satu kelurahan hanya ditemukan 5,1 persen perempuan dengan usia kawin pertama 19 tahun keatas.  Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, menggunakan analisis univariat (tabulasi silang) untuk melihat karakteristik responden pada kedua kelompok usia kawin pertama.  Beradasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa karakteristik perempuan yang menjadi pelaku perkawinan remaja putri di Kelurahan Raya Belanti, Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan antara lain berpendidikan rendah atau tamat SD ke bawah, tidak bekerja sebelum menikah, mayoritas dari rumah tangga miskin, pendidikan ayah rendah atau tidak tamat SD dan ayah bekerja sebagai petani.
Potensi Ekonomi Masyarakat Melalui Budidaya Jeruk Siam Banjar Desa Karang Bunga Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Dwi Ramadani; Norma Yuni Kartika; Arif Rahman Nugroho; Ghinia Anastasia Muhtar
Jurnal Geografika (Geografi Lingkungan Lahan Basah) Vol 3, No 2 (2022): GEOGRAFIKA
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jgp.v3i2.7707

Abstract

Pembangunan ekonomi tidak dapat dicapai tanpa pertumbuhan ekonomi yang merupakan komponen esensial. Untuk mendorong perluasan ekonomi, maka perlu dilakukan penelitian terhadap wilayah yang memiliki potensi seperti Desa Karang Bunga, yang menjadi tumpuan sektor unggulan pada holtikultura. Jeruk siam ditanam di Kalimantan Selatan telah dikukuhkan sebagai varietas unggul nasional dan diberi nama jeruk Siam Banjar. Jenis buah ini sangat digemari masyarakat, terbukti dengan tingginya permintaan pasar terhadap jeruk siam. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi Penggalian Potensi Ekonomi Masyarakat Melalui Budidaya Jeruk Siam Banjar menggunakan metode location quotient (LQ) untuk membantu ekonomi Desa Karang Bunga Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kabupaten Kuala, Kalimantan Selatan mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). Analisis produktivitas jeruk Siam Banjar (Citrus Reticulata) di kawasan Desa Karang Bunga Kabupaten Barito Kuala adalah mendapatkan hasil nilai LQ produktivitas periode tahun 2019 sampai dengan tahun 2020 sebesar 1.025679. Jeruk siam yang berarti produktivitas daerah tersebut berpotensi untuk ekspor produk hortikultura yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Mapping of Families at Risk of Stunting Based on Four Too Factors in South Kalimantan Norma Yuni Kartika; Lina Suherty; Sopyan Sopyan; Galuh Bayuaji; Nur Hidayah; Chintania Azahra Tantri Noermartanto
Jurnal Geografika (Geografi Lingkungan Lahan Basah) Vol 4, No 1 (2023): GEOGRAFIKA
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jgp.v4i1.7984

Abstract

Stunting is a condition of failure to thrive in children under five, the impact of chronic malnutrition in the first 1,000 days of life. Stunting is caused by multiple determinants, including the mother's age during pregnancy is too young or too old, the distance between pregnancies is too close, and too many children besides other determinants. The prevalence of stunting in South Kalimantan in 2021 is 30%, which is still far from the achievement target set by the government, which is at least 14% in 2024. The purpose of this paper is to map families at risk of stunting based on four too factors in South Kalimantan. This research uses a quantitative method sourced from secondary data, namely data on families at risk of stunting as a result of updating, verifying, and validating Family Data Collection 2021 (PK21) data in South Kalimantan. Data analysis in this study used: (1) descriptive statistical analysis to describe families at risk of stunting with 4 (four) too factors; (2) calculating the classification; (3) mapping; (4) conclusion. Four too factors is a factor that causes stunting in children because they can affect the parenting style of parents towards their children, so that, to take good care of children, fulfilling nutrition in children cannot be done optimally which will cause children to be stunted. In addition, if the mother gives birth at a distance of > 2 years, the mother does not have time to prepare the mother's condition and nutrition for the next pregnancy, thus affecting the fetus she is carrying.