<![CDATA[Tantangan dari sektor pemerintah serta menggeliatnya kembali bisnis batubara di Indonesia menjadi tantangan dan angin segar bagi PT. Mitrabahter Segar Sejati Tbk (MBSS). Menurunkan kerugian MBSS sejak tahun 2016 membutuhkan ketersediaan armada secara kuantitas dan kualitas. Salah satu armada MBSS berupa kapal tunda (tug boat), TB Entebe Star 10, masih dalam status lay-up sejak tahun 2016. Aktifasi TB Entebe Star 10 menjadi pertimbangan untuk memenuhi tantangan bisnis tersebut namun MBSS masih harus berorientasi pada pengurangan kerugian pada tahun keuangan 2018 berupa efisiensi dan peningkatan pendapatan. Dalam penelitian ini, sampel ditarik melalui metode non-random sampling yaitu purposive sampling. Dibutuhkan metode sistem pendukung keputusan sebagai alat bantu untuk menentukan alternatif aktifasi yang tepat yaitu menggunakan metode AHP dengan 4 kriteria, yaitu: biaya, waktu, durabilitasi, dan spesifikasi permintaan pasar. Sedangkan untuk aktifasi kapal TB Entebe Star 10 terdapat tiga alternatif, yaitu recovery, scrap, direct selling. Penghitungan manual dan penggunaan software Expert Choice menjadi alat analisis data. Dari hasil perhitungan secara manual maka didapatkan hasil, Direct Selling merupakan keputusan aktifasi kapal lay-up TB Entebe Star 10 yang paling dipertimbangkan oleh para pengambil keputusan di MBSS yaitu directselling dengan perolehan nilai 0,823. Kemudian pilihan kedua yang banyak dipertimbangkan adalah scrap dengan poin 0,671. Dan pertimbangan terakhir adalah recovery dengan perolehan nilai 0,446. Dari hasil perhitungan menggunakan software Expert Choice maka didapatkan hasil, Direct Selling merupakan keputusan aktifasi kapal lay-up TB Entebe Star 10 yang paling dipertimbangkan oleh para pengambil keputusan di MBSS yaitu directselling dengan perolehan nilai 0,823. Kemudian pilihan kedua yang banyak dipertimbangkan adalah scrap dengan poin 0,671. Dan pertimbangan terakhir adalah recovery dengan perolehan nilai 0,446.]]>
