Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

ANALYSIS OF REDUCING CO2 EMISSIONS USING SPIRULINA MICROALGAE Purnomosutji Dyah Prinajati
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management Vol. 5 No. 1 (2021): Vol. 5 No.1. March 2021
Publisher : Department of Environmental Engineering - Universitas Pasundan - Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.515 KB) | DOI: 10.23969/jcbeem.v5i1.3810

Abstract

Greenhouse Gases (GHG) consists of various types of gases that are produced either naturally from the environment or from the activities of living things, some examples of the dominant GHGs are water vapor, carbon dioxide (CO2), methane (CH4), nitrogen oxides ( NOx) and Sulfur Oxide (SOx), the largest contributors to GHG emissions are in the Energy sector, amounting to 175.62 million tons of CO2. Microalgae are the most primitive plants, can grow in low water quality with the availability of adequate nutrients and sunlight. The amount of CO2 that can be absorbed by 1 kg of dry spirulina is 1.83 kg of CO2. In addition, Spirulina Platensis can tolerate gas content of SOx, NOx and CO2 whose concentrations are <12%. This study aims to determine the process of utilizing CO2 gas emissions from PLTGU for the cultivation of Spirulina Platensis microalgae at PT. Indonesia Power UPJP Perak Grati. Based on the research results, the average emission load value generated from PLTGU, especially HRSG 1.1, is 10,403.31 tons CO2 / month on average. The temperature factor has a significant correlation with the growth of microalgae cells with an inverse correlation. Based on the tests carried out to determine the relationship between changes in the flow rate of CO2 in microalgae cultivation ponds to the growth of microalgae cells, it was found that the addition of CO2 in the cultivation pond with a flow rate of 1 L / minute had a greater effect than other treatments. The amount of CO2 absorption by microalgae installations with a flow rate variation of 1 liter CO2 / minute is able to absorb 0.2766 tons of CO2 / month, or is only capable of <1% of the average emission load of HRSG 1.1 per month.
DOMESTIC COMMUNAL WASTEWATER TREATMENT PLANT EVALUATION IN SINDANGRASA, BOGOR, INDONESIA Purnomosutji Dyah Prinajati
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management Vol. 4 No. 1 (2020): Vol. 4 No.1, Maret 2020
Publisher : Department of Environmental Engineering - Universitas Pasundan - Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.117 KB) | DOI: 10.23969/jcbeem.v4i1.2335

Abstract

The communal domestic wastewater treatment plant functions to collect and treat domestic wastewater at the source location according to the communal scale treatment capacity. The communal Wastewater Treatment Plant (WWTP) in RT (neighborhood association) 01 / RW (citizen association) 09 Sindangrasa was built in 2016 using the Anaerobic Baffled Reactor (ABR) system. This study aims to evaluate the Communal WWTP by analyzing the quality of wastewater compared to PerMenLH No. 68 of 2016, calculates the processing efficiency and analyzes the water quality of the community wells around the Communal WWTP compared to regulation of PerMenKes No.416/MENKES/PER/IX/1990. Data collection techniques using the Slovin technique in the pre-research stage, direct sampling on location and testing in an accredited laboratory. The results showed the quality of wastewater exceeds the quality standard for BOD, TSS and Total Coliform parameters, the quality of residents' well water exceeds the quality standard for parameters pH, Cr VI and Total Coliform. Communal WWTPs in RT 01/ RW 09 Sindangrasa have not been efficient in treating residents' domestic wastewater. The management of Communal WWTPs needs to be improved so that the effluent quality and processing efficiency values ​​meet the specified regulatory standards.
Analysis of Building Sanitation And Cleaning Facilities Case Study of Environmental Service Company Purnomosutji Dyah Prinajati; Linda Noviana
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management Vol. 6 No. 1 (2022): Vol. 6 No.1. March 2022
Publisher : Department of Environmental Engineering - Universitas Pasundan - Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.061 KB) | DOI: 10.23969/jcbeem.v6i1.5266

Abstract

This study aims to determine the sanitation conditions of buildings and cleaning facilities at an Environmental Services Company. In this research, the Importance Performance Analysis (IPA) mapping of each attribute of the assessment of the sanitation condition was evaluated so that it can be seen which assessment attributes have low values and need to be assessed to get corrective action as a top priority. This research is descriptive quantitative research by collecting data through direct observation and distributing questionnaires to all employees of the Environmental Services Company. The results of 20 respondents were processed using the SPSS 16 application. The results showed that the sanitation conditions of the buildings and cleaning facilities at the Environmental Service Company did not meet the requirements. Priority mapping of the sanitation attributes of buildings and cleaning facilities using the Importance Performance Analysis (IPA) method can be seen in the Cartesian diagram. The result shows that from all 17 building sanitation attributes, there are 3 attributes in quadrant A. While 7 attributes are in quadrant B, 3 attributes are in quadrant C, and 3 attributes are in quadrant D. Of the 46 sanitation attributes for sanitation facilities, there are 8 attributes in quadrant A, 24 attributes in quadrant B, 13 attributes in quadrant C, and 1 attribute in quadrant D. Attributes that have low scores on building sanitation, namely the yard and roof of the building, while in sanitation of cleaning facilities, namely lockers in the changing room, trash cans, and sanitary napkins.
KUALITAS AIR WADUK JATILUHUR DI PURWAKARTA TERHADAP PENGARUH KERAMBA JARING APUNG Purnomosutji Dyah Prinajati
Journal of Community Based Environmental Engineering and Management Vol. 3 No. 2 (2019): Vol. 3 No.2, September 2019
Publisher : Department of Environmental Engineering - Universitas Pasundan - Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.146 KB) | DOI: 10.23969/jcbeem.v3i2.1838

Abstract

Waduk Jatiluhur adalah bendungan multiguna pertama di Indonesia yang disediakan 12,9 miliar m3 / tahun potensi air. Dalam operasi sekitar 15 tahun terakhir dengan aktivitas industri, meningkatkan populasi, mengurangi kondisi DAS dan lebih meningkatkan keramba jaring apung di area reservoir Jatiluhur yang ditunjukkan dengan adanya penurunan kualitas bendungan air. Tujuan penelitian ini supaya dapat mengetahui kualitas air dan tingkat pencemaran air di waduk Jatiluhur yang disebabkan keramba jaring apung. Penelitian ini dilakukan dalam lima titik pengambilan sampel: Poin 1: Kerenceng; Butir 2: Jamaras; Butir 3: Bojong; Butir 4: Sodong; Butir 5: Parung Kalong. Parameter kualitas air yang dulunya adalah indikator adalah Oksigen Terlarut atau Oksigen Terlarut. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa keramba jaring apung berpengaruh terhadap penurunan pencemaran air di waduk Jatiluhur, terdapat peningkatan pencemaran air di waduk Jatiluhur yaitu 512, 89 mg / detik.
PENGELOLAAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN SEBAGAI STRATEGI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN Purnomosutji Dyah Prinajati; Windinda Rahmawati P.R
Sustainable Environmental and Optimizing Industry Journal Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36441/seoi.v1i1.605

Abstract

Daya dukung lingkungan perlu diperhatikan untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan keterbatasan dari lingkungan. Daya dukung lingkungan dalam penelitian ini adalah kemampuan Kawasan untuk mencrima sejumlah wisatawan dengan intensitas penggunaan maksimum terhadap sumber daya alan yang berlangsung secara terus menerus tanpa merusak lingkungan. Tujuannya adalah untuk mengetahui daya dukung lingkungan, mengkaji persepsi wisatawan dan pengelolaan terhadap kelestarian lingkungan, dan memilih strategi yang tepat untuk menjamin pengelolaan berkelanjutan. Analisis data yang digunakan adalah analisis daya dukung kawasan dan SWOT. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan analisa kuantitatif. Ketersediaan lahan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebesar 74,5 Ha. Daya dukung fisik/Physical Carrying Capacity (PPC) kawasan Setu Babakan dapat menampung wisatawan sebanyak 29.800 orang hari. Strategi yang tepat untuk pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang berkelanjutan yaitu 1) mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi, 2) memaksimalkan fungsi kawasan sebagai objek wisata yang berwawasan lingkungan untuk mencegah terjadinya eksploitasi kawasan dengan memperhatikan daya dukung. 3) diperlukan upaya peningkatan promosi objek wisata dan kualitas infrastruktur yang tersedia baik dari segi perawatan bangunan, pelayanan wisatawan, memperhatikan kondisi fisik setu, aliran sungai serta potensi buangan limbah dengan mengajak masyarakat dan wisatawan untuk berkontribusi mewujudkan kondisi lingkungan wisata yang aman, nyaman, tertib dan bersih.
Peningkatan Pemahaman Mahasiswa Tentang Etika Lingkungan Melalui Implementasi Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka Laila Febrina; Kholil Kholil; Evelyn Hanaseta Nurakbari; Purnomosutji Dyah Prinajati
EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN Vol 4, No 1 (2022): February Pages 1-1600
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/edukatif.v4i1.1941

Abstract

Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) merupakan kebijakan pemerintah untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan dan pengalaman nyata untuk memasuki pasar kerja/industri melalui experiential learning di lapangan atau di dunia industri. Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Sahid telah mengimplementasikan kebijakan MBKM ini melalui kerjasama dan sinergi dengan lembaga mitra strategis yang bergerak di bidang lingkungan. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan MBKM terhadap pemahaman mahasiswa terhadap pemecahan masalah lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan. Pengumpulan data melalui diskusi mendalam dan wawancara kepada mahasiswa yang telah magang di industri. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dilanjutkan dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang melakukan magang di industri lingkungan menyatakan  pemahamannya terhadap isu lingkungan meningkat, demikian pula kepercayaan dirinya. Selain itu, terungkap pula bahwa sistem pemagangan yang dilakukan memberikan pengalaman nyata untuk melihat permasalahan lingkungan  dan membangun kesadaran diri.   Oleh karena itu  perlu mengajak masyarakat untuk menerapkan etika lingkungan dalam memanfaatkan sumber daya alam.
ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP PENYERAPAN EMISI KARBONDIOKSIDA Purnomosutji Dyah Prinajati
ENVIROSAN : Jurnal Teknik Lingkungan Vol 2, No 1 (2019): ENVIROSAN Juni 2019
Publisher : Universitas Kebangsaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.599 KB) | DOI: 10.31848/ejtl.v2i1.276

Abstract

Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di perusahaan diharapkan mampu mereduksi emisi karbondioksida (CO2) sebagai gas rumah kaca yang paling dominan. Emisi CO2 dihitung dari pengadaan dan penggunaan energi yaitu penggunaan solar industri untuk boiler, penggunaan solar dan bensin untuk operasional kendaraan bermotor. Semua sumber emisi adalah sumber-sumber yang dikontrol penuh oleh perusahaan. Daya serap emisi CO2 oleh tanaman dihitung dengan pendekatan tipe tutupan vegetasi yaitu pohon (569,07 ton/ha/tahun), semak belukar (55 ton/ha/tahun) dan rumput (12 ton/ha/tahun). Luas RTH tersedia 21266,932 m2 (53 % dari luas kavling), persyaratan dari pengelola kawasan industri Jababeka minimal 7,5 % dari luas kavling. Total ada 53 jenis individu tanaman yang ada di dalam RTH dengan jenis tutupan yang dominan adalah semak. Jumlah emisi CO2 yang dihasilkan perusahaan 682,338 ton/tahun, daya serap CO2 sebesar 140,920 ton/tahun. Dalam setahun, jumlah CO2 yang belum diserap adalah 531,418 ton. Daya serap CO2 sebesar 20,65 %. Upaya yang dapat untuk meningkatkan penyerapan CO2 tanaman dengan melakukan pemupukan yang efisien, penambahan atau penggantian tanaman yang memiliki daya serap CO2 lebih tinggi dan mengatur pemangkasan tajuk agar tidak terlalu banyak. Kata kunci: Ruang terbuka hijau, emisi CO2, daya serap CO2 tanaman.
ANALISIS PENGOLAHAN PUPUK KOMPOS SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAI MEDIA TANAMAN Purnomosutji Dyah Prinajati
ENVIROSAN : Jurnal Teknik Lingkungan Vol 1, No 2 (2018): ENVIROSAN Desember 2018
Publisher : Universitas Kebangsaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.447 KB) | DOI: 10.31848/ejtl.v1i2.147

Abstract

ABSTRAKJumlah penduduk yang banyak dapat berpotensi menghasilkan sampah dari hasil kegiatan sehari-harinya. Pola hidup dan gaya hidup modern dan instan serta kemajuan teknologi dapat memicu peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan. Sampah merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh masyarakat., bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kangkung (Ipomoea Reptans) unggul jawara varietas delima. Kadar pemberian pupuk kompos dalam Perlakuan 0 (0%), Perlakuan 1 (15%), Perlakuan 2 (30%), Perlakuan 3 (45%), Perlakuan 4 (60%). Pada masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pengambilan data pada tanaman umur 25 hari setelah tanam. Parameter yang diambil dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, dan jumlah daun. Penelitian eksperimen ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil analisa sidik ragam dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada pengaruh sangat nyata pemberian pupuk kompos terhadap pertumbuhan tinggi dan tidak ada pengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman kangkung (Ipomoea Reptans). Pengaruh pertumbuhan tinggi dan jumlah daun terbaik pada tanaman Kangkung (Ipomoea Reptans) adalah pemberian perlakuan kompos sebanyak 45% yaitu pada perlakuan 3.Kata Kunci: Pengaruh, Pupuk Kompos, Tanaman Kangkung (Ipomoea Reptans).ABSTRACTA large population can potentially generate waste from the results of daily activities. Modern and instant lifestyle and lifestyle and technological advances can trigger an increase in the amount of waste produced. Garbage is one of the major problems faced by the community. The seeds used in this study are kale seeds (Ipomoea Reptans) superior to pomegranate varieties. The level of compost fertilizer in the treatment was 0 (0%), the treatment was 1 (15%), the treatment was 2 (30%), the treatment was 3 (45%), the treatment was 4 (60%). Each treatment was repeated 3 times. Data collection on plants aged 25 days after planting. The parameters taken in this study are plant height, and number of leaves. This experimental study uses a Completely Randomized Design (CRD) method. The results of the analysis of variance from the data obtained showed that there was a very significant effect of composting on high growth and there was no significant effect on the number of leaves of kale (Ipomoea Reptans). The effect of high growth and the best number of leaves on Kangkung (Ipomoea Reptans) plants is 45% compost treatment that is in treatment 3.Keywords: Effect, Compost Fertilizer, Kale Plant (Ipomoea Reptans).
PENENTUAN DOSIS OPTIMUM NATRIUM HIPOKLORIT PADA PROSES KLORINASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PERUSAHAAN FARMASI Purnomosutji Dyah Prinajati
INFOMATEK Vol 23 No 1 (2021): Volume 23 No. 1 Juni 2021
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/infomatek.v23i1.3997

Abstract

Perusahaan farmasi yang turut andil dalam menjaga lingkungan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pun terus dilakukan oleh Perusahaan Farmasi, agar selalu dapat memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah. Oleh Karena itu, dibangun unit klorinasi dengan menambahkan bahan kimia klorin pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada Perusahaan Farmasi. Namun, apabila penggunaan klorin pada unit klorinasi tidak tepat maka akan menimbulkan dampak bagi lingkungan. Karena hal tersebut, dilakukan penelitian penentuan dosis optimum klorin pada unit klorinasi untuk mendapatkan dosis optimum klorin dari nilai bebas klorin yang tidak melebihi baku mutu klorin bebas dalam air limbah. Penentuan konsentrasi dosis optimum klorin dilakukan dengan metode Jartest. Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan maka ditetapkan konsentrasi dosis optimum klorin yang ditambahkan pada unit klorinasi pada Perusahaan Farmasi ini sebesar 6 mg/L.
Analisis Toksisitas Limbah Laundry Menggunakan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Linda Noviana; Ps, Dyah Prinajati
Arus Jurnal Sosial dan Humaniora Vol 1 No 3: Desember (2021)
Publisher : Arden Jaya Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1005.744 KB) | DOI: 10.57250/ajsh.v1i3.42

Abstract

Limbah laundry yang belum diolah secara efektif dapat mengakibatkan pencemaran air. Peringatan awal (early warning system) mengenai potensi bahaya perlu dilakukan agar limbah laundry dapat diolah secara baik dan benar sehingga tidak menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai toksisitas akut (LC50) limbah Laundry dan menentukan bahaya dari cemaran limbah laundry berdasarkan ekokinetika bahan pencemar. Penelitian ini dilakukan di laboratorium PT Sky Pacific Indonesia. Karakteristik limbah laundry “A” dibandingkan dengan baku mutu air limbah sesuai PERMEN LH No. 5 Tahun 2014, diperoleh hasil kandungan terbesar dalam limbah adalah surfaktan sebesar 183,10 mg/L. Parameter surfaktan, BOD5, COD, TSS, dan pH melebihi nilai baku mutu lingkungan, sedangkan untuk parameter fosfat serta minyak dan lemak masih berada dibawah nilai baku mutu lingkungan. Uji toksisitas akut dilakukan dengan metode OECD 203 menggunakan biota uji ikan mas (Cyprinus carpio) dan diperoleh nilai LC50-96 jam limbah laundry “A” sebesar 2210 mg/L. Hasil pengujian LC50-96 jam limbah laundry “A” yang dibandingkan terhadap 3 kategori akut yang disyaratkan oleh GHS (Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals), dinyatakan tidak berbahaya akut bagi populasi ikan di perairan. Hal ini dibuktikan belum timbul bahaya terhadap kolam budidaya ikan, tanaman, dan masyarakat sekitar Desa Sasak Panjang secara langsung.