Samse Pandiangan
Universitas HKBP Nommensen

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Intensitas Cahaya dan Dosis NPK Menentukan Pertumbuhan Bibit Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Parlindungan Lumbanraja; Samse Pandiangan; Kevin Prayoga Pelawi
AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian Vol 24, No 2 (2021)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/agrium.v24i2.8191

Abstract

Sebagai daerah tropis yang melimpah dengan cahaya, namun kenyataan bahwa tidak semua tanaman dapat menerima intensitas cahaya penuh, untuk mendapatkan intensitas cahaya yang optimal bagi pertumbuhan bibit tanaman kopi dilakukanlah penelitian dengan bahan benih kopi Arabika dan naungan menggunakan paranet yang dapat dilalui cahaya. Penelitian dilaksanakan dengan Rancangan Acak Kelompok Petak Terbagi dengan tiga taraf intensitas cahaya 100%; 75%; 50% dan empat taraf pupuk: 0 kg/ha setara dengan 0 g/ 5 kg tanah; 200 kg/ha setara dengan 0,5 g/ 5 kg tanah; 300 kg/ha setara dengan 0,75 g/ 5 kg tanah, dan 400 kg/ha setara dengan 1 g/ 5 kg tanah. Hasil penelitian membuktikan, intensitas cahaya 75% dengan sangat nyata berpengaruh terbaik terhadap bobot basah dan bobot kering tajuk demikian juga halnya dengan akar, sedangkan dosis pupuk dan intraksi antara perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter yang diamati.
Peningkatan Produksi Biji Kedelai (Glycine max L. Merril) dengan Pemberian Dolomit dan Pupuk Fosfor pada Ultisol di Simalingkar Parlindungan Lumbanraja; Samse Pandiangan; Fernando L.H Manalu
AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian Vol 9, No 1 (2021): Agriland: Jurnal Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Islam sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/agr.v9i1.4379

Abstract

Tanah ultisol juga memiliki reaksi pH yang sangat rendah berkisar antara 3-5 dan kandungan Al yang tinggi. Dolomit efisien digunakan untuk meperbaiki tanah ultisol sehingga sesuai penggunaannya untuk tiap komoditi pertanian. Fosfor sangat berperan dalam mendapatkan hasil optimal produksi biji kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis optimal dolomit dan pupuk fosfor dalam meningkatkan produksi biji kedelai pada ultisol di Simalingkar. Penelitian dilaksanakan di Desa Simalingkar B, pada ketinggian tempat sekitar ± 33 mdpl dari April sampai Juli 2019. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial tiga ulangan dengan perlakuan Dolomit 3 taraf dan Pupuk Fosfor 4 taraf. Parameter yang diamati adalah: produksi biji kedelai per hektar, dan bobot 100 butir biji kering jemur. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian dolomit dengan dosis 18.075 ton/ha mampu meningkatkan produksi biji kedelai pada ultisol di Simalingkar, sedangkan pemberian dosis pupuk fosfor belum mampu meningkatkan produksi biji kedelai.
Aplikasi Pupuk Kandang dan Mikoriza terhadap Peningkatan P-tersedia, serapan P serta Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays Saccharata L.) Pada Tanah Ultisol Parlindungan Lumbanraja; Bangun Tampubolon; Samse Pandiangan; Johan Ambarita; Ferisman Tindaon
AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian Vol 26, No 1 (2023)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/agrium.v26i1.13806

Abstract

AbstractKondisi tanah ultisol yang kurang subur memerlukan penanganan yang kompleks agar dapat berfungsi dengan baik sebagai lahan pertanian. Upaya tersebut diharapkan mampu memberi perbaikan kesuburan tanah secara menyeluruh.  Untuk tujuan ini dilalukan suatu penelitian yang menggunakan pupuk kandang dan pupuk hayati mikoriza yang diharapakan dapat memperbaiki sifat-sifat tanah tersebut hingga diperoleh tingkat pengaruh aplikasi bahan tersebut pada tingkat yang optimal. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok, dengan dua factor.  Faktor pupuk kandang 3 taraf dan factor mikoriza 4 taraf. Setiap pengaruh parameter yang signifikan akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Untuk pengamatan dilakukan pengukuran tanah tersedia fosfor, kandungan fosfor tongkol jagung, dan produksi jagung manis. Produksi jagung manis tertinggi 16,06 t/ha terjadi dengan kombinasi perlakuan pada aplikasi atau pemberian pupuk kandang setara dengan 5 t/ha dan mikoriza 3 g/lubang tanam, produksi ini lebih tinggi 3,83 t/ha setara dengan 31,31 % dibandingkan dengan kontrol. Pupuk kandang hanya meningkatkan kandungan fosfor secara nyata pada tongkol jagung. Mikoriza hanya meningkatkan ketersediaan fosfor tanah secara signifikan.
Pembuatan Mi Kering Komposit Rumput Laut Labu Kuning Sebagai Pangan Fungsional Hotman Manurung; Rosnawyta Simanjuntak; Yossi A. Pakpahan; Samse Pandiangan
Rona Teknik Pertanian Vol 12, No 2 (2019): Volume 12, No. 2, Oktober 2019
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v12i2.14717

Abstract

Pembuatan mi kering komposit bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi mi terutama komponen pangan fungsional dengan melakukan subtitusi sebagian tepung terigu dengan tepung rumput laut dan tepung labu kuning.Penelitian dilakukan dengan tiga tahap. Tahap ke 1 pembuatan tepung rumput laut dan tepung labu kuning.Tahap ke 2 pembuatan mi kering komposit, dan tahap ke 3 analisis kimia, dan uji fisik mi kering.Metode percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan perbandingan (%)  tepung rumput laut dan tepung labu kuning yang terdiri  atas 4 taraf (t=4): P0= 30:0; P1= 20:10: P2= 10:20; dan P3=0:30. Dilakukan dengan 3 ulangan.Tepung rumput laut dan tepung labu kuning mengandung komponen pangan fungsional (iodium, serat, dan karoten) masing-masing 27,05 ppm, 5,65%, dan 12,32 ppm pada tepung rumput laut dan 0,10 ppm, 9,69%, dan 397,20 ppm pada tepung labu kuning. Iodium dan karotenoid pada tepung terigu tidak terdeteksi, sedangkan serat hanya 0,29%. Komposisi kimia mi kering adalah:  air 6,75-7,99%; protein 7,32-11,24%; iodium 0,03-7,39 ppm; serat 1,01-2,11%; dan karoten 1,69-80,25 ppm. Waktu optimum pemasakan rata-rata 3,50 menit dan KPAP antara 14,42-20,72. Mi yang memenuhi SNI 01-2974-1996 adalah mi kering R10L20 dan R0L30. Mi R10L20 dapat dijadikan makanan fungsional karena sangat potensial sebagai sumber karoten dan sumber iodium.Making Composite Dry Noodles Of Seaweed (E.Cottonii)  Pumpkin Flour (Cucurbita moschata)  as  Functional Food Composite dry noodle-making aims to improve the nutritional value of noodles, particularly functional food components by performing partial substitution of wheat flour with seaweed and wheat flour pumpkin. Research carried out by three stages. The first stage is to manufacture seaweed flour and flour pumpkin. The second stage is to make dry noodle by using seaweed flour and flour pumpkin as the wheat substituer and third stage is to analyze the component of dry noodle. Methods of experimental research with completely randomized design with treatment ratio (%) for seaweed flour and flour pumpkin which consisting of 4 levels (t = 4).  R30L0 = 30: 0; R20L10 = 20:10: R10L20 = 10:20; and R0L30 = 0: 30. It is done with three time repetitions.Flour seaweed and flour pumpkin contain functional food components (iodine, fiber, and carotenoids) respectively 27.05 ppm, 5.65%, and 12.32 ppm in flour seaweed and 0.10 ppm, 9.69%, and 397.20 ppm in flour pumpkin. Iodine and carotenoid of rice flour undetected, and the fiber was only 0.29%.The chemical compositions of dry noodles are:,6.75-7.99% moisture content; protein content of 7,32-11,24%; 0.03 -7.39 ppm iodine content; 1.01-2.11% crude fiber; and 1.69-80.25 ppm carotene.The optimum cooking time is average of 3.50 minutes and KPAP between 14.42-20.72%. Noodles that meet SNI 01-2974-1996 are R10L20 and R0L30 dry noodles. The noodles  R10L20 is very potential as a source of carotene and iodine.